Senin, 12 November 2012

PTK TK 03-PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK DINI USIA PADA PLAY GROUP


PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK DINI USIA
PADA PLAY GROUP PERMATA BUNDA
SKB MOJOAGUNG JOMBANG
TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pertumbuhan dari perkembangan anak usia dini merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dimasa depan. Dengan demikian, untuk menyiapkan sumber daya yang berkualitas perlu diberikan stimulus secara holistik dari proporsional kepada anak sehingga memberikan hasil yang optimal dalam pertumbuhan dari pekembangannya. Konsep tersebut sejalan tujuan dari pembangunan nasional yaitu membangun manusia seutuhnya. Artinya membangun bukan saja ditujukan untuk mengejar kemajuan fisik, melainkan membangun sumber daya manusia dalam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas. Menurut Fasli Jalal (Buletin Padu,2002:9) bahwa tantangan yang harus dijawab diantaranya dengan ketersediaan sumber daya manusia yang sanggup menghadapi tantangan yang ada. Pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang antara lain ditandai oleh semakin meningkatnya mutu kehidupan bangsa dari martabat bangsa Indonesia di tengah-tengah peradaban dunia. Secara umum permasalahan pendidikan yang sangat mendasar masih berkisar pada belum tercapainya pemerataan dan rendahnya kualitas hasil pendidikan.
Rendahnya kualitas hasil pendidikan juga berdampak terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Menurut laporan UNDP (United Nation Development Program). (Buletin PADU, 2002:37) tentang Human Development Index (UDI) pada tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 112 dari 175 negara yang diteliti, jauh dibawah Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (58), Thailand (74), bahkan juga tertinggal dari Vietnam (109), Fhilipina (25). Hal ini sangatlah diperlukan peningkatan mutu pendidikan, sebab kemajuan suatu Negara juga bergantung pada majunya pendidikan. Jadi, Keikutsertaan dari semua pihak sangat diperlukan karena demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pendidikan, sekaligus menjawab tantangan globalisasi dari pemberlakuan otonomi daerah. Jaringan kemitraan yang luas di setiap institusi masyarakat, mulai dari pusat sampai tingkat grass root merupakan wujud atas keberlangsungan suatu program di masyarakat.
Kenyataan tersebut terbukti dengan kepedulian pemenntah terhadap pendidikan anak dini usia didukung melalui UU Sisdiknas bagian tujuh pada pasal 28 ayat 1 menyebutkan pendidikan anak dini usia diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dari Keppres no 177 tahun 2000 yang telah berusaha membentuk Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) yang bertugas “menyiapkan bahan-bahan rumusan kebijakan dari standarisasi teknis serta memberikan bimbingan teknik dari evaluasi dibidang pendidikan anak dini usia”
Penanganan anak dini usia tidak cukup hanya ditangani oleh satu sektor saja karena ada tiga hal utama yang berkaitan dengan perkembangan dari pertumbuhan anak dini usia yaitu: (1) Pendidikan, adalah salah satu elemen terpenting dalam kehidupan secara umum diakui bahwa tingkat pendidikan seseorang merupakan indikator tingkat kemampuan berfikimya. Begitu vitalnya pendidikan dalam kehidupan manusia sehingga tidak salah jika ada yang berpendapat pendidikan memasuki kehidupan manusia mulai saat dalam kandungan hingga akhir hayatnya yang pada akhimya memunculkan konsep pendidikan seumur hidup (life long education). (2) Gizi dari kesehatan , dijabarkan dalam bentuk peningkatan kemampuan intelektual dari prosuktivitas kerja. Pembenan gizi yang baik sangat penting bagi tumbuh kembangnya pada setiap periode pertumbuhan mulai dari masa konsepsi sampai lahir dari seterusnya (Buletin PADU, 2002:13), ketiga aspek tersebut merupakan pilar perkembangan anak dini usia. Sosialisasi PADU tidak hanya ditangani melalui pendidikan formal saja, melainkan keikutsertaan masyarakat sangat berarti. Pembukaaan sarana belajar seperti play group (untuk tumbuh kembang hubungan dari daya kreatifitas dan juga melatih daya motorik anak.
Penyelenggaraan pendidikan anak dini usia dilandasi oleh filosofi demi kepentingan terbaik untuk anak dengan betul-betul memahami karakteristik, cara belajar mengajar, lingkungan belajar yang ideal. Pada masa seperti ini juga adanya tantangan hebat yang mendunia, maka generasi baru yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan masa lampau. Beberapa karakteristik generasi baru Indonesia adalah memiliki daya kompetensi yang tinggi, kemampuan adaptasi yang baik , dan memegang nilai-nilai dasar yang sudah dimiliki bangsa Indonesia.
Begitu juga dalam proses belajar mengajar hendaknya disesuaikan dengan kurikulum berbasis kompetensi, dalam arti anak lebih peran aktif dalam proses belajar. Diciptakan lingkungan yang kurang nyaman atau terlalu ramai maka anak dalam menerima pembelajaran kurang efektif.
Pola perkembangan yang tepat merupakan dasar untuk memahami anak. Tujuan perubahan perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan genetik, dari dapat meningkatkan aspek perkembangan anak antara lain: Fisik, perkembangan motorik, perkembangan bicara, emosi, perkembangan sosial, perkembangan bermain, kreatifitas, perkembangan pengertian, moral, minat, perkembangan peran sex, kepribadian, perkembangan fisik otak, perkembangan intelektual, perkembangan bahasa, perkembangan hubungan sosial keluarga.
Perkembangan-perkembangan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan anak. Dari sini perkembangan motorik sangat ditentukan oleh unsur-unsur syaraf, otot dari otak. Ketiga unsur tersebut melaksanakan masing-masing peranannya secara interaksi positif, artinya unsur-unsur yang berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi, dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak gerakkan tubuhnya.
Perkembangan motorik tidak saja mencakup berjalan, berlan, melompat, naik roda tiga, mendorong, menarik, memutar, namun juga melibatkan hal-hal seperti menggambar, mencatat, mencoret dari kegiatan lain. Keterampilan motorik berkembang pesat pada usia dini.
Kemampuan keseimbangan membuat anak mencoba berbagai kegiatan dengan keyakinan yang besar akan keterampilan yang dimilikinya. Anak mampu memanipulasi objek kecil seperti potongan puzzle. Maka juga bisa menggunakan balok-balok dalam berbagai ukuran dari bentuk.
Anak usia lima tahun belajar permainan lebih melibatkan ketrampilan motorik. Anak suka sekali masuk dari keluar kotak besar, dibawah meja, bersembunyi dari sesuatu. Kegiatan ini menggunakan bola, permainan atau orang. Anak amat menyukai gerakan-gerakan yang membangkitkan semangat. Untuk itu mereka tidak butuh berlama-lama. Sehingga yang cocok usia ini permainan yang merangsang kegemaran mereka akan gerakan-gerakan bukan permainan kompetisi (Reni 2001:7)
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas tentang perkembangan motorik anak dengan mengambil judul “Perkembangan Motorik Anak Dini Usia pada Play Group Permata Bunda SKB Mojoagung Jombang Tahun Ajaran 2006/2007”.
DAFTAR PUSTAKA



Akbar, Reni Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, Bakat Dan Kemampuan Anak). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Peneiltihan (Suatu Pendekatan Praktis) Jakarta: PT Rineka Cipta.

Buletin PADU. 2002. Pemperdayaan Masyarakat. Edisi III. Desember. Jakarta Direktorat PADU

Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia.2002. Acuan Pembelajaran Pada Anak Dini Usia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa hndonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik Jilid II. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Husaini, Usaman dan Setiady. 1995. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : Bumi Aksara.

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembagan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) . Jakarta: Erlangga

…………., 1998. Perkembangan Anak I. Jakarta: Erlangga

Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : CV Mandar Maju.

Monks, FJ. Kenoers dan Haditono. 1994. Psikologi Perkembangan. Cetakan ke IX. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Munandir. 2001. Ensiklopedia Pendidikan. Cetakan I. Malang : UM Press.

Ober Lander, June R. 2002. Slow and Study Get M Ready (Buku pedoman Pengembangan Anak Dliii Usia). Jakarta: PT Gramedia.

Pertiwi, dkk. Bermain Dunia Anak. Yogyakarta: Aspirasi Pemuda.

Salim, Evita. Singgih. 2003. Kreatifitas dan Pengukuran CQ. Jakarta: Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Pengembangan SDM.

Singgih, D. Gunarsa dan Yulia Singgih. 1996. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Surachmat, Winarno. 1968. Research Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung IKIP Bandung.

Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Ramaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Zulkifli L. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remadja Karya

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
tian� A d d p� �� melibatkan guru. Keaktivan guru dalam mengembangkan penelitian kependidikan merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses belajar-mengajar.
10.      Guru sebagai pendorong kreativitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru harus memiliki kemampuan dalam mendemonstrasikan kreativitas. Dengan demikian, maka guru memiliki peranan dalam menunjukkan, memicu, mendorong, dan memunculkan kreativitas siswa.
11.      Guru sebagai pembangkit pandangan. Siswa belajar untuk mengetahui hal yang belum diketahuinya. Dalam hal ini, guru merupakan salah satu aktor utama yang memiliki peran dalam mentransfer pengetahuan serta memberikan pandangan-pandangan tentang suatu hal kepada siswa. Siswa yang belum memiliki cara pandang tersendiri terhadap suatu hal cenderung akan mengikuti bagaimana gurunya memandang suatu hal, oleh karena guru dianggap sebagai model atau sosok yang lebih memahami hal tersebut.
12.      Guru sebagai pekerja rutin. Guru bekerja dengan ketrampilan, dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang sangat diperlukan.
Hal-hal tersebut diatas merupakan sebagian dari peran penting guru dalam pendidikan. Konsep peran guru  tersebut secara jelas mengemukakan bahwa peran guru bukan hanya dalam aspek membimbing untuk mempelajari suatu materi, akan tetapi juga membimbing perkembangan kejiwaan siswa menuju manusia yang memiliki iman-taqwa (imtaq) dan berkualitas baik. Pembentukan siswa menjadi insan berkualitas merupakan salah satu tugas pendidik, dimana siswa dibimbing agar memiliki prestasi akademik dan memiliki kualitas perilaku atau kejiwaan yang sesuai dengan norma-norma agama dan sosial.  Guru memiliki peran yang kuat dalam membentuk moralitas, kejiwaan atau psikology siswa, kepribadian, serta dalam kualitas akademik siswa.
Mengenai kenakalan anak, Yusuf (2006 :34) menjelaskan sebagai berikut:
Kenakalan anak merupakan suatu perilaku yang dianggap menyimpang dari aspek moral, kesusilaan, maupun agama.  Kenakalan siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, dari tingkat ringan, sedang, sampai berat. Kenakalan dalam tingkatan yang ringan belum membahayakan dan pada umumnya masih mudah untuk ditanggulangi. Kenakalan dalam tingkat sedang merupakan kenakalan yang apabila dibiarkan akan mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi siswa maupun lingkunganm akan tetapi tingkatan ini masih mudah untuk ditanggulangi. Sedangkan kenakalan dalam tingkat berat merupakan kenakalan yang dianggap serius, sangat berbahaya bagi perkembangan siswa dan lingkungan, serta sulit ditanggulangi. Seberapapun tingkatan suatu kenakalan, hal ini merupakan suatu kondisi yang sangat perlu untuk segera ditanggulangi, demi masa depan siswa dan kenyamanan lingkungan belajar siswa (Yusuf, 2006: 34).

Sementara itu, secara psikologis, anak tingkat sekolah taman kanak-kanak berada dalam fase masa kanak-kanak awal (early chilhood). Hal ini sebagaimana dijelaskan Rizky (2009 :3) sebagai berikut:
Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk ke fase berikutnya. Menurut Pieget, pada usia ini anak memiliki sifat egosentris, sehingga berkesan ingin menang sendiri karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Sedangkan  pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis-rumit (Rizky, 2009: 3).

 Berdasarkan konsep tersebut, maka dalam membimbing anak yang masih dalam fase belajar awal dengan karakteristik egosentris, masih dalam tahapan meniru, dan belum mampu berfikir rumit  bahkan untuk sekedar membedakan baik dan buruk ini diperlukan adanya penanganan khusus yang sesuai dengan fase perkembangannya oleh guru. Bimbingan yang dilakukan dengan menggunakann pendekatan untuk anak remaja dan orang dewasa tidak akan sesuai untuk anak dalam fase ini.
Perilaku seseorang, tanpa memandang fase perkembangan psikologisnya, berkaitan erat dengan dorongan hati yang muncul dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan disebut sebagai motivasi.
Terkait dengan motivasi, Makmun (2005: 37) mengemukakan bahwa:
Motivasi merupakan suatu kekuatan atau power atau tenaga (forces) atau daya atau suatu keadaan yang kompleks (complex states) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak. Motivasi timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan datang dari dalam diri individu sendiri (intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik) Makmun (2005: 37).

Di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010, fenomena kenakalan anak ini banyak dijumpai. Kenakalan anak ini diantaranya adalah munculnya perilaku menyerang secara fisik dan non fisik, dan gemar membolos. Hal ini dipandang serius oleh guru dengan asumsi bahwa perilaku semasa kanak-kanak akan menjadi kebiasaan yang akan terbawa sampai dewasa. Guru berupaya memberikan pendidikan yang disesuaikan dengan tingkat berfikir anak, dengan mengutamakan pemberian motivasi agar anak membiasakan diri berperilaku baik dan meninggalkan kebiasaan yang tidak baik. Dalam kenyataan yang dialami, kegiatan ini tidak berlangsung dengan mudah. Anak masih biasa mengulang kebiasaan buruk dalam periode tertentu setelah dilakukan upaya pembinaan. Hal ini ada kemungkinan akibat tidak terpantaunya kenakalan anak oleh orang tua di rumah, sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk masih sering terulang kembali.
Dengan berdasarkan konsep peran penting guru dalam pendidikan, banyak terjadinya kenakalan pada anak tingkat taman kanak-kanak,  konsep fase perkembangan anak, konsep yang menunjukkan bahwa perilaku merupakan refleksi dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (motivasi), serta fakta yang terjadi di lapangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Pemberian Motivasi Oleh Guru Untuk Mengurangi Kenakalan Anak Di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”. Alasan pemilihan lokasi ini adalah peneliti telah cukup mengenal kondisi anak dan lingkungannya dan kondisi latar belakang anak, sehingga lebih mudah untuk memperoleh data-data yang paling mendekati kondisi riil yang ada.

B.        Identifikasi Masalah
Bersadarkan atas latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi adanya masalah sebagai berikut:
1.          Di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010, fenomena kenakalan anak banyak dijumpai, diantaranya adalah munculnya perilaku menyerang secara fisik dan non fisik, dan gemar membolos.
2.          Upaya pembinaan yang dilakukan guru masih mengalami berbagai kendala dalam bentuk terulangnya kembali perilaku yang kurang baik dalam periode tertentu, yang kemungkinan diakibatkan kebiasaan yang kurang baik di rumah, dimana perhatian orang tua masih kurang.

C.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang  masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1.          Apasajakah bentuk-bentuk kenakalan anak dalam fase masa kanak-kanak awal (early chilhood) di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen?
2.          Upaya pemberian motivasi apasajakah yang dilakukan guru untuk mengurangi kenakalan anak di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen?

D.        Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
1.     Bentuk-bentuk  kenakalan anak dalam fase masa kanak-kanak awal (early chilhood) di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen.
2.     Model-model  upaya pemberian motivasi yang dilakukan guru untuk mengurangi kenakalan anak di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen.

E.         Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini meliputi beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.          Manfaat Teoritis
a.         Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan khasanah pengetahuan dalam bidang bimbingan konseling, yang  secara khusus menyoroti upaya pemberian motivasi untuk mengurangi kenakalan anak tingkat taman kanak-kanak.
b.         Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan maupun referensi bagi penelitian psikologi pendidikan sejenis.

2.          Manfaat Praktis
a.         Penelitian ini diharapkan dapat menjadi memberikan dorongan bagi guru dalam mempelajari ilmu-ilmu yang mengarah pada fungsi guru yang lebih kompleks dari sekedar mengajar, dan diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi arti penting peranan guru  dalam dunia pendidikan. 
b.         Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para pengambil keputusan di bidang pendidikan guna mengembangkan suatu system pendidikan yang tidak mengesampingkan arti penting peran guru tergadap perkembangan siswa.

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
Greegory Hansen. 1988. Motivation Technique in Education. New York, McGraw Hill.
H.A. Syamsudin Makmun. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Mahmud Yusuf, 2006. Pengantar Psikologi Anak dan Perkembangan. Jakarta: Ramadhani
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasetya Irawan. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar Bahan Ajar. Jakarta: Dikti Depdikbud.
Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda
Ridwan, Rifai.1992. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sondang P. Siagian. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soetomo.1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

0 komentar:

Posting Komentar