PENGARUH PROPORSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP
PERFORMAN PRODUKSI BURUNG PUYUH
Bab I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Burung puyuh dikembangkan di negara-negaraa maju sebagsu hewan pereobaaa
dan hewan penghasil daging dan telur. Pam peternak di Indonesia biasanya
memelihara burung puyuh jenis Coturnix coturnix japonica.
Burung puyuh tersebut merupakan penghasil telur yang produktif: Menurut
Listiyowati dan Roospitasari (2000) produksi telurnya dalam setahun dapat
mencapai 250 - 300 butir/ekor.
Burung puyuh pada saat dewasa tubuh pada umur 50 hari mempunysi bobot
badan 150 grannlekor dan bobot telur 10 gram/butir. Bobot telur tersebut
mencapai 7% dari bobot badannya, sedangkan pada ayam dan kalkun masing-masing
3% dan 1% (Shanawany, 1994). Menucut Riyanto (1986) konsumsi pakan setiap
harinya rata-rata 20 gram/ekor. Hal tersebut menunjukkan bahwa buntng puyuh
dapat menggunakan pakannya secara efisien.
Pemeliharaan burung puyuh yang baik dapat mempertahankan atau bahkan
meningkatkan produksi telurnya (Soedirdjoalmodjo, 1981). Saiah satu faktor yang
mempengaiuhi pemeliharaan tersebut adalah manajemen pemberian pakan. Menurut
Rasyaf (1994) metode pemberian pakan dapat mempengatuhi performan ternak
tersebut. Menurut Rahardja (1983) burung puyuh pada masa starter diberi pakan secara ad libitum. Metode
pemberian pakan diubah menjadi 2 kali sehari setelah dipindahkan ke kandang
petelur yaitu pada pagi hsri dan siang hari. Kebutuhan pakan bunmg puyuh
tersebut pada pagi dan sore hari berbeda, sehingga proporsi pemberian pakannya
perlu diperhatikan.
Menurut Saleh (2000) pada pagi hail kebutuhan pakan pada ternak unggas
akan meningket karena temboloknya kosong. Kekosongan tembolok 'tersebut
disebabkan tidak adanya aktifitas makan sepanjang malam sebelumnya. Namun hal
tersebut dapat diatasi dengan pemberian lampu pada kandang. Keberadaan cahaya
dapat meningkatkan konsumsi pakan pada temak unggas.
Menuuut Anggorodi (1984) pada siang hail konsumsi pakan temak unggas akan
menurun. Penunman tersebut disebabkan suhu linglnuigan yang cukup tinggi.
Tindakan tersebut bertujuan untuk menguaugi produksi panas dan dalam tubuh
ternak unggas tersebut.
Menurut Saleh (2000) pada sore hail kebutuhan pakan temak unggas akan
kembali meningkat. Peningkatan tersebut untuk menghindari kekurangan makanann
sepanjang malam hari dan untuk memenuhi kebutuhan nufirien pada seat proses
peneluran. Ovulasi burung puyuh tsrjadi pada sore hail dan oviposisi terjadih setelah
24 jam berikutnya. Ini beratti telur burung puyuh akan keluar sore
hari berikutnya (Shanawany, 1994).
Perbedaan kebutuhan pakan gada burung puyuh tersebufit membuat peneliti
terfarik tmiuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh proporsi pemberiau pakan
terhadap performan produksi buung puyuh.
B.
Rumusan Masalah
Manajemen pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perfortnan bunuig puyuh Manajemen pemeliharaan salah satunya ialah metode
pemberian pakan. Pemberian pakan dapat dilakukan 2 kali sehari yaitu
pada pagi dan siang hari.
Konsumsi pakan biuung guyuh pada pagi dan sore ban berbeda, karena
aktifitasnya pun berbeda. Pada pagi han konsumsi pakann bunmg puyuh sedikit
karena pada malam hari di dalam kandang diberi lampu. Adanya lampu tersebut
memudahkan bunmg puyuh untuk makan pada madam hari. Pada siang hari nafsu makan
bunmg puyuh dapat menurun karena suhu lingkungan yang tinggi. Pada sore hari
burung puyuh mempersiapkan diri untuk bertelur, sehingga membutuhkan energi
yang cukup besar. Pemberian pakan yang lebih besar pada sore hati daripada pagi
han diharapkan mampu untuk meningkatkan perfotman produksi burung puyuh.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian apakah proporsi pemberian pakan dapat berpengaruh terhadap performan
produksi bunmg puyuh.
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh proporsi pemberian pakan terhadap performan produksi burung
puyuh.
2. Mengetahui proporsi pemberian pakan yang ideal untuk bunmg puyuh.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1984 Ilmu Makanan
Ternak Umum. Edisi ke-2. PT. Gramedia,
Jakarta.
Aryogi. 1993. Penghematan Pakan
Ayam. Ayrnn dan Telur. 84 (2) : 30.
Azis, A. dan A. Insulistyowati.
2001. Pengaruh Pengaturan Waktu Makan Dengan Program Pemberian Ransum Secara
Berselang Terhadap Profil Sel-sel Leukosit Ayam Broiler. Jurnal lbniah
Ibnu-ilmu Peternakan. 4(2) : 77 - 87.
Cunningham, D.
L. dan S. J. Polte. 1984. Production and Income Performance of White
Leghorn Layers Feed Restericted at Various Stage and Production. Pouttry
Sci. 63: 38 - 44.
Etches, R. J. 1996.
Reproduction in Poultry. Departement of Animal and Poultry Science University
of Guelp, Guelp.
Kusumah, N. 1987. Telur Puyuh
Baik Untuk Orang Berdiet Kholesteml. Ayam dan Tekcr. 14 (4) : 22 - 23.
Listiyowati, E. dan K.
Roospitasari. 2000. Fuyuh Tata
Laksana Budiduyia Secara Komersial Penebar Swadaya, Jakarta.
Mugiyono, S. 2000. Pengaruh
Pembatasan Brooder Terhadap Performan Ayam
Broiler. Majalah Ilmiah Unfversitas Jendral Soedfiman. 26 (1): 33 - 40.
Broiler. Majalah Ilmiah Unfversitas Jendral Soedfiman. 26 (1): 33 - 40.
National Research Council. 1994. Nutrient Requairement of
Poultry. 9thed. National Academic Press, Washington D. C.
North, M. O. 1984. Commercial
Chicken Production Manual 3thed. The Avi Publishing Co. Ina
Wesport, Connecticut
Nugraha, C. 1985. Beberapa Hal
Yang Hams p Atikan Oleh peternak Puyuh. Ayam dan Telur. 7(7) -.18 - 19.
Nugroho dan I. G. K. Mayun. 1981. Beternak Burung Puyuh (Quail). Eka
Offset, Semarang.
Pandelala, S. Tristiati, Sunarso dan W. Sarengat. 1982.
Pengaruh Beberapa Tingratan Energi Pada Protein Yang Sama Dalam Ransum Terhadap
Pertambahau Berat Bada Pada Periode Starter, Awal Peneluran Dan Produksi Telur
Pada Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica). Frocedings Seminar
Penelitian Peternakan di Cisaruq Bogor, 8 – 11
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar