BERMAIN KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN
KETRAMPILAN MATEMATIKA
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak TK XXXXXXXX)
BERMAIN
KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN
ABSTRAKSI
Peningkatan ketrampilan berhitung dengan bermain kartu
bilangan pada anak usia prasekolah sangat penting, mengingat masih banyak
ditemui anak didik yang masih rendah ketrampilannya dalam berhitung/matematika.
Hal ini disebabkan antara lain masih kurangnya kemampuan/pengertian dari orang
tua dan peran guru dalam peningkatan ketrampilan anak dalam berhitung/
membilang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif studi
operasional/tindakan kelas dan dikenakan pada 28 anak didik Taman Kanak-kanak
xxxx Kabupaten xxxxx Tahun 2006. Tindakan kelas yang dilaksanakan adalah model
siklus. Tindakan dilakukan secara bertahap, terdiri dari 4 komponen yaitu
rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Rencana tindakan memuat berbagai
cara yang dilakukan oleh guru. Tindakan kelas dilaksanakan guna meningkatkan ketrampilan matematika para
peserta didik. Observasi merupakan upaya untuk merekam kegiatan yang
terpadu selama kegiatan berlangsung. Refleksi merupakan kegiatan dampak dari
hasil bermain kartu bilangan.
Hasil tindakan kelas menunjukkan bahwa hasil kerja
pada Siklus I terdapat 5 (18%) anak yang hasilnya sudah dapat dikatakan tuntas,
sedangkan yang 23 (82%) anak masih keliru dan tidak bersemangat mengikuti
kegiatan. Pada Siklus II terdapat 20 (71%) anak yang hasilnya sudah dapat
dikatakan tuntas, sedangkan yang 8 (29%)anak masih keliru dan tidak bersemangat
mengikuti kegiatan. pada Siklus III terdapat 26 (93%) anak yang hasilnya sudah
dapat dikatakan tuntas, sedangkan yang 2 (7%) anak masih keliru dan tidak
bersemangat mengikuti kegiatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alsa, Asmadi. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta
Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suharsimi, Arikunto. 1997. Dasar-dasar Teori Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Yogyakarta : Rhineka Cipta.
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung : Refika Aditama.
Cucu Ellyawati. 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar
Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 1984. Pendidikan
Skolastik di TK. Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan
Aplikasi. Malang YA3.
Gunawan, A.H. 2000. Sosiologi Pendidikan, Suatu Analisis Sosiologi
Tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta : Rhineka Cipta.
Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Research I dan II. Yogyakarta
: Andi Offset.
Koeswara, E. 2005. Motivasi, Teori dan Penelitiannya. Bandung :
Angkasa.
Monks, F.J., dkk. 1998. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Nasution,
S. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.
Painun, dkk. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.
Rahman, Hibana S. 1998. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta : PGTKI Press.
Yeni Rachmawati, S.Pd., Euis Kurniati, S.Pd. 2005. Strategi
Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia TK. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
ak I� k r 0� p� gga
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi
Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : CV Mandar Maju.
Monks, FJ. Kenoers dan Haditono. 1994. Psikologi Perkembangan. Cetakan ke IX. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Munandir. 2001. Ensiklopedia
Pendidikan. Cetakan I. Malang : UM Press.
Ober Lander, June R. 2002. Slow
and Study Get M Ready (Buku pedoman Pengembangan Anak Dliii Usia). Jakarta:
PT Gramedia.
Pertiwi, dkk. Bermain Dunia Anak.
Yogyakarta: Aspirasi Pemuda.
Salim, Evita. Singgih. 2003. Kreatifitas
dan Pengukuran CQ. Jakarta: Laboratorium Psikologi Pendidikan dan
Pengembangan SDM.
Singgih, D. Gunarsa dan Yulia Singgih. 1996. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Sudjana, Nana. 1989. Penelitian
dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Surachmat, Winarno. 1968. Research
Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung IKIP Bandung.
Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi
Perkembangan Anak dan Ramaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Zulkifli L. 1986. Psikologi
Perkembangan. Bandung : Remadja Karya
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
tian� A d d p� �� melibatkan guru. Keaktivan
guru dalam mengembangkan penelitian kependidikan merupakan hal yang sangat
penting bagi keberhasilan proses belajar-mengajar.
10.
Guru sebagai pendorong kreativitas. Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru harus memiliki
kemampuan dalam mendemonstrasikan kreativitas. Dengan demikian, maka guru
memiliki peranan dalam menunjukkan, memicu, mendorong, dan memunculkan
kreativitas siswa.
11.
Guru sebagai pembangkit pandangan. Siswa belajar untuk
mengetahui hal yang belum diketahuinya. Dalam hal ini, guru merupakan salah
satu aktor utama yang
memiliki peran dalam mentransfer pengetahuan serta memberikan
pandangan-pandangan tentang suatu hal kepada siswa. Siswa yang belum memiliki
cara pandang tersendiri terhadap suatu hal cenderung akan mengikuti bagaimana
gurunya memandang suatu hal, oleh karena guru dianggap sebagai model atau sosok
yang lebih memahami hal tersebut.
12.
Guru sebagai pekerja rutin. Guru bekerja dengan
ketrampilan, dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang sangat
diperlukan.
Hal-hal
tersebut diatas merupakan sebagian dari peran penting guru dalam pendidikan.
Konsep peran guru tersebut secara jelas
mengemukakan bahwa peran guru bukan
hanya dalam aspek membimbing untuk mempelajari suatu materi, akan tetapi juga
membimbing perkembangan kejiwaan siswa menuju manusia yang memiliki iman-taqwa
(imtaq) dan berkualitas baik. Pembentukan siswa menjadi insan berkualitas
merupakan salah satu tugas pendidik, dimana siswa dibimbing agar memiliki
prestasi akademik dan memiliki kualitas perilaku atau kejiwaan yang sesuai
dengan norma-norma agama dan sosial.
Guru memiliki peran yang kuat dalam membentuk moralitas, kejiwaan atau
psikology siswa, kepribadian, serta dalam kualitas akademik siswa.
Mengenai kenakalan anak, Yusuf (2006 :34)
menjelaskan sebagai berikut:
Kenakalan anak
merupakan suatu perilaku yang dianggap menyimpang dari aspek moral, kesusilaan,
maupun agama. Kenakalan siswa memiliki
tingkatan yang berbeda-beda, dari tingkat ringan, sedang, sampai berat.
Kenakalan dalam tingkatan yang ringan belum membahayakan dan pada umumnya masih
mudah untuk ditanggulangi. Kenakalan dalam tingkat sedang merupakan kenakalan
yang apabila dibiarkan akan mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi siswa
maupun lingkunganm akan tetapi tingkatan ini masih mudah untuk ditanggulangi.
Sedangkan kenakalan dalam tingkat berat merupakan kenakalan yang dianggap
serius, sangat berbahaya bagi perkembangan siswa dan lingkungan, serta sulit
ditanggulangi. Seberapapun tingkatan suatu kenakalan, hal ini merupakan suatu
kondisi yang sangat perlu untuk segera ditanggulangi, demi masa depan siswa dan
kenyamanan lingkungan belajar siswa
(Yusuf, 2006: 34).
Sementara itu,
secara psikologis, anak tingkat sekolah taman kanak-kanak berada dalam fase
masa kanak-kanak awal (early chilhood). Hal ini
sebagaimana dijelaskan Rizky (2009 :3) sebagai berikut:
Awal masa
kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra
kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial
sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk
penyesuaian diri pada waktu masuk ke fase berikutnya. Menurut Pieget, pada usia
ini anak memiliki sifat egosentris, sehingga berkesan ingin menang sendiri
karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga
memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Sedangkan pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah
mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang
sistematis-rumit (Rizky, 2009: 3).
Berdasarkan
konsep tersebut, maka dalam membimbing anak yang masih dalam fase belajar awal
dengan karakteristik egosentris, masih dalam tahapan meniru, dan belum mampu
berfikir rumit bahkan untuk sekedar
membedakan baik dan buruk ini diperlukan adanya penanganan khusus yang sesuai
dengan fase perkembangannya oleh guru. Bimbingan yang dilakukan dengan
menggunakann pendekatan untuk anak remaja dan orang dewasa tidak
akan sesuai untuk anak dalam fase ini.
Perilaku
seseorang, tanpa memandang fase perkembangan psikologisnya, berkaitan erat
dengan dorongan hati yang muncul dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan dari dalam diri seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan disebut sebagai motivasi.
Terkait dengan motivasi, Makmun (2005: 37)
mengemukakan bahwa:
Motivasi merupakan suatu kekuatan atau power atau tenaga (forces) atau daya atau suatu keadaan yang
kompleks (complex states) dan kesiapsediaan (preparatory set)
dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun
tidak. Motivasi timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan datang dari dalam
diri individu sendiri (intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik)
Makmun (2005: 37).
Di Taman Kanak-Kanak
Tri Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010, fenomena kenakalan anak ini banyak
dijumpai. Kenakalan anak ini diantaranya adalah munculnya perilaku menyerang
secara fisik dan non fisik, dan gemar membolos. Hal ini dipandang serius oleh
guru dengan asumsi bahwa perilaku semasa kanak-kanak akan menjadi kebiasaan
yang akan terbawa sampai dewasa. Guru berupaya memberikan pendidikan yang
disesuaikan dengan tingkat berfikir anak, dengan mengutamakan pemberian
motivasi agar anak membiasakan diri berperilaku baik dan meninggalkan kebiasaan
yang tidak baik. Dalam kenyataan yang dialami, kegiatan ini tidak berlangsung
dengan mudah. Anak masih biasa mengulang kebiasaan buruk dalam periode tertentu
setelah dilakukan upaya pembinaan. Hal ini ada kemungkinan akibat tidak
terpantaunya kenakalan anak oleh orang tua di rumah, sehingga kebiasaan-kebiasaan
buruk masih sering terulang kembali.
Dengan berdasarkan konsep peran penting guru dalam
pendidikan, banyak terjadinya kenakalan pada anak tingkat taman
kanak-kanak, konsep fase perkembangan
anak, konsep yang menunjukkan bahwa perilaku merupakan refleksi dorongan dari
dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (motivasi),
serta fakta yang terjadi di lapangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Upaya Pemberian
Motivasi Oleh Guru Untuk Mengurangi Kenakalan Anak Di Taman Kanak-Kanak Tri
Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”. Alasan pemilihan lokasi ini
adalah peneliti telah cukup mengenal kondisi anak dan lingkungannya dan kondisi
latar belakang anak, sehingga lebih mudah untuk memperoleh data-data yang
paling mendekati kondisi riil yang ada.
B.
Identifikasi Masalah
Bersadarkan
atas latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi adanya masalah sebagai
berikut:
1.
Di Taman
Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010, fenomena kenakalan
anak banyak dijumpai, diantaranya adalah munculnya perilaku menyerang secara
fisik dan non fisik, dan gemar membolos.
2.
Upaya pembinaan yang dilakukan guru
masih mengalami berbagai kendala dalam bentuk terulangnya kembali perilaku yang
kurang baik dalam periode tertentu, yang kemungkinan diakibatkan kebiasaan yang
kurang baik di rumah, dimana perhatian orang tua masih kurang.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, disusun rumusan masalah
penelitian sebagai berikut:
1.
Apasajakah bentuk-bentuk kenakalan anak dalam fase masa
kanak-kanak awal (early chilhood) di
Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen?
2.
Upaya pemberian motivasi apasajakah yang dilakukan guru untuk mengurangi
kenakalan anak di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen?
D.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. Bentuk-bentuk
kenakalan anak dalam fase masa kanak-kanak
awal (early chilhood) di Taman
Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen.
2. Model-model upaya pemberian
motivasi yang dilakukan guru untuk mengurangi kenakalan anak di Taman
Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen.
E.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian
ini meliputi beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat
Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan khasanah
pengetahuan dalam bidang bimbingan konseling, yang secara khusus menyoroti upaya pemberian
motivasi untuk mengurangi kenakalan anak tingkat taman kanak-kanak.
b.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan
maupun referensi bagi penelitian psikologi pendidikan sejenis.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi memberikan dorongan bagi guru dalam mempelajari
ilmu-ilmu yang mengarah pada fungsi guru yang lebih kompleks dari sekedar
mengajar, dan diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi arti penting
peranan guru dalam dunia
pendidikan.
b.
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para pengambil keputusan di
bidang pendidikan guna mengembangkan suatu system pendidikan yang tidak
mengesampingkan arti penting peran guru tergadap perkembangan siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar
Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
Greegory Hansen. 1988. Motivation Technique in Education. New York,
McGraw Hill.
H.A. Syamsudin Makmun. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Mahmud Yusuf, 2006. Pengantar Psikologi Anak dan Perkembangan.
Jakarta: Ramadhani
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasetya Irawan. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar
Bahan Ajar. Jakarta: Dikti Depdikbud.
Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.
Bandung: Remaja Rosda
Ridwan, Rifai.1992. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Sondang P. Siagian. 1995.
Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soetomo.1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional.
Jakarta: Rineka Cipta.
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar