PERAN STUDY GROUP DISCUSSION DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DIBIDANG EKONOMI
DALAM LINGKUP EKONOMI MIKRO
DI SMU NEGERI 1 NGUTER
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Pembukaan UUD 45 menyatakan bahwa tujuan membentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara
itu, identifikasi pengertian bangsa yang cerdas menurut Tilaar (2004: 1) adalah
bangsa yang mampu bertahan (survive) dalam menghadapi kesulitan.
Kondisi Indonesia saat ini sedang
dilanda krisis politik, krisis ekonomi, hokum, kebudayaan, yang secara serempak
membentuk krisis multi dimensional. Sementara itu, aspek pendidikan adalah
unsure yang kuat dalam membentuk budaya bangsa, serta berbagai hal yang terkait
dengan hokum dan kepemerintahan. Dengan demikian, dalam masa krisis saat ini
ada dua hal yang menonjol untuk diperhatikan, yaitu:
1.
Bahwa pendidikan tidak lepas dari
kesatuan dalam hidup dalam segenap aspeknya
2.
Krisis yang dialami oleh bangsa
Indonesia saat ini dapat diasumsikan sebagai krisis pendidikan nasional.
Dengan demikian, maka saat ini sangat
dituntut adanya pengembangan dan pemberdayaan pendidikan dalam konteks yang
luas, dalam rangka mencapai tujuan UUD 45, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sementara itu,
perkembangan dunia global terus maju pesat, dipelopori dengan
pengembangan-pengembangan keilmuan, ekonomi, system politik, dan pendidikan di
Negara-negara barat (western).
Pasar bebas dan kerjasama regional serta internasional telah dan sedang
dikembangkan. Dengan demikian, maka persaingan semakin ketat dalam hampir
seluruh aspek kehidupan. Instansi-instansi internasional mulai masuk secara
bebas ke Indonesia. Kondisi ini
seahrusnya merupakan motivasi bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan mutu
persaingan.
Peningkatan mutu
persaingan dapat diartikan sebagai peningkatan kualitas individu yang mampu
menghasilkan hasil karya yang diperoleh dari kompetisi tersebut (Tilaar, 2004:
14). Apabila dikaji lebih dalam, maka peningkatan kempetisi dihasilkan oleh
pendidikan yang kondusif bagi lahirnya individu-individu yang kompetitif, dalam
arti positif. Sementara itu, masyarakat
dan individu yang kompetitif serta dapat bekerja sama dengan dimotivasi oleh
sikap invotif merupakan paradigma baru yang sedang berkembang di Negara-negara
maju. Paradigma pendidikan lama mulai
ditinggalkan, dan Negara-negara maju sedang mematangkan system pendidikan yang
merangsang dan mengarahkan siswa pada inovasi yaitu tidak hanya mampu
mengembangkan pemikiran dan daya analisis akan tetapi diarahkan pada kemampuan
menciptakan hal-hal baru, aspek-aspek baru dalam dunia keilmuan dan ekonomi,
serta aspek-aspek lain yang diperlukan dalam kehidupan manusia.
Kondisi tersebut
secara langsung dan tidak langsung menuntut inovasi-inovasi di bidang
pendidikan, salah satunya dalah dalam bidang pembelajaran yang dilakukan kepada
siswa. Peningkatan kualitas system pembelajaran secara langsung akan berdampak
pada peningkatan kualitas siswa sekolah.
Salah satu aspek
dalam peningkatan kualitas pembeljaran adalah aspek teknik penyelenggaraan
proses belajar-mengajar yang dilaksanakan oleh guru kelas. Terdapat suatu konsep
yang dikemukakan oleh Gerlach dan Elly (1983, dalam Mudhofir 1987:71) dalam
pelaksanan teknik pembelajaran, yaitu dengan memperhatikan berbagai faktor,
yang salah satunya adalah faktor-faktor pengelompokan siswa dalam study group.
Pengelompokan
siswa atau studygroup tidak dapat dilakukan dalam seluruh sesi pelajaran
akan tetapi hanya dalam kondisi-kondisi tertentu, disesuaikan dengan tujuan
pengajaran. Apabila tujuan pengajaran adalah agar siswa belajar dengan cepat
menurut kemampuan sendiri tanpa letergantungan dari guru atau tanpa pengaruh
kelambatan teman-temannya, maka akan lebih sesuai dengan desain indivisualy
prescibed instruction (IPI). Bila tujuan pengajaran adalah agar siswa
mendalami suatu pokok bahasan lebih detil maka diperlukan pertukaran pikiran
yang intensif (active interchange of ideas). Dalam hal ini perlu
dibentuk kelompok kecil yang memberikan peluang untuk berdiskusi seperti dalam
menjawab masalah atau persoalan dan praktikum. Pembentukan kelompok belajar
juga harus diperhitungkan kebiasaan yang paling sesuai atau style
belajar siswa di suatu sekolah. Ada siswa yang lebih suka belajar sendiri dan
ada juga yang lebih suka belajar bersama.
Metode
pembelajaran kelompok, pada dasarnya
dilakukan dengan model pemecahan masalah.
George (1985, dalam Mulyasa 1997: 111) menyatakan bahwa “Jikalau seorang
peserta didik dihadapkan pada suatu maslaah, pada akhirnya mereka bukan hanya
sekedarmemcahkan masalah, akan tetapi juga belajar sesuatu yang baru”.
Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pembelajaran sainsmaupun
dalam berbagai disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran lebih
fleksibel. Dengan demikian, maka proses pembelajaran kelompok melalui upaya
pemcahan masalah suatu persoalan secara diskusi (discussion for problem
solving) merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan.
Sunaryo (2002 :
49) menyatakan bahwa metode pengajaran sering disebut juga sebagai
instruksional, yaitu diartikan sebagai cara menyajikan isi mata pelajaran
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran (instruksional). Dalam
metode pengajaran sendiri dikenal prinsip bahwa seluruh jenis metode yang ada
pada dasarnya baik. Persoalannya adalah terletak pada ketepatan guru dalam
menentukannya bagi sebuah proses pengajaran. Untuk itu memang, seorang guru
dapat secara asal memilih dan menetapkan metode pengajaran bagi kegiatan
pengajarannya.
Study group
adalah suatu percakapan atau pembicaraan antara dua atau lebih yang bermanfaat
dan berlangsung secara efektif. Dalam hal ini seorang pembimbing harus terampil
dalam mengelola metode diskusi ini. Diskusi hendaknya terjadi dalam suasana
persahabatan yang ditandai oleh kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan
menerima dan mengenal lebih jauh topik, diskusi, keantusiasan berpartisipasi,
serta kesediaan menghargai pendapat orang lain, serta dapat merasa aman dan
bebas mengemukakan pendapatnya. Dalam metode studygroup ini, maka seorang pembimbing harus dapat
mempersiapkan diri sebagai pemimpin diskusi karena guru scbagai sumber
informasi dan motivator sehingga mampu memberikan penjelasan, memotivasi, dan
dapat memahami kesulitan yang dihadapi siswa.
Diskusi sendiri
hanya mungkin dapat dilakukan apabila terdapat masalah atau persoalan yang juga
memungkinkan adanya bermacam-macam jawaban. Orientasinya adalah argumentasi yang
dapat diterima. Diskusi bukan debat, yang orientasinya
"menang-menangan", diskusi dilakukan dalam rangka memperoleh
pemahaman yang lebih baik berkenaan dengan suatu persoalan.
Terkait dengan
mata pelajaran ekonomi, khususnya dalam lingkup ekonomi mikro, terdapat banyak
materi yang memerlukan pendalaman materi yang baik bagi siswa. Hal ini terjeadi
karena bidang ekonomi mikro sangat berkaitan dengan kegiatan ekonomi masyarakat
luas sehari-hari. Disamping itu, bidang ekonomi mikro merupakan bidang ekonomi
yang memiliki lingkup yang luas dan banyak memerlukan diskusi bagi siswa.
Ekonomi mikro
merupakan lingkup ekonomi “kecil” yaitu lingkup yang membahas mengenai
bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian. Lingkup ini pada
umumnya membahas tentang bagaimana cara menggunakan faktor-faktor produksi yang
tersedia secara efisien agar manusia mencapai kemakmuran yang maksimum. Dengan
demikian, lingkup ekonomi mikro sangat berkaitan dengan unit-unit usaha yang
kecil yang pada umumnya dilakukan masyarakat. Ekonomi mikro sangat penting bagi
siswa guna menunjang pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan produktif di masa
datang, sehingga benar-benar memerlukan pendalaman yang baik.
Atas dasar
pemikiran-pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun karya ilmiah
yang berjudul “PERAN STUDY GROUP DISCUSSION DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DIBIDANG
EKONOMI DALAM LINGKUP EKONOMI MIKRO DI SMU NEGERI 1 NGUTER”.
B.
Perumusan Masalah
Beradasarkan latar belakang masalah yang
telah dikemukakan sebelumnya, dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan study group discussion
untuk siswa kelas X di SMU Negeri 1 Nguter?
2.
Bagaimana peran study group discussion
dalam meningkatkan prestasi siswa di bidang ekonomi untuk lingkup ekonomi mikro
di SMU Negeri 1 Nguter?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan bagi
penulisan karya ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
study group discussion untuk siswa kelas X di SMU Negeri 1 Nguter
2.
Untuk mengetahui bagaimana peran study
group discussion dalam meningkatkan prestasi siswa di bidang ekonomi untuk
lingkup ekonomi mikro di SMU Negeri 1 Nguter
D.
Metode Pengkajian
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pengkajian peran studygroup terhadap prestasi siwa
dalam bidang ekonomi lingkup ekonomi mikro dilakukan dengan membandingkan hasil
prestasi belajar siswa sebelum dan sesuadah dilakukan study group discussion yang
dilaksanakan dengan metode siklus. Oleh
karena prestasi siswa lebih mudah didekati dengan menggunkan angka matematis
melalui nilai, maka dalam pengkajian inipun menggunakan metode kuantitatif
yaitu dengan membandingkan nilai-nilai prestasi siswa. Teknik kuantitatif yang
digunakan adalah dengan teknik statistik, dimana angka-angka disusun secara
sistematis, diolah dengan konsep-konsep perhitungan statistic dalam uji
compare means, atau sering disebut dengan uji perbandingan rata-rata. Metode statistic ini termasuk dalam metode ststistic
parametric, yaitu suatu metode dalam statistic yang memperhitungkan angka
angka yang dapat diberlakukan dengan operasi matematik seperti perkalian,
penjumlahan, dan operasi lain. Berbeda dengan statistic non parametric
yang menggunakan angka-angka yang tidak dapat diberlakukan operasi matematik
seperti data angka pada ranking siswa, dimana ranking tidak dapat di kalikan
atau dijumlahkan atau diberlakukan operasi matematik lain.
Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dimana sample data hanya
diambil pada kelas X SMU Negeri 1 Nguter.
2.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat atau
lokasi penelitian adalah di tempat dimana peneliti melaksanakan pengajaran
yaitu X SMU Negeri 1 Nguter kabupaten Sukoharjo. Peneliti telah menerapkan
mekanisme diskusi guna pendalaman materi setelah ceramah guru dilakukan. Alokasi waktu yang digunakan adalah ¾ jam
pelajaran dalam waktu-waktu tertentu. Pengertian waktu-waktu tertentu adalah
waktu yang dianggap menguntungkan bagi siswa untuk melaksanakan diskusi,
seperti pada materi yang memerlukan pendalaman secara khusus bagi siswa dan
memungkinkan siswa untuk berfikir mandiri secara kelompok guna menyelesaikan
masalah yang lebih luas. Disamping alasan efektivitas tersebut, pemilihan waktu
pelaksanaan diskusi yang tidak terlalu sering ini juga mengacu pada konsep
J.Scott yang menyatakan bahwa alokasi waktu diskusi secara berlebihan justru
akan merugikan. Waktu penelitian
dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2006/2007.
3.
Data dan Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data yang diukur dan diambil secara langsung dari subyek penelitian. Data
primer yang utama adalah data kuantitatif yang berupa nilai-nilai siswa dalam
menjawab perseolan. Data nilai siswa
yang digunakan adalah nilai-nilai ulangan selama periode tidak diselenggarakan
diskusi dan nilai-nilai setelah diselenggarakan diskusi, dalam semester yang
sama. Data ini untuk mengetahui perubahan prestasi siswa jangka panjang (satu
semester) akibat diberlangsungkannya proses diskusi. Data kuantitatif inilah
yang akan diuji secara statistic untuk menggambarkan hasil penelitian. Data
primer pendukung yang digunakan adalah data kualitatif yaiti berupa informasi
bagaimana perilaku siswa dalam melaksanakan proses diskusi, bagaimana respon
siswa dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, bagaimana tipe permasalahan dan
kecenderungan siswa dalam menanggapi permasalahan-permasalahan tersebut,
bagaimana kualitas diskusi dan daya dukung lingkungan. Pengambilan data
kualitatif juga dilakukan secara langsung setiap proses diskusi. Data
kualititif ini adalah berperan sebagai data primer pendukung.
Pengumpulan
kualitatif tersebut dilakukan pada setiap kelompok dalam seluruh sesi diskusi
yang dilaksanakan. Pengumpulan data tidak dilakukan melalui instrument seperti
angket atau kuisioner, akan tetapi secara langsung melalui nilai prestasi siwa
yang diperoleh dalam ulangan ulangan rutin.
Untuk mendukung objektivitas penelitian, penilaian yang ada adalah
benar-benar nilai murni dari hasil jawaban yang diberikan siswa.
4.
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan seluruh unsur kajian, yaitu siswa
kelas X SMU Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo. Sementara itu, sampel merupakan sebagain dari
anggota populasi yang dijadikan sebagai media pengambilan data. Pemilihan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu siswa dipilih
berdasarkan pertimbangan peneliti, dengan menekankan aspek keseimbangan data
(normalitas), homogenitas, dan berdasarkan tujuan pengkajian. Dalam karya ini,
digunakan 20 sampel siswa yaitu 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa
perempuan.
5.
Teknik Pengambilan Data
Dalam karya
ini, tidak menggunakan instrument berupa angket atau kuisioner sebagai media
pengambil data. Media observasi yang digunakan adalah:
a.
Penilaian melalui ulangan-ulangan harian. Oleh karena
bahan diskusi adalah materi yang terkait dengan materimateri yang dijadikan
bahan ulangan, maka diskusi yang dilakukan siswa seharusnya mampu mempengaruhi
peningkatan nilai-nilai ulangan harian. Dengan mengukur nilai-nilai ulangan
harian siswa, maka dampak diskusi bagi seiswa secara dalam konteks pemahaman
matari secara menyeluruh dapat diukur. Parameter nilai ulangan harian inilah
yang dijadikan sebagai media pengukuran peningkatan prestasi siswa setelah diberlakukan
proses diskusi. Nilai siswa sebelum dan sesudah diberlakukan proses diskusi
dikumpulkan secara sistematis untuk diolah sebagai bahan analisis dalam
penelitian.
b.
Media kualitatif. Media kualitatif adalah catatan-catatan
yang dihimpun oleh guru mengenai keseharian respon siswa dalam setiap proses
diskusi, daya tarik materi, pola berfikir dan perilaku siswa dalam diskusi,
situasi pendukung, alokasi waktu, tingkat kesulitan, dan catatan-catatan lain
yang dianggap akan bermanfaat dalam mendukung analisis penelitian.
6.
Prosedur Pengkajian
Prosdur
yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah dengan metode siklus yang dilakukan
dengan beberapa tahapan atau siklus, yaitu:
a.
Rancangan siklus I
1)
Perencanaan tindakan (planning)
Perencanaan tindakan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian, mulai dari perangkat pembelajaran sampai
pada alat ukur untuk menegtahui atau mengevaluasi tindakan penelitian tanpa
mengesampingkan kendala-kendala tindakan.
2)
Pelaksanaan
tindakan (action) Merupakan implementasi dari rancangan penelitian yang
telah ditetapkan.
3)
Pengamatan
tindakan (observasi) Merupakan pengamatan-pengamatan selama tahap
penelitian yang bertujuan untuk merekam (recording) kondisi-kondisi yang
ada disaat penelitian serta hasil dari pelaksanaan tindakan penelitian.
4)
Refleksi
tindakan Regleksi merupakan tindak lanjut dari perolehan informasi dari
observasi. Dalam refleksi ini dilakukan pengkajian berdasarkan data observasi
guna menghilangkan elemen yang tidak diperlukan atau merugikan penelitian,
serta untuk mempertahankan sisi positif yang mempengaruhi hasil pengkajian
b.
Rancangan siklus II
Siklus II merupakan pengulangan pada siklus I yang
dilakukan dengan berbagai revisi. Revisi dilakukan dengan mempertimbangkan
refleksi dalam siklus I dan melakukan langkah-langkah perbaikan dengan
mempertahankan aspek-aspek yang positif dan menghilangkan aspek yang negative
atau bersifat menghambat keberhasilan pelaksanaan study group discussion.
c.
Rancangan Siklus III
Siklus III juga merupakan pengulangan pada siklus II yang
dilakukan dengan pembenahan dalam berbagai aspek yang terdapat dalam siklus
III.
Gambar 2.1. Diagram Perencanaan Tindakan
Observasi
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Sutari Imam.
1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
E. Mulyasa. 2007. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Maknum, H.A. Syamsudin.
2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mudhofir. 1987. Teknologi
Instruksional. Bandung: Remadja Karya
Purwanto, M. Ngalim. 1998.
Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda
Gerlach, R. 1988. Qualitative Method. An Introduction to
Research. __________
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro
Ekonomi. Teori Pengantar. Jakarta: Graffindo Perkasa.
Sa’ud, U. Syaefudin dan
Maknum, H.A. Syamsudun. 2005. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Remaja
Risdakarya
Tim, 2007. Pedoman
Penulisan Skripsi. Madiun: IKIP PGRI
Walpole E, Ronald. 1982. Introduction to Statistic. San
Francisco: W.H. Freeman & Co.
W.B. John, 1977. Research in Education. India: Prentice Hall.
Wijaya, Farid. 1990. Pengantar Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap
(Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar