Senin, 12 November 2012

PTS-13, IMPLEMENTASI DISKUSI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAPUAN GURU


IMPLEMENTASI DISKUSI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAPUAN GURU
DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH
SEBAGAI SUMBER BELAJAR
DI SMP N 91 JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Salah satu agenda pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional adalah penyempurnaan kurikulum. Pelaksanaan sistem kurikulum nasional yang sentralistik telah menghasilkan prilaku kognitif siswa yang kurang fleksibel, kurang terbuka terhadap pendapat yang divergen. Siswa merasa lebih aman dan  cendrung terikat pada apa yang telah ada, pikiran mereka kurang berkembang dan cendrung kurang suka pada sesuatu yang baru. Praktek-praktek pendidikan yang dikembangkan kelihatannya lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan. Akhirnya kompetensi belajar kurang berkembang secara optimal.
Untuk itu sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang  ini, memerlukan strategi baru terutama dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan model, motode atau setrategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.Dengan demikian dalam pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas, melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan motode yang variatif.
Disamping itu sesuai dengan pendekatan PAIKEM-GEMBROT (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot), guru harus mampu menghadapkan siswa dengan dunia nyata sesuai dengan yang dialaminya sehari-hari.
Salah satu setrategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Paikem yang memungkinkan bisa mengembangkan kreativiats, motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Hal ini juga sesuai dengan salah satu pilar dari pendekatan contekstual yaitu masyarakat belajar (learning commonity). Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara belajar yang disarankan dalam KTSP sebagai upaya mendekatkan aktivitas belajar siswa pada berbagai fakta kehidupan sehari-hari di sekitar lingkungan siswa. Memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar menjadi alternatif setrategi pembelajaran untuk memberikan kedekatan teoritis dan praktis bagi pengembangan hasil belajar siswa secara optimal. Ekowati (2001) mengatakan, memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar merupakan bentuk pembelajaran yang berfihak pada pembelajaran melalui penggalian dan penemuan (experiencing) serta keterkaitan (relating) antara materi pelajaran dengan konteks pengalaman kehidupan nyata melalui kegiatan proyek. Pada pembelajaran dengan setrategi ini guru bertindak sebagai pelatih metakognitif yaitu membantu pebelajar dalam menemukan materi belajar, mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan laporan dan dalam penampilan hasil dalam bentuk presentasi.
Dari hasil pantauan calon peneliti selaku pengawas sekolah, selama ini  para guru masih sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan  sekolah  tidak  lebih  hanya  digunakan sebagai tempat bermain-main siswa  pada saat istirahat. Kalau tidak jam istirahat, guru lebih sering  memilih mengkarantina siswa di dalam kelas, walaupun misalnya siswa sudah merasa sangat jenuh berada di dalam kelas.
Seperti observasi awal yang dilakukan di sekolah binaan peneliti, guru-guru di sekolah tersebut memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar hanya dua sampai tiga kali dalam satu semester. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di dalam kelas walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah. Dari wawancara yang dilakukan peneliti, sebagian besar guru mengaku enggan mengajak siswa belajar di  luar kelas, karena alasan susah mengawasi. Selain itu ada guru yang menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Untuk mengatasi hal itu perlu adanya diskusi kelompok diantara para guru mata pelajaran dalam bentuk MGMP untuk mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Dalam kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal.  Penelitian Nur Mohamad dalam Ekowati (2001) menunjukkan diskusi kolompok memiliki dampak yang amat positif bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang tingkat pengalamannya tinggi.
Bagi guru yang tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah akan menambah pengetahuan. Keunggulan diskusi kelompok melalui MGMP adalah keterlibatan guru bersifat holistic dan  konprehensip   dalam   semua   kegiatan.  Dari segi  lainnya  guru  dapat  menukar  pendapat,   memberi saran, tanggapan dan berbagai reaksi sosial dengan teman seprofesi sebagai peluang bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman.

B.      Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta hasil pengamatan peneliti melalui supervisi,maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
1.       Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar,selain buku paket.
2.       Pembelajaran yang dikembangkan di kelas–kelas kelihatannya  lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan
3.       Dalam  kegiatan  pembelajaran guru belum mampu menerapkan model, motode atau setrategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.
4.       Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar,walaupun materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Badru Zaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK 2304. Modul 1-9. Jakarta Universiats Terbuka.
Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas.
Kasianto, I Wayan 2004 Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Pendekatan Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Kelas. Tidak dipublikasikan
Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosdakarya.
Sarman, Samsuni S.Pd. 2005. Implementasi Pendekatan Works Based Learning pada Sumber Belajar Masyarakat dalam Pembelajaran PS-Ekonomi. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Sutrisno Hadi, 2000. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Andi
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

0 komentar:

Posting Komentar