IMPLEMENTASI DISKUSI MUSYAWARAH GURU MATA
PELAJARAN
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAPUAN GURU
DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH
SEBAGAI SUMBER BELAJAR
DI SMP N 91 JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu
agenda pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional adalah
penyempurnaan kurikulum. Pelaksanaan sistem kurikulum nasional yang
sentralistik telah menghasilkan prilaku kognitif siswa yang kurang fleksibel,
kurang terbuka terhadap pendapat yang divergen. Siswa merasa lebih aman
dan cendrung terikat pada apa yang telah
ada, pikiran mereka kurang berkembang dan cendrung kurang suka pada sesuatu
yang baru. Praktek-praktek pendidikan yang dikembangkan kelihatannya lebih
ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari satu
jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan. Akhirnya kompetensi belajar
kurang berkembang secara optimal.
Untuk itu
sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang ini, memerlukan strategi baru terutama dalam
kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya lebih banyak
didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan sistem
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam
implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan model, motode atau
setrategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu
mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.Dengan demikian dalam
pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas,
melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan motode yang
variatif.
Disamping
itu sesuai dengan pendekatan PAIKEM-GEMBROT (Pembelajaran Aktif Inovatif
Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot), guru harus mampu
menghadapkan siswa dengan dunia nyata sesuai dengan yang dialaminya
sehari-hari.
Salah satu
setrategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Paikem yang memungkinkan
bisa mengembangkan kreativiats, motivasi dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar. Hal ini juga sesuai dengan salah satu pilar dari pendekatan contekstual
yaitu masyarakat belajar (learning commonity). Untuk mencapai tujuan
tersebut, salah satu cara belajar yang disarankan dalam KTSP sebagai upaya
mendekatkan aktivitas belajar siswa pada berbagai fakta kehidupan sehari-hari
di sekitar lingkungan siswa. Memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar menjadi alternatif setrategi pembelajaran untuk memberikan kedekatan
teoritis dan praktis bagi pengembangan hasil belajar siswa secara optimal.
Ekowati (2001) mengatakan, memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar merupakan bentuk pembelajaran yang berfihak pada pembelajaran melalui
penggalian dan penemuan (experiencing) serta keterkaitan (relating)
antara materi pelajaran dengan konteks pengalaman kehidupan nyata melalui
kegiatan proyek. Pada pembelajaran dengan setrategi ini guru bertindak sebagai
pelatih metakognitif yaitu membantu pebelajar dalam menemukan materi belajar,
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan laporan dan dalam
penampilan hasil dalam bentuk presentasi.
Dari hasil
pantauan calon peneliti selaku pengawas sekolah, selama ini para guru masih sangat jarang memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah
tidak lebih hanya
digunakan sebagai tempat bermain-main siswa pada saat istirahat. Kalau tidak jam
istirahat, guru lebih sering memilih
mengkarantina siswa di dalam kelas, walaupun misalnya siswa sudah merasa sangat
jenuh berada di dalam kelas.
Seperti
observasi awal yang dilakukan di sekolah binaan peneliti, guru-guru di sekolah
tersebut memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar hanya dua
sampai tiga kali dalam satu semester. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di
dalam kelas walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah.
Dari wawancara yang dilakukan peneliti, sebagian besar guru mengaku enggan
mengajak siswa belajar di luar kelas,
karena alasan susah mengawasi. Selain itu ada guru yang menyampaikan bahwa
mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
Untuk
mengatasi hal itu perlu adanya diskusi kelompok diantara para guru mata pelajaran
dalam bentuk MGMP untuk mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar.
Dalam
kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Penelitian Nur Mohamad dalam
Ekowati (2001) menunjukkan diskusi kolompok memiliki dampak yang amat positif
bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang tingkat pengalamannya
tinggi.
Bagi guru
yang tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi guru yang
tingkat pengalamannya rendah akan menambah pengetahuan. Keunggulan diskusi
kelompok melalui MGMP adalah keterlibatan guru bersifat holistic dan konprehensip
dalam semua kegiatan.
Dari segi lainnya guru
dapat menukar pendapat,
memberi saran, tanggapan dan berbagai reaksi sosial dengan teman seprofesi
sebagai peluang bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman.
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta hasil pengamatan
peneliti melalui supervisi,maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai
berikut:
1. Pendekatan pembelajaran lebih banyak
didominasi oleh peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar,selain buku
paket.
2.
Pembelajaran
yang dikembangkan di kelas–kelas kelihatannya
lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan
mencari satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan
3.
Dalam kegiatan
pembelajaran guru belum mampu menerapkan model, motode atau setrategi pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang
mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.
4.
Dalam
proses pembelajaran guru sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar,walaupun materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Badru Zaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK
2304. Modul 1-9. Jakarta
Universiats Terbuka.
Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul
Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas.
Kasianto, I Wayan 2004 Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan
Pendekatan Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Kelas. Tidak
dipublikasikan
Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung Remaja Rosdakarya.
Sarman, Samsuni S.Pd. 2005. Implementasi Pendekatan Works Based Learning
pada Sumber Belajar Masyarakat dalam Pembelajaran PS-Ekonomi. Laporan
Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Sutrisno Hadi, 2000. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Andi
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar