PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK
(Sauropus androgynus, Merr.) TERHADAP KADAR
GLUKOSA PADA TAPE KETAN PUTIH
(Sauropus androgynus, Merr.) TERHADAP KADAR
GLUKOSA PADA TAPE KETAN PUTIH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara
agraris yang mempunyai berbagai macam tanaman hasil bumi, jenis - jenis tanaman
hasil bumi adalah biji - bijian, buah - buahan, dan umbi - umbian. Dari jenis
tersebut dapat dibuat beraneka ragam makanan yang cukup menarik dan lezat serta
disukai banyak orang.
Makanan merupakan kebutuhan pokok
manusia, di samping sandang dan papan. Makanan sendiri dibedakan menjadi dua
macam, yaitu makanan pokok, karena merupakan makanan utama, dan makanan
tambahan yang bisa berupa pelengkap dari makanan pokok. Komposisi umum bahan
makanan baik yang berasal dari hewan maupun yang dari tumbuhan terdiri atas protein,
karbohidrat, dan lemak (Supardi dan Sukamto, 1999). Karbohidrat banyak terdapat
dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun
karbohidrat. Sumber karbohidrat utama bagi bahan makan an kita adalah serealia
dan umbi-umbian. Misalnya dalam 100 gram bahan karbohidrat dalam beras 78,3 %,
jagung 72,4 %, singkong 34,6 %, dan talas 40 % (Winarno, 1997).
Beras merupakan sumber karbohidrat
terbesar dibanding dengan sumber karbohidrat yang lain. Beras merupakan hasil
pengupasan dari gabah yang merupakan biji padi. Sebagai sumber karbohidrat,
beras dikenal mempunyai nilai gizi yang cukup baik terutama bila dibandingkan
dengan sumber karbohidrat lainnya yang dapat diperoleh dari umbi tanaman. Salah
satu jenis beras adalah beras ketan. Beras ketan dan beras biasa mudah
dibedakan, beras biasa biasanya berwarna putih jernih sedangkan beras ketan
berwarna putih suram. Bila dimasak, butir-butir beras biasa tetap lepas/ kurang
melekat, sedangkan butir-butir beras ketan lengket sekali. Beras ketan ini
disajikan bukan sebagai bahan makanan pokok tetapi disajikan sebagai bahan
makanan tambahan. Misalnya dibuat tape, dodol dan banyak masyarakat Jawa
menggunakan ketan putih untuk membuat makanan khas misalnya lemper, jadah, brem
dan masih banyak lagi.
Tape merupakan salah satu bahan
makanan yang cukup banyak dikonsumsi. Tape sendiri mempunyai cita rasa yang
enak dengan rasa manis dan bercampur alkohol. Menurut Rukmana dan Yuniarsih
(2001), bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah ubi kayu (singkong), beras
ketan putih, ketan hitam serta sorgum.
Tape yang baik dan bermutu adalah
tape yang rasanya manis, harum, enak, legit dan tidak menyengat. Rasa manis
pada tape banyak dipengaruhi oleh kadar gula dari tape itu sendini. Semua bahan
yang mengandung karbohidrat dapat dibuat tape, tetapi rasanya tergantung dari
jenis bahan yang digunakan. Karbohidrat diperlukan dalam pembuatan tape, karena
karbohidrat akan diubah menjadi gula oleh enzim yang terdapat pada ragi, gula
diubah oleh mikroorganisme menjadi alkohol. Berdasarkan Mulyono (2000),
pemberian ragi merupakan salah satu syarat utama dalam pembuatan tape, dari
penelitian yang telah dilakukan pemberian ragi sebanyak 3 gram dengan waktu
pemeraman selama 2 hari.
Berawal dari banyaknya konsumsi tape
oleh masyarakat, maka berkembang pula aneka olahan tape yang bersaing untuk
menarik konsumen. Tape disajikan dengan tanpa pewarna maupun dengan pewarna
makanan. Warna pada makanan dapat menentukan mutu, warna juga dapat digunakan
sebagai indikator kesegaran dan kematangan. Dengan adanya warna makanan, maka
akan lebih membuat makanan tersebut terlihat menarik.
Ada dua macam pewarna yaitu pewarna
makanan alami yang berasal dari tumbuhan dan hewan, dan pewarna makanan
sintetis yang dihasilkan dari campuran zat-zat kimia. Berdasarkan penelitian
Joko Susilo dan Alfiah (2001), zat pewarna sintetis lebih banyak digunakan
masyarakat sebagai pewama makanan karena mudah diperoleh, praktis dalam
penggunaannya dan harganya lebih murah. Padahal bila dikaji lebih jauh, pewarna
sintetis dapat merugikan konsumen jika penggunaannya berlebihan. Menurut
Winarno (1997), hal tersebut diakibatkan karena di Indonesia undang-undang
penggunaan zat pewama belum ada, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan Wit
dipakai untuk mewarnai bahan makanan.
Untuk itu diperlukan pemanfaatan
tanaman yang bisa digunakan sebagai pewarna alami. Salah satunya, daun katuk (Sauropus
androgynus, Merr.). Katuk merupakan tanaman yang biasa digunakan untuk obat
pelancar asi, bagi ibu-ibu yang baru selesai melahirkan serta digunakan untuk
sayuran, obat demam, dan suara parau (Mooryati, 1988). Menurut Suswaningsih (2001),
katuk dimanfaatkan sebagai pewama pembuatan tape ketan dan ada sebagian
masyarakat yang menggunakan daun katuk untuk pewarna pada tape ketan.
Daun katuk mengandung senyawa kimia
yaitu, flavonoid, tanin, dan saponin (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, dan biasanya yang terdapat
sebagai tlavonoid O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoid
terikat pada satu gula (atau lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan
asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang efektif dan
lebih mudah larut dalam air (Markham,1988).
Menurut Winarno (1977), saponin
adalah glikosida dalam tanaman dan terdiri atas gugus sapogenin (steroid;C27)
atau triterpenoid (C30), gugus heksosa, pentosa atau asam uronat.
Dari kandungan saponin gula tersebut terdapat kandungan glikosida.
Dari uraian di atas, perlu adanya
penelitian tentang pemanfaatan daun katuk sebagai pewarna alarm pada tape
ketan. Untuk mengetahui apakah zat pewarna alami daun katuk berpengaruh
terhadap kadar glukosa pada tape ketan, maka penulis tertank untuk mengadakan
penelitian dengan mengambil pemasalahan mengenai "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK
DAUN KATUK TERHADAP KADAR GLUKOSA PADA TAPE KETAN PUTIH"
B.
Pembatasan Masalah
Untuk
menghindari meluasnya masalah dan untuk mempermudah
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, Edwards R, dkk, 1987, Ilmu Pangan (alih bahasa Hari
Purnomo, Adiono), Jakarta, UI Press.
Bandini, Yusni, 1996, Nipah Pemanis Alami Baru, Jakarta,
Penebar Swadaya.
Desrosier, N.W, 1988, Teknologi Pengawetan Pangan, Terjernahan
Muljohardjo, Jakarta, UI Press.
Dwidjoseputro, 1982, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan,
Malang.
Emy, Shinta,1997, Pengaruh Substitusi Beras Ke1an Putih Dengan Ubi
Kayu Pada Pembuatan Brem Padal Berdasarkan Kadar Alkohol, Karya Tulis
Ilmiah, Akademi Gizi Depkes RI Semarang, Semarang.
Eko, W, 2002, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk (Sauropus
androgynus. Merr) Terhadap Kadar Etanol Pada Tape Kelan Putih, Penelitian
(belum diterbitkan) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Biologi,
Surakarta, UMS.
Fessenden, R. J, dan Fesenden, S. J, 1986, Kimia Organik Jilid
I, Terjemahan Aloysius Hadiguna Pudjaatmaka (1990), Jakarta, Erlangga.
Guenther, E, 1990, Minyak Atsiri I, Terjemahan : Ketaren,
Jakarta, UI Press.
Gaman dan Sherrington, 1994, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi, Terjemahan Murdijati, Naruki (1981), Yogyakarta, UGM Press.
Joko Susilo dan Alfiah K, 2001, Studi Kelayakan Tentang Zat Pewarna
Makanan Pada Jajanan Pasar di Pasar Tradisional Wilayah Surakarta Tahun 2001, Surakarta,
FKIP, UMS.
Kam No, 1995, Analisa Bahan Makanan, Jakarta,FK, Ul.
Markham. K.R, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan
:Padmawinata (1988), Bandung, ITB.
Mooryati, S, 1988, Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan Kegunaan, Jakarta,
Balai Pustaka.
Murni, H. S, 1999, Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap kadar Akohol
Pada pembualan Sirup Ubi Kayu (Manihot utilisima), Dalam Skripsi Fakultas
Kesehatan Akademi Gizi UMS, Surakarta.
Mulyono, S.R.T, 2000, Pengaruh Waktu Pemeraman dan pemberian Bagi
Yang Berbeda Terhadap Kadar Alkohol Pada Fennentasi Tape Kelan Hitam, Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Biologi, Surakarta, UMS.
Pelczar, Jr. M.J dan Chan.E.C.S, 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi 2, Jakarta,
UT Press.
Rahayu dan Winarno, 1994, Bahan Tambahan Untuk Makanan dan
Kontaminan, Jakarta, Pustaka Harapan.
Rukmana. R dan Yuniarsih, 2001, Aneka Olahan Ubi Kayu, Yogyakarta,
Kanisius.
Sa'id, Gumbira, 1987, Bioindusiri Penerapan Teknologi Fermenfasi, Jakarta
Melton putra.
Supardi, Imam dan Sukarnto, 1999, Mikrobiologi dalam pengolahan dan
Keamanan Pangan, Bandung, Alumni.
Syamsuhidayat.S.S clan Hutapea J.R, 1991, lnventaris Tanaman Obat
Indonesia 1, Jakarta, Depkes RI.
Suswaningsih, 2001, Pemanfaatan Daun
Katuk Sebagai Pewarna Alami Dalam Pembuatan Tape Ketan, Skripsi, Teknologi
Hasil Pertanian, Klaten, UNWIDA.
Tandjung, 1995, Toksikologi Pangan dan Lingkungan, Yogyakarta,
UGM Press.
Tarigan, Jeneng, 1988, Pengantar Mikrobiologi, Jakarta,
P&K, Dirjen Dikti.
Timotius, 1982, Mikrobiologi Dasar Edisi I, Salatiga, UKSW
Press.
Tobing, L.R, 1989, Kimia Bahan Alam, Jakarta, P&K, Dirjen
Dikti.
Winarno, F.G, 1997, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama.
Warsidi, 2001, Laporan Penelitian Pembuatan Sirup Glukosa Dari
Ampas Tapioka Dengan Proses Hidrolisa Asam, Teknik Kimia Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar