PTK SD 035 : Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara secara Runtut, Baik dan Benar melalui Penerapan Metode Cerita Berantai (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV-B MI Al Azhar Bandung-Tulungagung Tahun Pelajaran 20089/2009)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah ungkapan yang berasal
dari bahasa asing mengatakan, “Manusia adalah hewan atau makhluk hidup
yang pandai berbicara.“ Hal itu menunjukkan bahwa keterampilan
berbicara menjadi ciri khas makhluk yang disebut manusia. Manusia mampu
berbicara dalam aneka ragam bahasa. Kemampuan seperti itu bukanlah
sesuatu yang bersifat naluriah (instinct) seperti halnya pada
binatang, tetapi diperoleh melalui proses belajar dan latihan yang
terus menerus.
Berbicara merupakan salah
satu keterampilan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari
oleh manusia dalam hidupnya sebelum mempelajari keterampilan berbahasa
lainnya. Sejak seorang bayi lahir, ia sudah belajar menyuarakan
lambang-lambang bunyi bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi
dengan lingkungannya. Suara tangisan itu baru menandakan adanya potensi
dasar kemampuan berbicara dari seorang anak yang perlu distimuli dan
dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya melalui berbagai latihan
dan pembelajaran. Orang
akan merasa terusik jika anaknya lahir tanpa suara tangisan. Orang
akan merasa lebih sedih lagi jika anaknya tumbuh dewasa tanpa memiliki
kemampuan berbicara secara lisan.
Setiap manusia dituntut
terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan
perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan
terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Keterampilan berbicara
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan
manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut
keterampilan berbicara. Contohnya
dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu,
orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri. Di luar
lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan
tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan
sebagainya. Terjadi
pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-pertemuan, bahkan
sering pula terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu dan terampil berbicara.
Keterampilan berbicara juga
memiliki peran penting dalam pendidikan, baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat luas. Proses transfer ilmu pengetahuan kepada
subyek didik pada umumnya disampaikan secara lisan. Tata krama dalam
pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat juga banyak diajarkan terlebih dahulu secara lisan.
Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.
Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar aktivitas kehidupan manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara.
“Keterampilan berbicara, terutama berbicara di depan banyak orang (public speaking)
kini semakin penting. Tidak cuma untuk bisnis, tetapi juga untuk
pendidikan, politisi dan di kalangan birokrasi,” demikian dikatakan oleh
harian Kompas edisi online (http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0712/17/humaniora/). Ditandaskan pula oleh Charles Bonar Sirait, penulis buku The Power of Public Speaking: Kiat Sukses Berbicara di Depan Publik, “Saat ini public speaking sedang menjadi tren, mulai dari anak-anak sampai orang tua ingin mempelajarinya.”
Berbicara merupakan suatu
proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada
pendengar. Si pembicara berkedudukan sebagai komunikator sedangkan
pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan
dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya
dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian
informasi secara lisan.
Agar pembicaraan itu mencapai
tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal itu mengandung maksud
bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang
runtut dan efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap
informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula.
Itulah sebabnya dalam
Kurikulum Pendidikan Nasional untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia
sangat ditekankan pentingnya meningkatkan kemampuan siswa untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, runtut dan
efektif, secara lisan maupun tulis. Karena hekekat belajar bahasa adalah
belajar berkomunikasi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
yang diberikan kepada siswa di sekolah meliputi empat aspek
keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (dengan pemahaman), berbicara,
membaca (dengan mengerti), dan menulis. Dari keempat macam keterampilan
berbahasa itu guru melihat, mengalami dan merasakan adanya masalah
pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas IV-B MI Al Azhar Bandung,
Tulungagung, pada semester I Tahun Pelajaran 2008/2009, terutama
keterampilan berbicara secara runtut, baik dan benar dari para siswa.
Kendatipun guru telah berusaha keras untuk mengatasinya melalui
pembelajaran standar dan dengan menerapkan bahan belajar serta media
yang ada, namun tetap saja masalah belum teratasi.
Berdasarkan pengalaman empris
di lapangan diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam proses
pembelajaran masih rendah. Hal itu terdeteksi pada saat siswa diminta
oleh guru untuk menjelaskan letak suatu tempat sesuai denah dan
petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa yang runtut, baik, dan
benar. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut tidak
akurat dan berbelit-belit. Selain itu siswa juga berbicara
tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula
di antara siswa yang tidak mau berbicara di depan kelas. Bahkan pada
saat guru bertanya kepada seluruh siswa di kelas yang hanya berjumlah 19
orang, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru.
Beberapa orang siswa ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena
sepertinya malu dan takut salah menjawab. Apalagi untuk berbicara di
depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian. Singkatnya,
aktivitas belajar dan keterampilan berbicara siswa sangat rendah. Dan,
kalaupun ada beberapa dari mereka yang memiliki keberanian, sekitar 3
sampai 4 siswa (15%-21%), namun berbicaranya masih tersendat-sendat,
tidak akurat dan tidak runtut.
Menurut Nuraeni (2002),
“Banyak orang beranggapan, berbicara adalah suatu pekerjaan yang mudah
dan tidak perlu dipelajari.” Untuk situasi yang tidak resmi barangkali
anggapan itu ada benarnya, namun pada situasi resmi pernyataan tersebut
jelas salah besar. Kenyataannya tidak semua siswa berani dan mau
berbicara di depan kelas, sebab mereka umumnya kurang terampil sebagai
akibat dari kurangnya latihan berbicara. Untuk itu, guru bahasa
Indonesia merasa perlu melatih siswa untuk berbicara. Latihan pertama
kali yang perlu dilakukan guru ialah menumbuhkan keberanian siswa untuk
berbicara.
Dan seperti dikatakan juga oleh Waidi (http://www.mail.archive.com/),
“Keterampilan (berbicara, pen) ini adalah keterampilan proses, sebuah
keterampilan yang tidak datang seketika. Artinya, bila ingin
menguasainya diperlukan banyak berlatih dan berlatih.” Lebih lanjut
dikatakan, “Bicaralah saat ada kesempatan bicara, karena keterampilan
berbicara hanya dapat diperoleh dengan ‘berbicara’ bukan dengan ‘belajar
tentang’. Satu ons praktik bicara lebih baik daripada satu ton teori
berbicara.”
Dari latar belakang
permasalahan dan pemikiran tersebut, ditambah dengan hasil refleksi dan
konsultasi dengan teman sejawat akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa
perlu segera dicarikan solusi alternatif sebagai upaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal itu
mengingat pentingnya kaitan antara keterampilan berbicara dengan
keterampilan berbahasa lainnya. Selain itu, keterampilan berbicara
siswa di sekolah dasar merupakan tumpuan utama bagi pengembangan
keterampilan berbicara tingkat lanjut pada jenjang sekolah yang lebih
tinggi maupun sebagai bekal kehidupan siswa kelak di tengah masyarakat.
Adapun alternatif pemecahan
masalah yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan
berbicara secara runtut pada siswa Kelas IV MI Al Azhar
Bandung-Tulungagung ini adalah dengan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) melalui penerapan metode pembelajaran cerita berantai (Telling Story Method).
Dipilihnya metode ini karena dipandang mampu mengajak siswa untuk
berbicara. Dengan metode pembelajaran cerita berantai, siswa termotivasi
untuk berbicara di depan kelas. Siswa dirangsang untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di samping itu, diharapkan pula
agar siswa mempunyai keberanian dalam berkomunikasi.
Alasan tersebut kiranya
diperkuat oleh pernyataan Tarigan (1990) berikut, “Penerapan teknik
cerita berantai ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa
dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan
kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.”
Dari semua yang telah terurai
dapatlah kiranya dirumuskan formulasi judul penelitian tindakan ini
sebagai berikut: “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara secara
Runtut, Baik dan Benar melalui Penerapan Metode Cerita Berantai
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV-B MI Al Azhar
Bandung-Tulungagung Tahun Pelajaran 20089/2009).”
B. Perumusan Masalah
Masalah utama yang ingin dicarikan pemecahannya melalui penelitian tindakan kelas ini adalah:
- Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode cerita berantai bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV-B MI Al Azhar Bandung-Tulungagung Tahun Pelajaran 2008/2009?
- Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode cerita berantai bisa meningkatkan keterampilan berbicara secara runtut, baik dan benar pada siswa Kelas IV-B MI Al Azhar Bandung-Tulungagung Tahun Pelajaran 2008/2009?
- Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode cerita berantai bisa meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas IV-B MI Al Azhar Bandung-Tulungagung Tahun Pelajaran 2008/2009?
C. Batasan Masalah
Agar kajian permasalahan tidak melantur tak terarah, maka perlu ditetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Ruang
lingkup kajian dari segi bidang studi hanya difokuskan pada
pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV semester I Tahun Pelajaran
2008/2009, khususnya pada aspek berbicara yang berhubungan dengan
materi atau Kompetensi Dasar (KD): “Mendeskripsikan tempat sesuai
dengan denah atau gambar dengan kalimat yang runtut” dan “menjelaskan
petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa yang baik dan benar”
2. Subyek penelitian hanya terbatas pada siswa Kelas IV-B MI Al Azhar Bandung-Tulungagung Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009.
3. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan secara individu oleh guru bidang studi yang bersangkutan.
4. Instrumen penelitian yang digunakan merupakan hasil buatan sendiri dari guru yang sekaligus peneliti.
5. Keterampilan
berbicara dimaksudkan dalam penelitian tindakan ini terutama adalah
kemampuan berbicara lisan di depan kelas dengan kalimat yang runtut
serta dengan bahasa yang baik dan benar dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran. Jadi tidak menjangkau segala bentuk keterampilan
berbicara.
6. Prestasi
belajar dimaksudkan dalam penelitian ini dibatasi pada hasil penilaian
atas kemampuan atau keterampilan berbahasa dari siswa yang berhubungan
dengan aspek berbicara. Jadi, prestasi belajar yang berhubungan dengan
keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, membaca dan menulis
tidak termasuk dalam jangkauan penelitian tindakan ini.
D. Tujuan Penelitian Tindakan
Tujuan penelitian tindakan kelas ini tidak lain adalah:
1. Ingin
mengetahui ada atau tidaknya peningkatan aktivitas belajar siswa Kelas
IVB MI Al Azhar Bandung-Tulungagung Tahun Pelajaran 2008/2009 dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan metode cerita berantai.
2. Ingin
mengetahui ada atau tidaknya peningkatan keterampilan berbicara secara
runtut, baik dan benar pada siswa Kelas IV-B MI Al Azhar
Bandung-Tulungagung Tahun Pelajaran 2008/2009 dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia melalui penerapan metode pembelajaran cerita berantai.
3. Ingin
mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa Kelas
IV-B MI Al Azhar Bandung-Tulungagung Tahun Pelajaran 2008/2009 dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan metode cerita berantai.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan bisa bermanfaat:
1. Bagi
siswa; sebagai wujud pengalaman belajar yang berpusat pada subyek
didik, dirasakan menyenangkan, bisa memacu aktivitas belajar,
meningkatkan keterampilan berbicara secara runtut, baik dan benar dan
juga bisa meningkatkan prestasi belajar mereka.
2. Bagi
guru yang bersangkutan dan teman sejawat; hasil penelitian tindakan
ini setidaknya bisa mendorong semangat untuk lebih meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme guru.
3. Bagi
sekolah; hasil penelitian ini setidaknya bisa dijadikan sebagai
referensi untuk menambah dan memperkaya khazanah kepustakaan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Abu,Drs., dan Supriyono,Widodo,Drs., Psikologi Belajar, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1991.
De Porter,Bobbi dan Hernacki,Mike dalam Abdurrahman,Alwiyah (penerjemah), Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung, Kaifa, 2002.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI; Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990.
Mulyasa,E., Dr.,M.Pd., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
-------------, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Gordon,Thomas, dalam Mudjito,Drs.,MA. (Penyadur); Guru Yang Efektif, Cara Mengatasi Kesulitan Dalam Kelas, Jakarta, CV Rajawali, 1984.
Hamalik,Oemar,Dr., Perencanaan dan Manajemen Pendidikan, Bandung, Penerbit CV Mandar Maju, 1991.
Madya,Suwarsih,Prof.,Ph.D., Teori dan Praktik, Penelitian Tindakan (Action Research), Bandung, Penerbit Alfabeta, 2006.
Nuraeni, Euis dan Agus Supriatna, Penataran Tertulis Tipe A untuk Guru-Guru SLTP Jurusan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas, 2002.
Pemerintah RI; UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Penerbit Cemerlang, 2003.
----------; UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bandung, Penerbit Citra Umbara, 2006.
Surakhmad,Winarno,Dr.,M.Sc.,Ed.; Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung, Penerbit Jemmars, 1980.
Sunarto,H.,Prof.,Dr. dan Hartono, Ny.B.Agung,Dra.; Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1999.
Sudjana,Nana,Dr.; Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Penerbit PT Remaja, 1989.
Suyanto,Prof.,Drs.,M.Ed.,Ph.D. dan
Abbas,M.S.,Drs.,M.Si.; Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa,
Yogyakarta, Penerbit Adi Cita Karya Nusa, 2001.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa,1990.
Internet:
Anonim, Pengertian dan Ruang Lingkup Berbicara, http://pbsindonesia.fkip-uninus-org/
Kompas, Keterampilan “Public Speaking” Makin Penting, http://www2.kompas.com/
---------, Pendidikan Bahasa Seharusnya Membuahkan Keterampilan, http://www2.kompas-cetak/0407/06/
Ramadhan,Tarmizi, Penerapan Teknik Cerita Berantai untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa, http://tarmizi.wordpress.com/
Sulipan,Dr., Artikel Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Online, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), http://www.ktiguru.org/
Sastrio,Tri Budhi,Dr.,M.Si, Keterampilan Dasar Berbahasa Antara Harapan dan Realita, http://fs.unitomo.ac.id/
Untuk mendapatkan file lengkap hubungi/ sms ke HP. 089 679 540 116
0 komentar:
Posting Komentar