PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK DINI USIA
PADA PLAY GROUP PERMATA BUNDA
SKB MOJOAGUNG JOMBANG
TAHUN PELAJARAN 2006/2007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dari perkembangan anak usia dini merupakan
masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dimasa depan. Dengan
demikian, untuk menyiapkan sumber daya yang berkualitas perlu diberikan
stimulus secara holistik dari proporsional kepada anak sehingga memberikan
hasil yang optimal dalam pertumbuhan dari pekembangannya. Konsep tersebut
sejalan tujuan dari pembangunan nasional yaitu membangun manusia seutuhnya.
Artinya membangun bukan saja ditujukan untuk mengejar kemajuan fisik, melainkan
membangun sumber daya manusia dalam mempersiapkan generasi penerus yang
berkualitas. Menurut Fasli Jalal (Buletin Padu,2002:9) bahwa tantangan yang
harus dijawab diantaranya dengan ketersediaan sumber daya manusia yang sanggup
menghadapi tantangan yang ada. Pengembangan sumber daya manusia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang antara lain ditandai oleh semakin
meningkatnya mutu kehidupan bangsa dari martabat bangsa Indonesia di
tengah-tengah peradaban dunia. Secara umum permasalahan pendidikan yang sangat
mendasar masih berkisar pada belum tercapainya pemerataan dan rendahnya
kualitas hasil pendidikan.
Rendahnya kualitas hasil pendidikan juga berdampak
terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Menurut laporan UNDP (United Nation Development
Program). (Buletin PADU, 2002:37) tentang Human Development Index (UDI) pada
tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 112 dari 175 negara yang diteliti,
jauh dibawah Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (58), Thailand (74), bahkan
juga tertinggal dari Vietnam (109), Fhilipina (25). Hal ini sangatlah
diperlukan peningkatan mutu pendidikan, sebab kemajuan suatu Negara juga
bergantung pada majunya pendidikan. Jadi, Keikutsertaan dari semua pihak sangat
diperlukan karena demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pendidikan,
sekaligus menjawab tantangan globalisasi dari pemberlakuan otonomi daerah.
Jaringan kemitraan yang luas di setiap institusi masyarakat, mulai dari pusat
sampai tingkat grass root merupakan wujud atas keberlangsungan suatu program di
masyarakat.
Kenyataan tersebut terbukti dengan kepedulian
pemenntah terhadap pendidikan anak dini usia didukung melalui UU Sisdiknas
bagian tujuh pada pasal 28 ayat 1 menyebutkan pendidikan anak dini usia
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dari Keppres no 177 tahun
2000 yang telah berusaha membentuk Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU)
yang bertugas “menyiapkan bahan-bahan rumusan kebijakan dari standarisasi
teknis serta memberikan bimbingan teknik dari evaluasi dibidang pendidikan anak
dini usia”
Penanganan anak dini usia tidak cukup hanya ditangani
oleh satu sektor saja karena ada tiga hal utama yang berkaitan dengan
perkembangan dari pertumbuhan anak dini usia yaitu: (1) Pendidikan, adalah
salah satu elemen terpenting dalam kehidupan secara umum diakui bahwa tingkat
pendidikan seseorang merupakan indikator tingkat kemampuan berfikimya. Begitu
vitalnya pendidikan dalam kehidupan manusia sehingga tidak salah jika ada yang
berpendapat pendidikan memasuki kehidupan manusia mulai saat dalam kandungan hingga
akhir hayatnya yang pada akhimya memunculkan konsep pendidikan seumur hidup
(life long education). (2) Gizi dari kesehatan , dijabarkan dalam bentuk
peningkatan kemampuan intelektual dari prosuktivitas kerja. Pembenan gizi yang
baik sangat penting bagi tumbuh kembangnya pada setiap periode pertumbuhan
mulai dari masa konsepsi sampai lahir dari seterusnya (Buletin PADU, 2002:13),
ketiga aspek tersebut merupakan pilar perkembangan anak dini usia. Sosialisasi
PADU tidak hanya ditangani melalui pendidikan formal saja, melainkan
keikutsertaan masyarakat sangat berarti. Pembukaaan sarana belajar seperti play
group (untuk tumbuh kembang hubungan dari daya kreatifitas dan juga melatih
daya motorik anak.
Penyelenggaraan pendidikan anak dini usia dilandasi
oleh filosofi demi kepentingan terbaik untuk anak dengan betul-betul memahami
karakteristik, cara belajar mengajar, lingkungan belajar yang ideal. Pada masa
seperti ini juga adanya tantangan hebat yang mendunia, maka generasi baru yang
ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia juga memiliki karakteristik yang berbeda
dengan masa lampau. Beberapa karakteristik generasi baru Indonesia adalah
memiliki daya kompetensi yang tinggi, kemampuan adaptasi yang baik , dan
memegang nilai-nilai dasar yang sudah dimiliki bangsa Indonesia.
Begitu juga dalam proses belajar mengajar hendaknya
disesuaikan dengan kurikulum berbasis kompetensi, dalam arti anak lebih peran
aktif dalam proses belajar. Diciptakan lingkungan yang kurang nyaman atau
terlalu ramai maka anak dalam menerima pembelajaran kurang efektif.
Pola perkembangan yang tepat merupakan dasar untuk
memahami anak. Tujuan perubahan perkembangan adalah realisasi diri atau
pencapaian kemampuan genetik, dari dapat meningkatkan aspek perkembangan anak
antara lain: Fisik, perkembangan motorik, perkembangan bicara, emosi,
perkembangan sosial, perkembangan bermain, kreatifitas, perkembangan
pengertian, moral, minat, perkembangan peran sex, kepribadian, perkembangan
fisik otak, perkembangan intelektual, perkembangan bahasa, perkembangan hubungan
sosial keluarga.
Perkembangan-perkembangan tersebut mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses pembentukan anak. Dari sini perkembangan
motorik sangat ditentukan oleh unsur-unsur syaraf, otot dari otak. Ketiga unsur
tersebut melaksanakan masing-masing peranannya secara interaksi positif,
artinya unsur-unsur yang berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi, dengan
unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna. Selain
mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga menentukan keadaan.
Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil
menggerak gerakkan tubuhnya.
Perkembangan motorik tidak saja mencakup berjalan,
berlan, melompat, naik roda tiga, mendorong, menarik, memutar, namun juga melibatkan
hal-hal seperti menggambar, mencatat, mencoret dari kegiatan lain. Keterampilan
motorik berkembang pesat pada usia dini.
Kemampuan keseimbangan membuat anak mencoba berbagai
kegiatan dengan keyakinan yang besar akan keterampilan yang dimilikinya. Anak
mampu memanipulasi objek kecil seperti potongan puzzle. Maka juga bisa
menggunakan balok-balok dalam berbagai ukuran dari bentuk.
Anak usia lima tahun belajar permainan lebih
melibatkan ketrampilan motorik. Anak suka sekali masuk dari keluar kotak besar,
dibawah meja, bersembunyi dari sesuatu. Kegiatan ini menggunakan bola,
permainan atau orang. Anak amat menyukai gerakan-gerakan yang membangkitkan
semangat. Untuk itu mereka tidak butuh berlama-lama. Sehingga yang cocok usia
ini permainan yang merangsang kegemaran mereka akan gerakan-gerakan bukan
permainan kompetisi (Reni 2001:7)
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih luas tentang perkembangan motorik anak dengan
mengambil judul “Perkembangan Motorik
Anak Dini Usia pada Play Group Permata Bunda SKB Mojoagung Jombang Tahun Ajaran
2006/2007”.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reni Hawadi. 2001. Psikologi
Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, Bakat Dan Kemampuan Anak). Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur
Peneiltihan (Suatu Pendekatan Praktis) Jakarta: PT Rineka Cipta.
Buletin PADU. 2002. Pemperdayaan
Masyarakat. Edisi III. Desember. Jakarta Direktorat PADU
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia.2002. Acuan Pembelajaran Pada Anak Dini Usia. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa hndonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik
Jilid II. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Husaini, Usaman dan Setiady. 1995. Metodologi
Penelitian Sosial. Bandung : Bumi Aksara.
Hurlock, E. B. 1994. Psikologi
Perkembagan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) . Jakarta:
Erlangga
…………., 1998. Perkembangan Anak I. Jakarta: Erlangga
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi
Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : CV Mandar Maju.
Monks, FJ. Kenoers dan Haditono. 1994. Psikologi Perkembangan. Cetakan ke IX. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Munandir. 2001. Ensiklopedia
Pendidikan. Cetakan I. Malang : UM Press.
Ober Lander, June R. 2002. Slow
and Study Get M Ready (Buku pedoman Pengembangan Anak Dliii Usia). Jakarta:
PT Gramedia.
Pertiwi, dkk. Bermain Dunia Anak.
Yogyakarta: Aspirasi Pemuda.
Salim, Evita. Singgih. 2003. Kreatifitas
dan Pengukuran CQ. Jakarta: Laboratorium Psikologi Pendidikan dan
Pengembangan SDM.
Singgih, D. Gunarsa dan Yulia Singgih. 1996. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Sudjana, Nana. 1989. Penelitian
dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Surachmat, Winarno. 1968. Research
Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung IKIP Bandung.
Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi
Perkembangan Anak dan Ramaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Zulkifli L. 1986. Psikologi
Perkembangan. Bandung : Remadja Karya
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
tian� A d d p� �� melibatkan guru. Keaktivan
guru dalam mengembangkan penelitian kependidikan merupakan hal yang sangat
penting bagi keberhasilan proses belajar-mengajar.
10.
Guru sebagai pendorong kreativitas. Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru harus memiliki
kemampuan dalam mendemonstrasikan kreativitas. Dengan demikian, maka guru
memiliki peranan dalam menunjukkan, memicu, mendorong, dan memunculkan
kreativitas siswa.
11.
Guru sebagai pembangkit pandangan. Siswa belajar untuk
mengetahui hal yang belum diketahuinya. Dalam hal ini, guru merupakan salah
satu aktor utama yang
memiliki peran dalam mentransfer pengetahuan serta memberikan
pandangan-pandangan tentang suatu hal kepada siswa. Siswa yang belum memiliki
cara pandang tersendiri terhadap suatu hal cenderung akan mengikuti bagaimana
gurunya memandang suatu hal, oleh karena guru dianggap sebagai model atau sosok
yang lebih memahami hal tersebut.
12.
Guru sebagai pekerja rutin. Guru bekerja dengan
ketrampilan, dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang sangat
diperlukan.
Hal-hal
tersebut diatas merupakan sebagian dari peran penting guru dalam pendidikan.
Konsep peran guru tersebut secara jelas
mengemukakan bahwa peran guru bukan
hanya dalam aspek membimbing untuk mempelajari suatu materi, akan tetapi juga
membimbing perkembangan kejiwaan siswa menuju manusia yang memiliki iman-taqwa
(imtaq) dan berkualitas baik. Pembentukan siswa menjadi insan berkualitas
merupakan salah satu tugas pendidik, dimana siswa dibimbing agar memiliki
prestasi akademik dan memiliki kualitas perilaku atau kejiwaan yang sesuai
dengan norma-norma agama dan sosial.
Guru memiliki peran yang kuat dalam membentuk moralitas, kejiwaan atau
psikology siswa, kepribadian, serta dalam kualitas akademik siswa.
Mengenai kenakalan anak, Yusuf (2006 :34)
menjelaskan sebagai berikut:
Kenakalan anak
merupakan suatu perilaku yang dianggap menyimpang dari aspek moral, kesusilaan,
maupun agama. Kenakalan siswa memiliki
tingkatan yang berbeda-beda, dari tingkat ringan, sedang, sampai berat.
Kenakalan dalam tingkatan yang ringan belum membahayakan dan pada umumnya masih
mudah untuk ditanggulangi. Kenakalan dalam tingkat sedang merupakan kenakalan
yang apabila dibiarkan akan mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi siswa
maupun lingkunganm akan tetapi tingkatan ini masih mudah untuk ditanggulangi.
Sedangkan kenakalan dalam tingkat berat merupakan kenakalan yang dianggap
serius, sangat berbahaya bagi perkembangan siswa dan lingkungan, serta sulit
ditanggulangi. Seberapapun tingkatan suatu kenakalan, hal ini merupakan suatu
kondisi yang sangat perlu untuk segera ditanggulangi, demi masa depan siswa dan
kenyamanan lingkungan belajar siswa
(Yusuf, 2006: 34).
Sementara itu,
secara psikologis, anak tingkat sekolah taman kanak-kanak berada dalam fase
masa kanak-kanak awal (early chilhood). Hal ini
sebagaimana dijelaskan Rizky (2009 :3) sebagai berikut:
Awal masa
kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra
kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial
sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk
penyesuaian diri pada waktu masuk ke fase berikutnya. Menurut Pieget, pada usia
ini anak memiliki sifat egosentris, sehingga berkesan ingin menang sendiri
karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga
memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Sedangkan pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah
mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang
sistematis-rumit (Rizky, 2009: 3).
Berdasarkan
konsep tersebut, maka dalam membimbing anak yang masih dalam fase belajar awal
dengan karakteristik egosentris, masih dalam tahapan meniru, dan belum mampu
berfikir rumit bahkan untuk sekedar
membedakan baik dan buruk ini diperlukan adanya penanganan khusus yang sesuai
dengan fase perkembangannya oleh guru. Bimbingan yang dilakukan dengan
menggunakann pendekatan untuk anak remaja dan orang dewasa tidak
akan sesuai untuk anak dalam fase ini.
Perilaku
seseorang, tanpa memandang fase perkembangan psikologisnya, berkaitan erat
dengan dorongan hati yang muncul dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan dari dalam diri seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan disebut sebagai motivasi.
Terkait dengan motivasi, Makmun (2005: 37)
mengemukakan bahwa:
Motivasi merupakan suatu kekuatan atau power atau tenaga (forces) atau daya atau suatu keadaan yang
kompleks (complex states) dan kesiapsediaan (preparatory set)
dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun
tidak. Motivasi timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan datang dari dalam
diri individu sendiri (intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik)
Makmun (2005: 37).
Di Taman Kanak-Kanak
Tri Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010, fenomena kenakalan anak ini banyak
dijumpai. Kenakalan anak ini diantaranya adalah munculnya perilaku menyerang
secara fisik dan non fisik, dan gemar membolos. Hal ini dipandang serius oleh
guru dengan asumsi bahwa perilaku semasa kanak-kanak akan menjadi kebiasaan
yang akan terbawa sampai dewasa. Guru berupaya memberikan pendidikan yang
disesuaikan dengan tingkat berfikir anak, dengan mengutamakan pemberian
motivasi agar anak membiasakan diri berperilaku baik dan meninggalkan kebiasaan
yang tidak baik. Dalam kenyataan yang dialami, kegiatan ini tidak berlangsung
dengan mudah. Anak masih biasa mengulang kebiasaan buruk dalam periode tertentu
setelah dilakukan upaya pembinaan. Hal ini ada kemungkinan akibat tidak
terpantaunya kenakalan anak oleh orang tua di rumah, sehingga kebiasaan-kebiasaan
buruk masih sering terulang kembali.
Dengan berdasarkan konsep peran penting guru dalam
pendidikan, banyak terjadinya kenakalan pada anak tingkat taman
kanak-kanak, konsep fase perkembangan
anak, konsep yang menunjukkan bahwa perilaku merupakan refleksi dorongan dari
dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (motivasi),
serta fakta yang terjadi di lapangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Upaya Pemberian
Motivasi Oleh Guru Untuk Mengurangi Kenakalan Anak Di Taman Kanak-Kanak Tri
Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”. Alasan pemilihan lokasi ini
adalah peneliti telah cukup mengenal kondisi anak dan lingkungannya dan kondisi
latar belakang anak, sehingga lebih mudah untuk memperoleh data-data yang
paling mendekati kondisi riil yang ada.
B.
Identifikasi Masalah
Bersadarkan
atas latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi adanya masalah sebagai
berikut:
1.
Di Taman
Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010, fenomena kenakalan
anak banyak dijumpai, diantaranya adalah munculnya perilaku menyerang secara
fisik dan non fisik, dan gemar membolos.
2.
Upaya pembinaan yang dilakukan guru
masih mengalami berbagai kendala dalam bentuk terulangnya kembali perilaku yang
kurang baik dalam periode tertentu, yang kemungkinan diakibatkan kebiasaan yang
kurang baik di rumah, dimana perhatian orang tua masih kurang.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, disusun rumusan masalah
penelitian sebagai berikut:
1.
Apasajakah bentuk-bentuk kenakalan anak dalam fase masa
kanak-kanak awal (early chilhood) di
Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen?
2.
Upaya pemberian motivasi apasajakah yang dilakukan guru untuk mengurangi
kenakalan anak di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen?
D.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. Bentuk-bentuk
kenakalan anak dalam fase masa kanak-kanak
awal (early chilhood) di Taman
Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen.
2. Model-model upaya pemberian
motivasi yang dilakukan guru untuk mengurangi kenakalan anak di Taman
Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen.
E.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian
ini meliputi beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat
Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan khasanah
pengetahuan dalam bidang bimbingan konseling, yang secara khusus menyoroti upaya pemberian
motivasi untuk mengurangi kenakalan anak tingkat taman kanak-kanak.
b.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan
maupun referensi bagi penelitian psikologi pendidikan sejenis.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi memberikan dorongan bagi guru dalam mempelajari
ilmu-ilmu yang mengarah pada fungsi guru yang lebih kompleks dari sekedar
mengajar, dan diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi arti penting
peranan guru dalam dunia
pendidikan.
b.
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para pengambil keputusan di
bidang pendidikan guna mengembangkan suatu system pendidikan yang tidak
mengesampingkan arti penting peran guru tergadap perkembangan siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar
Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
Greegory Hansen. 1988. Motivation Technique in Education. New York,
McGraw Hill.
H.A. Syamsudin Makmun. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Mahmud Yusuf, 2006. Pengantar Psikologi Anak dan Perkembangan.
Jakarta: Ramadhani
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasetya Irawan. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar
Bahan Ajar. Jakarta: Dikti Depdikbud.
Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.
Bandung: Remaja Rosda
Ridwan, Rifai.1992. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Sondang P. Siagian. 1995.
Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soetomo.1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional.
Jakarta: Rineka Cipta.
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar