Selasa, 01 Januari 2013

PD 369 - HOMONIM BAHSA INDONESIA DAN BAHAS


HOMONIM BAHSA INDONESIA DAN BAHAS MELAYU MALAYSIA:STUDI KOMPARASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Bahasa itu menyatu dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia di dunia ini. Bahasa Indonesia (BI) dan Bahasa Melayu Malaysia (BMM) dalam konteksnya sama antara keduanya. Kedua bahasa tersebut mengalami perkembangannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang mengelilinginya. Bahasa Melayu Malaysia hidup dengan kondisi dan suasana yang berbeda dari bahasa Indonesia.
Pada tahap awal perkembangannya, bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh Bahasa Belanda, Bahasa Sanskerta, dan Bahasa Arab. Selain itu, keberadaan ratusan suku dengan bahasa yang berbeda-beda juga memberikan pengaruh dalam hal perbendaharaan kata, struktur dalam bahasa Indonesia.
Adapun perkembangan Bahasa Melayu Malaysia banvak dipengaruhi oleh Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Negara Malaysia tidak terdiri dari banyak suku yang memiliki bahasa yang berbeda, seperti di Indonesia sehingga sumbangan yang berasal dari bahasa daerah relatif sedikit. Penduduk asli semua berbahasa Melayu, sedangkan penduduk non-Melayu menggunakan bahasa yang lain, seperii Bahasa China dan Bahasa Tamil (Badudu, 1992- 992). Alur perkembangan kedua bahasa yang berbeda ini dapat menjadi modal/ factor utama arah perkembangan kedua bahasa ini dan memunculkan perbedaan-perbedaan pada tataran kebahasaannya.
Kenyataan-kenyataan mengenai perbedaan tataran kebahasan kedua bahasa tersebut dapat diketahui melalui media atau surat kabar atau yang lainnya. Penulis tertarik untuk membandingkan dua bahasa yang serumpun ini karena dapat menambah perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini dilakukan karena ketika pulang ke Thailand selalu transit di Malaysia kernudian membeli surat kabar Harlan Malaysia sehinggapenulis terdorong untuk inelakukan pengamatan dan mengadakan perbandin-an. perbedaan fenomena kebahasaan dua bahasa tersebut.
Salah satu tataran kebahasaan yang menarik perhatian adalah peristiwa pertalian semantik kedua bahasa tersebut. Pertalian semantik yang dimaksud adalah peristiwa yang berhubungan dengan makna antara kata atau satuan bahasa dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan atau relasi makna ini mungkin menyangkut hal sinonim, antonim, polisemi, ambigiuitas, hiponim, homonim, redudansi, dan sebauainya (Chaer, 1995: 3 1). Dari pengamatan penulis terhadap pemakaian bahasa Melayu ini ditemukan kata-kata dari bahasa Melayu Malaysia yang sama bentuknya dengan bahasa Indonesia tetapi ternyata memiliki makna yang berbeda. Peristiwa ini dalam studi semantic dinamakan homonim.
Homonim dikatakan sebagai bentuk (istilah) yang sama ejaan atau lafalnya tetapi mengungkapkan makna yang berbeda. Contoh- contoh kata- kata tersebut antara lain: kata punggung. Dalam bahasa Indonesia kata ini digunakan untuk menunjuk `bagian tubuh tempat beradanya tulang belakang. Kata ini dalam BMM digunakan untuk menunjuk bagian tubuh yang lain, yaitu 'pantat'. Kata gusti dalam bahasa Indonesia bennakna `gelar bagi bangsawan', sedangkan dalam bahasa Melayu Malaysia bermakna 'gulat atau gumul'. Contoh lain adalah kata seronok. Dalam BI kata ini mengacu pada makna 'tidak sopan' (misalnya dalam berpakaian)', sedangkan dalam BMM. Kata tersebut mengacu pada makna berupa 'perasaan yang menyenangkan, nyaman, enak'. Kata cry at digunakan dalam bahasa Indonesia untuk menunjuk makna 'bagian dari pasal-pasal, bagian dari isi kitab'. Pada BMM, selain digunakan sama seperti dalam bahasa Indonesia, juga menunjuk makna 'satu perkataan, kalimat yang membawa maksud tertentu'.
Dari contoh-contoh di atas dan ketika penulis membaca surat kabar Malaysia menunjukkan bahwa terdapat potensi peristiwa homonim pada Bahasa Melayu Malaysia dan Bahasa Indonesia. Kenyataan adanya potensi homonim ini masih bersifat umum atau global. Homonim dalam studi semantik dapat ditemukan pada kata, frasa, atau kalimat (Parera, 1991: 2l). Namun, dalam penelitian ini difokuskan untuk mengamati homonim pada tataran kata. Apabila dikaitkan dengan masalah makna; maka dalam studi semantik terdapat pembagian makna secara garis besar, vaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna kata-kata pada waktu berdiri sendiri, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intrabahasa atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.
Fenomena perbedaan makna yang banyak terjadi pada kata-kata kedua bahasa tersebut merupakan masalah yang menarik untuk diteliti. Ada beberapa hal yang menunjang kemenarikan tersebut, yakni apabila dikaitkan dengan tujuan komunikasi itu sendiri. Salah satu tujuan komunikasi adalah terjadinya interaksi timbal-balik dan tersampainya pesan komunikasi dengan baik. Apabila yang berbahasa dari kedua negara tentunnya kedua orang tersebut akan merasa kurang paham karena masing-masing mempunyai maksud tersendiri. Alasan yang kedua adalah sebagai pemasukan studi semantik pada Bahasa Indonesia khususnya dalam pengajaran.      .

B.      Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan menuju pada suatu tuiuan yang diinginkan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah dapat memberikan arahan pada penelitian untuk lebih menfokuskan penyelesaian masalah pada satu titik utama pennasalahan secara detail. Adapun masalah yang diteliti adalah kata yang  sama bentuknva tetapi berbeda makna, dan studi perbandingan homonim yang bersumber pada surat kabar Harian Berita Harian dan harian  Metro

C.      Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas masalah penelitian ini dirumuskan malalui pertanyaan berikut ini :
1.        Bagaimanakah bentuk homonim yang terdapat dalam kata-kata yang dibandingkan ?
2.        Apakah sumbangan studi perbandingan homonim lm pada studi pengajaran semantik bahasa Indonesia.

D.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mencapai hal-hal berikut :

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1988. Semantik, pengantar studi tentang makna. Bandung : CV. Sinar Dunia.

Badudu. JS. 1992. Cakrawala bahasa Indonesia II. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Berita Harian Tanggal 26 Oktober 2002

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar semantic bahasa Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipta

Depaternen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar bahasa Indonesia Cet. IV. Jakarta : Balai Pustaka

Djajasudarrna, T. Fatimah. 1993. Semantik I. Bandung: Eresco

Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian pendidikan Malaysia. 1992. Kamus pelajar bahasa Malaysia. Kuala Lumpur

Harian Metro Tanggal 26 Oktoher 2002’

Kridalaksana, Harimurti. 1992. Kamus Lugistik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Meloeng Lexv J. 1994. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung PT Remain Rosdakarya.

Parera, J Daniel. (1991). Teori Semantik. Jakarta: penerbit Erlangga

Pateda. Mansur. 1996. Semantik Lesikal. Ende Flores : Nusa Indah

Rahayu Puji 1997 ‘ Analisis nama Siswa kelas If SLTP Negeri I Kredanen kabupaten Grobogan ditinjau dari Makna Referensial” Surakarta : UMS

Rahayu Sri 1996 “Makna Referensi nama- nama Badan Usaha di kompleks Bursa Beteng di Surakarta’. Surakarta UMS

Sainoh Masoree. 2002 "pemakaian kata sapaan dalam Sistem kekerabatan Masyarakat Melayu : kasus di kampong Al-Satia Ampor Cho-Irong, Changwad Narathiwat Thailand Selatan ". Surakarta : UMS

Sibarani, Robert. 1992. Hakikat bahasa. Bandung: PT Citra Aditva Bakti.

Sudaryanto, 1993. Metode dan aneke teknik Analisis bahasa. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Suyata, Pudjiastuti. 1987. Perbandingan Bahasa Nusantara Konstratif. Yogyakarta. FBPS. IKIP

Verhar. Asas- asas Lingustik Umum. Yogyakarta : UGM Press




Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

0 komentar:

Posting Komentar