UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU
KIMIA SISWA KELAS XII SMU NEGERI 1 NGUTER
DENGAN PENDEKATAN BAKAT-TIHLANG
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu pendidikan atau disebut sebagai pedagogic dapat didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan merenungkan tentang konsep-konsep
dalam mendidik. Istilah pedagigic berasal dari pedagogia
yang berarti pergaulan dengan anak-anak (Purwanto, 1998). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat
diambil suatu pengertian bahwa ilmu pendidikan selalu memerlukan
inovasi-inovasi konsep yang mengarah pada peningkatan kualitas anak didik.
Dalam hal ini, ilmu pendidikan mensyaratkan adanya pengkajian dan penemuan yang
reliable atau handal untuk memaksimalkan hasil pendidikan.
Menurut Barnadib (1984) dalam ilmu
pendidikan dibedakan menjadi empat, yaitu ilmu pendidikan teoretis, ilmu
pendidikan praktis, ilmu pendidikan sistematis dan ilmu pendidikan histories.
Ilmu pendidikan teoretis memberikan renungan teoretis yang tersusun, teratur,
dan logis tentang masalah dan ketentuan pendidikan. Ilmu ini memiliki titik
tolak pada praktek pendidikan menuju pemikiran sistematis dan mengenal juga
persoalan-persoalan yang bersifat folosofis yang berhubungan dengan pendidikan.
Ilmu pendidikan praktis memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan
pendidikan yang langsung ditujuakan pada perbuatan mendidik. Ilmu ini
menempatkan diri dalam situasi pendidikan dan mengarah pada perwujudan atau realisasi
ide-ide pendidikan. Istilah lain adalah mengarah pada teknis pendidikan. Ilmu
pendidikan sistematis memberikan pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang
masalah pendidikan. Ilmu ini lebih membahas secara umum, abstrak dan obyektif
tentang masalah pendidikan. Ilmu pendidikan histories memberikan uraian
teoretis tentang system-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan melihat latar
belakang kebudayaan dan filosofi yang berpengaruh pada masa tertentu. Ilmu pendidikan histories ini dianggap memiliki
hubungan timbale-balik yang paling kuat dengan ilmu pendidikan sistematis.
Apabila dikaitakan dengan peningkatan
kualitas dalam pendidikan, maka terdapat kaitan yang jelas anatara ilmu
pendidikan teoretis, praktis, histories, dan sistematis. Untuk memaksimalkan
kualitas anak didik diperlukan suatu teknik atau metode yang paling sesuai
dengan kondisi siswa. Untuk menemukan metode ini, diperlukan suatu konsep
sistematis yang dapat digali dari pengalaman atau histori pada masa lampau
serta konsesp-konsep atau ide-ide sistematis yang mendukung. Ide-ide atau teori
tidak akan dapat diaplikasikan secara maksimal tanpa metode pendidikan atau
teknik yang tidak mendukung dalam proses belajar mengajar.
Dengan menyadari keterkaitan yang cukup
kuat antara aspek teknis (praktis), teoretis, dan ilmu pendidikan sistematis
ini, maka dapat dikatakan bahwa metode
atau cara dalam teknik pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan guna mendukung kualitas yang maksimal dan mendukung ilmu
pendidikan sistematik secara umum. Baik ilmu pendidikan teoritis, praktis,
maupun historis kesemuanya bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan manusia Indonesia guna menunjang pembangunan sumberdaya manusia
seutuhnya.
Dalam kaitannya dengan ilmu pendidikan
praktis, salah satunya adalah menekankan pada penguatan keterampilan praktek mengajar. Ketrampilan mengajar
merupakan suatu kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagao integrasi
dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973 dalam
Mulyasa, 2007: 69) mengungkapkan “…Delapan ketrampilan mengajar yang sangat
berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya,
memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan memnutup
pelajaran, membimbingmetode-Bakat Tihlang kelompok kecil dan perorangan”.
Penguasaan terhadap ketrampilan tersebut harus utuh dan terintegrasi, sehingga
diperlukan latihan sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro. Adapun
uraian mengenai delapan ketrampilan dalam menentukan kualitas pembelajaran
menurut Turney tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Menggunakan ketrampilan bertanya
Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap
pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan
yang duberikan guru akan menentukan kualitas menjawab anak didik.
2.
Memberi penguatan
Penguatan (reinforcement)
merupakan respon terhadap perilaku yang dapat memungkinkan terulangnya kembali
perilaku tersebut. Penguatan dapat
dilakukan secara verbal dan non verbal dengan prinsip kehangatan ,
keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penguatan respon yang negatif.
Penguatan secara verbal merupakan kata-kata dan kalimat pujian seperti “bagus,
tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian.” Sedangkan secara non verbal,
dapat dilakukan dengan gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan
jempol, dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan memiliki tujuan yaitu untuk
meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan
meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kegiatan belajar, dan membina
perilaku yang produktif.
3.
Mengadakan Variasi
Variasi dimaksudkan untuk
mengurangi kebosanan peserta didik, agar selalu tekun, antusias, dan
partisipatif. Variasi ini ada empat jenis, yaitu variasi dalam gaya mengajar,
variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola
interaksi, dan variasi dalam kegiatan mengajar.
4.
Menjelaskan
Menjelaskan adalah
mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta dan data
sesuai dengan waktu dan konsep-konsep yang berlaku. Menjelaskan merupakan
ketrampilan yang sangat penting mengingat sebagian besar dari peran guru adalah
menjelaskan.
5.
Membuka dan menutup pelajaran
Membuka dan mentup pelajaran
merupakan dua kegiatan rutin guru dalam memulai dan mengakhiri pembelajaran.
Agar dua kegiatan tersebut memiliki arti yang dapat menunjang kegiatan
pembelajaran, maka perlu dilakukan secara profesional. Membuka pelajaran
merupakan kegiatan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian
peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada
materi yang disajikan. Upaya tersebut meliputi menghubungkan materi yang telah
dipelajari dengan yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan yang akan dicapai
dan garis besar yang akan dipelajari , mengajukan pertanyaan baik untuk
mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun
untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Sedangkan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
menegtahui pencapaian tujuan umumdan pemahaman peserta didik terhadap materi
yang dipelajari, serta untuk mengakhiri pembelajaran. Kegiatan yang dapat
dilakukan agar bermanfaat dalam menutup pembelajaran tersebut diantaranya
adalah dengan menarik kesimpulan, mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur
tingkat pencapaian tujuan, manyampaiakan bahan-bahan pendalaman dan tugas-tugas
yang harus dikerjakan, memberikan post test baik secara lesan maupun
tulisan.
6. Membimbing metode-Bakat Tihlang kelompok
kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dana memecahkan
masalah. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatiakn dalam membimbingmetode-Bakat Tihlang kelompok
kecil ini adalah memusatkan
perhatian peserta didik pada topikmetode-Bakat Tihlang, memperluas masalah,
memperhatikan dan menganalisis pandangan peserta didik, meningkatkan
partisipasi peserta didik, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, serta dengan
menutupmetode-Bakat Tihlang yang baik.
7.
Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
pembelajaran.
8.
Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu proses pembelajaran
yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan
menjalin hubungan yang lebih akrab dengan peserta didik atau memberi kesempatan
pengakraban antar peserta didik. Ketrampilan
Pembelajaran kelompok kecil
dapat dilakukan dengan mengembangkan ketrampilan dalam pengorganisasian, dan
memberikan variasi dalam pemberian tugas. Disamping itu juga dapat dilakukan
dengan pemberian tugas yang menantang dan sekiranya menarik siswa. Khusus dalam
pembelajaran perorangan, sangat penting untuk memperhatikan kemampuan berfikir
siswa agar yang disampaikan dapat diserap dengan baik.
Konsep tersebut salah satunya menekankan
bahwa sangat diperlukan variasi dalam mengajar guna mengurangi kejenuhan siswa
terhadap materi-materi yang cukup padat di sekolah. Variasi, salah satunya
dapat dilakukan dengan metode “membaca-menyingkat, dan latihan berulang” atau
disebut sebagai metode “Bakat_Tihlang”. Dalam metode ini, siswa dilatih untuk
mentingkat suatu poin hafalan, dan kemudian didukung dengan latihan-latihan
berulang untuk menguatkan pemahaman siswa. Metode ini member penguatan dalam
dua aspek utama, yaitu aspek mempermudah mengingat (memory reducemnet) dan
aspek menguatkan logika pemhaman (logic enforcement).
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang
Ilmu Pengetahuan Alam (sains) yang memerlukan penggabungan unsur daya ingat dan
logika sekaligus. Dayaingat digunakan untuk menghafal berbagai perilaku
unsur-unsur kimia, sedangkan logika digunakan untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan
perilaku unsur apabila direaksikan, berdasarkan hokum-hukum kimia yang telah
dirumuskan para ahli. Dengan memahami kondisi ini, maka sangat penting
dilakukan variasi dalam praktek mengajar yang mampu mengkondisikan siswa untuk
mudah menghafal dan memperkuat daya logika pemahaman siswa, dan dilakukan
secara bersama-sama. Atas dasar latar belakang ini, maka penulis yang bermaksud
untuk turut menciptakan peningkatan kualiatas siswa guna mendukung pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya, tertarik untuk menyusun karya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU KIMIA SISWA KELAS XII
SMU NEGERI 1 NGUTER DENGAN PENDEKATAN BAKAT-TIHLANG”.
Kondisi lain yang melatarbelakangi
ketertarikan penulis dalam mengangkat tema ini adalah adanya realitas di SMU
Negeri 1 Nguter, dimana hasil belajar Ilmu Kimia di SMU Negeri 1 Nguter masih
kurang memuaskan, sementara para buru terlihat belum mengembangkan berbagai
inovasi dalam praktek mengajar maupun belum mengembangkan konsep-konsep
pendidikan praktis lainnya. Daya serap siswa terhadap materi dalam Ilmu Kimia
masih cukup rendah, dan siswa tampak mudah bosan atau kurang memeiliki motivasi
belajar yang kuat dalam Ilmu Kimia.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dikemukakan sebelumnya, dirumuskan masalah pengkajian sebagai berikut:
1.
Bagaimana pelaksanaan metode Bakat-Tihlang
untuk mata pelajaran Ilmu Kimia pada siswa kelas XII SMU Negeri 1 Nguter?
2.
Bagaimana peranan metode Bakat-Tihlang
dalam meningkatkan prestasi siswa untuk matapelajaran Ilmu Kimia pada siswa
kelas XII SMU Negeri 1 Nguter
C.
Tujuan
Sesuai dengan masalah yang telah
dirumuskan, tujuan dari penulisan karya ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pelaksanaan metode
Bakat-Tihlang untuk mata pelajaran Ilmu Kimia pada siswa kelas XII SMU Negeri 1
Nguter?
2.
Bagaimana peranan metode Bakat-Tihlang
dalam meningkatkan prestasi siswa untuk matapelajaran Ilmu Kimia pada siswa
kelas XII SMU Negeri 1 Nguter
D.
Manfaat Pengkajian
Penulisan karya ini diharapkan akan
memiliki manfaat dalam berbagai aspek, diantaranya adalah:
1. Bagi guru
a.
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan
tentang efektifitas dan kendala-kendala yang muncul dalam implementasi metode
Bakat-Tihlang.
b.
Meningkatkan pemahaman tentang
model-model pembelajaran diluar model instruksional, yang dilakukan dengan
mengembangkan aspek ilmu pendidikan praktis dan teoritis
2. Bagi siswa
a.
Mempermudah siswa dalam mengadsorbsi
materi Ilmu Kimia di Sekolah
b.
Memberikan solusi dalam mengatasi
kesulitan menghafal dan menemukan sisi logis dalam materi-materi Ilmu Kimia.
E.
Metode Pengkajian
1.
Pendekatan dan Jenis Pengkajian
Pengkajian
ini dilakukan dengan membandingkan hasil prestasi belajar siswa sebelum dan
sesuadah digunakan metode Bakat-Tihlang dalam pembelajaran. Oleh karena
prestasi siswa lebih mudah didekati dengan menggunkan angka matematis melalui
nilai, maka dalam pengkajian inipun menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan
membandingkan nilai-nilai prestasi siswa. Teknik kuantitatif yang digunakan
adalah tidak dengan menggunakan metode statistic, akan tetapi dengan
membandingkan nilai ulangan pasca pelaksanaan proses pembelajaran dalam setiap
siklusnya dengan nilai sebelum diberlakukannya kegiatan pembwlajaran dengan
metode Bakat-Tihlang.
Jenis pengkajian
ini adalah pengkajian kelas, dimana sample data hanya diambil pada siswa kelas
XII SMU Negeri 1 Nguter dengan alas an peneliti adalah pengajar kelas tersebut
sehingga pengambilan data dan pengamatan kualitatif untuk bahan penjelas lebih
mudah diambil peneliti. Dengan jenis pengkajian tindakan kelas, maka hasil yang
diperoleh belum tentu dapat digunakan untuk menarik kesimpulan pada kelas-kelas
lain atau kelas yang sama pada sekolah lain, sebelum dilakukan pengkajian lain
yang lebih luas cakupannya. Dengan kata lain, hasil pengkajian ini belum dapat
digunakan untuk generalisasi terhadap seluruh siswa.
2.
Tempat dan Waktu Pengkajian
Tempat atau
lokasi pengkajian adalah di tempat dimana peneliti melaksanakan pengajaran
yaitu di SMU Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo. Peneliti telah menerapkan metode
Bakat-Tihlang selama satu semester. Waktu pengkajian dilakukan pada semester II
tahun pelajaran 2006/2007.
3.
Data dan Pengumpulan Data
Data dalam pengkajian
ini adalah data primer, yaitu data yang diukur dan diambil secara langsung dari
subyek pengkajian. Data primer yang utama adalah data kuantitatif yang berupa
nilai-nilai siswa dalam ulangan harian. Data nilai siswa yang digunakan adalah
nilai-nilai ulangan selama periode tidak diberikan metode Bakat-Tihlang dan
nilai-nilai setelah diberikan metode Bakat-Tihlang. Data ini untuk mengetahui
perubahan prestasi siswa jangka pendek (satu semester) akibat diterapkannya
metode tersebut. Data kuantitatif inilah
yang akan diuji secara statistic untuk menggambarkan hasil pengkajian. Data
primer pendukung yang digunakan adalah data kualitatif yaiti berupa informasi
bagaimana perilaku siswa bagaimana respon siswa dan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dengan diterapkannya metode Bakat-Tihlang, bagaimana tipe permasalahan
dan kecenderungan siswa dalam menanggapi permasalahan-permasalahan tersebut, serta
bagaimana daya dukung lingkungan. Pengambilan data kualitatif juga dilakukan
secara langsung setiap prosesmetode-Bakat Tihlang. Data kualititif ini
adalah berperan sebagai data primer pendukung.
4.
Subyek Pengkajian
Subyek pengkajian dalam pengkajian ini adalah siswa kelas XII IPA. Adapun
jumlah subyek yang diteliti adalah 36 orang.
Metode pengambilan sample adalah dengan populatif sampling, yaitu
sample diambil dari seluruh populasi yang ada, yaitu seluruh siswa kelas X IPA
sebanyak 36 orang. Sampel adalah subyek yang dipakai untuk pengambilan data,
sedangkan populasi adalah seluruh subyek dalam pengkajian, yaitu siswa kelas XII
IPA. Dalam pengkajian non populatif sampling, umumnya sampel hanya diambil dari
sebagian populasi yang ada, yang dianggap mampu mewakili seluruh populasi siswa
yang ada.
5.
Variabel Pengkajian
John W.B (1977:89)
mendevinisikan Variabel pengkajian secara umum yaitu merupakan indikator
indikator yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur aspek-aspek yang
diteliti, yang akan dimanipulasikan, diolah, dan dianalisa guna mengetahui
hasil pengkajian secara garis besar, melalui metode-metode tertentu yang
digunakan oleh peneliti.
Variabel pengkajian ada dua yaitu variable terikat dan bebas. Variabel
terikat (dependent variable) adalah
aspek yang dipengaruhi oleh variable lain, terikat oleh variable lain. Sebagai
variable terikat dalam pengkajian ini adalah prestasi siwa dalam mata pelajaran
Ilmu KImia, sebagai variable yang terpengaruh oleh proses pelaksanaanmetode-Bakat
Tihlang. Variabel yang lain adalah variable bebas (independent variable) yaitu
variable yang berdiri sendiri, tidak terikat oleh variable lain, bahkan justru mempengaruhi variable lain.
Sebagai variable bebas dalam pengkajian ini adalah peses penyelenggaraan metode Bakat-Tihlang.
6.
Prosedur Pengkajian
Prosdur yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah dengan metode siklus
yang dilakukan dengan beberapa tahapan atau siklus, yaitu:
a.
Rancangan siklus I
1)
Perencanaan tindakan (planning)
Perencanaan tindakan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian, mulai dari perangkat pembelajaran sampai
pada alat ukur untuk menegtahui atau mengevaluasi tindakan penelitian tanpa
mengesampingkan kendala-kendala tindakan.
2)
Pelaksanaan
tindakan (action) Merupakan implementasi dari rancangan penelitian yang
telah ditetapkan.
3)
Pengamatan
tindakan (observasi) Merupakan pengamatan-pengamatan selama tahap
penelitian yang bertujuan untuk merekam (recording) kondisi-kondisi yang
ada disaat penelitian serta hasil dari pelaksanaan tindakan penelitian.
4)
Refleksi
tindakan Regleksi merupakan tindak lanjut dari perolehan informasi dari
observasi. Dalam refleksi ini dilakukan pengkajian berdasarkan data observasi
guna menghilangkan elemen yang tidak diperlukan atau merugikan penelitian,
serta untuk mempertahankan sisi positif yang mempengaruhi hasil pengkajian
b.
Rancangan siklus II
Siklus II merupakan pengulangan pada siklus I yang
dilakukan dengan berbagai revisi. Revisi dilakukan dengan mempertimbangkan
refleksi dalam siklus I dan melakukan langkah-langkah perbaikan dengan
mempertahankan aspek-aspek yang positif dan menghilangkan aspek yang negative
atau bersifat menghambat keberhasilan pelaksanaan study group discussion.
c.
Rancangan Siklus III
Siklus III juga merupakan pengulangan pada siklus II yang
dilakukan dengan pembenahan dalam berbagai aspek yang terdapat dalam siklus
III.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib,
Sutari Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta:
IKIP
E.
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Maknum,
H.A. Syamsudin. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mudhofir.
1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remadja Karya
Purwanto,
M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung:
Remaja Rosda
Gerlach, R. 1988. Qualitative Method. An
Introduction to Research. __________
Sa’ud, U.
Syaefudin dan Maknum, H.A. Syamsudun. 2005. Perencanaan Pendidikan. Bandung:
Remaja Risdakarya
Walpole E, Ronald. 1982. Introduction to
Statistic. San Francisco: W.H. Freeman & Co.
W.B. John, 1977. Research in Education. India: Prentice Hall.
Yoshida. 1991. Lesson Study in Japan. www.tc.edu (2007).
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap
(Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar