HOMONIM BAHSA INDONESIA DAN BAHAS MELAYU
MALAYSIA:STUDI KOMPARASI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa itu menyatu dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia di
dunia ini. Bahasa Indonesia (BI) dan Bahasa Melayu Malaysia (BMM) dalam
konteksnya sama antara keduanya. Kedua bahasa tersebut mengalami
perkembangannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang mengelilinginya. Bahasa
Melayu Malaysia hidup dengan kondisi dan suasana yang berbeda dari bahasa
Indonesia.
Pada tahap awal perkembangannya, bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh
Bahasa Belanda, Bahasa Sanskerta, dan Bahasa Arab. Selain itu, keberadaan
ratusan suku dengan bahasa yang berbeda-beda juga memberikan pengaruh dalam hal
perbendaharaan kata, struktur dalam bahasa Indonesia.
Adapun perkembangan Bahasa Melayu Malaysia banvak dipengaruhi oleh Bahasa
Inggris dan Bahasa Arab. Negara Malaysia tidak terdiri dari banyak suku yang
memiliki bahasa yang berbeda, seperti di Indonesia sehingga sumbangan yang
berasal dari bahasa daerah relatif sedikit. Penduduk asli semua berbahasa Melayu,
sedangkan penduduk non-Melayu menggunakan bahasa yang lain, seperii Bahasa
China dan Bahasa Tamil (Badudu, 1992- 992). Alur perkembangan kedua
bahasa yang berbeda ini dapat menjadi modal/ factor utama arah perkembangan
kedua bahasa ini dan memunculkan perbedaan-perbedaan pada tataran
kebahasaannya.
Kenyataan-kenyataan mengenai perbedaan tataran kebahasan kedua bahasa
tersebut dapat diketahui melalui media atau surat kabar atau yang lainnya. Penulis
tertarik untuk membandingkan dua bahasa yang serumpun ini karena dapat menambah
perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini dilakukan
karena ketika pulang ke Thailand selalu transit di Malaysia kernudian membeli
surat kabar Harlan Malaysia sehinggapenulis terdorong untuk inelakukan
pengamatan dan mengadakan perbandin-an. perbedaan fenomena kebahasaan dua bahasa
tersebut.
Salah satu tataran kebahasaan yang menarik perhatian adalah peristiwa
pertalian semantik kedua bahasa tersebut. Pertalian semantik yang dimaksud
adalah peristiwa yang berhubungan dengan makna antara kata atau satuan bahasa
dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan atau relasi makna ini mungkin
menyangkut hal sinonim, antonim, polisemi, ambigiuitas, hiponim, homonim,
redudansi, dan sebauainya (Chaer, 1995: 3 1). Dari pengamatan penulis terhadap
pemakaian bahasa Melayu ini ditemukan kata-kata dari bahasa Melayu Malaysia yang
sama bentuknya dengan bahasa Indonesia tetapi ternyata memiliki makna yang
berbeda. Peristiwa ini dalam studi semantic dinamakan homonim.
Homonim dikatakan sebagai bentuk (istilah) yang sama ejaan atau lafalnya
tetapi mengungkapkan makna yang berbeda. Contoh- contoh kata- kata tersebut
antara lain: kata punggung. Dalam bahasa Indonesia kata ini digunakan untuk
menunjuk `bagian tubuh tempat beradanya tulang belakang. Kata ini dalam BMM
digunakan untuk menunjuk bagian tubuh yang lain, yaitu 'pantat'. Kata gusti dalam
bahasa Indonesia bennakna `gelar bagi bangsawan', sedangkan dalam bahasa Melayu
Malaysia bermakna 'gulat atau gumul'. Contoh lain adalah kata seronok. Dalam
BI kata ini mengacu pada makna 'tidak sopan' (misalnya dalam berpakaian)',
sedangkan dalam BMM. Kata tersebut mengacu pada makna berupa 'perasaan yang
menyenangkan, nyaman, enak'. Kata cry at digunakan dalam bahasa
Indonesia untuk menunjuk makna 'bagian dari pasal-pasal, bagian dari isi
kitab'. Pada BMM, selain digunakan sama seperti dalam bahasa Indonesia, juga
menunjuk makna 'satu perkataan, kalimat yang membawa maksud tertentu'.
Dari contoh-contoh di atas dan ketika penulis membaca surat kabar
Malaysia menunjukkan bahwa terdapat potensi peristiwa homonim pada Bahasa
Melayu Malaysia dan Bahasa Indonesia. Kenyataan adanya potensi homonim ini
masih bersifat umum atau global. Homonim dalam studi semantik dapat ditemukan
pada kata, frasa, atau kalimat (Parera, 1991: 2l). Namun, dalam penelitian ini
difokuskan untuk mengamati homonim pada tataran kata. Apabila dikaitkan dengan
masalah makna; maka dalam studi semantik terdapat pembagian makna secara garis
besar, vaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna
kata-kata pada waktu berdiri sendiri, sedangkan makna gramatikal adalah
makna yang menyangkut hubungan intrabahasa atau makna yang muncul sebagai akibat
berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.
Fenomena perbedaan makna yang banyak terjadi pada kata-kata kedua bahasa
tersebut merupakan masalah yang menarik untuk diteliti. Ada beberapa hal yang
menunjang kemenarikan tersebut, yakni apabila dikaitkan dengan tujuan
komunikasi itu sendiri. Salah satu tujuan komunikasi adalah terjadinya
interaksi timbal-balik dan tersampainya pesan komunikasi dengan baik. Apabila
yang berbahasa dari kedua negara tentunnya kedua orang tersebut akan merasa
kurang paham karena masing-masing mempunyai maksud tersendiri. Alasan yang
kedua adalah sebagai pemasukan studi semantik pada Bahasa Indonesia khususnya
dalam pengajaran. .
B.
Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan menuju pada suatu tuiuan
yang diinginkan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah dapat
memberikan arahan pada penelitian untuk lebih menfokuskan penyelesaian masalah
pada satu titik utama pennasalahan secara detail. Adapun masalah yang diteliti
adalah kata yang sama bentuknva tetapi
berbeda makna, dan studi perbandingan homonim yang bersumber pada surat kabar
Harian Berita Harian dan harian
Metro
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas masalah penelitian ini dirumuskan malalui pertanyaan
berikut ini :
1.
Bagaimanakah bentuk homonim yang
terdapat dalam kata-kata yang dibandingkan ?
2.
Apakah sumbangan studi
perbandingan homonim lm pada studi pengajaran semantik bahasa Indonesia.
D.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini
ditujukan untuk mencapai hal-hal berikut :
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin.
1988. Semantik, pengantar studi tentang makna. Bandung : CV. Sinar
Dunia.
Badudu. JS.
1992. Cakrawala bahasa Indonesia II. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Berita Harian
Tanggal 26 Oktober 2002
Chaer, Abdul.
1995. Pengantar semantic bahasa Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipta
Depaternen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar bahasa Indonesia Cet. IV.
Jakarta : Balai Pustaka
Djajasudarrna,
T. Fatimah. 1993. Semantik I. Bandung: Eresco
Dewan Bahasa
dan Pustaka Kementrian pendidikan Malaysia. 1992. Kamus pelajar bahasa
Malaysia. Kuala Lumpur
Harian Metro
Tanggal 26 Oktoher 2002’
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Kamus Lugistik. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Meloeng Lexv J. 1994. Metodologi penelitian Kualitatif.
Bandung PT Remain Rosdakarya.
Parera, J Daniel. (1991). Teori Semantik. Jakarta: penerbit Erlangga
Pateda. Mansur. 1996. Semantik Lesikal. Ende Flores : Nusa Indah
Rahayu Puji 1997
–‘ Analisis nama Siswa kelas If SLTP Negeri I Kredanen kabupaten
Grobogan ditinjau dari Makna Referensial” Surakarta : UMS
Rahayu Sri 1996
–“Makna Referensi nama- nama Badan Usaha di kompleks Bursa Beteng di
Surakarta’. Surakarta UMS
Sainoh
Masoree. 2002 "pemakaian kata sapaan dalam Sistem kekerabatan Masyarakat
Melayu : kasus di kampong Al-Satia Ampor Cho-Irong, Changwad Narathiwat
Thailand Selatan ". Surakarta : UMS
Sibarani,
Robert. 1992. Hakikat bahasa. Bandung: PT Citra Aditva Bakti.
Sudaryanto,
1993. Metode dan aneke teknik Analisis bahasa. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Suyata,
Pudjiastuti. 1987. Perbandingan Bahasa Nusantara Konstratif. Yogyakarta. FBPS.
IKIP
Verhar. Asas-
asas Lingustik Umum. Yogyakarta : UGM Press
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar