PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN
LINGKUNGAN KERJA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU
DI SMA
NEGERI 1 TABANAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap
orang tentu mempunyai tujuan dan berusaha untuk mencapainya. Tujuan itu akan
berbeda bagi setiap orang antara lain karena pegaruh pengetahuan dan
penagalamannya yang berbeda. Namun demikian, setiap orang akan sama dalam satu
hal yaitu ingin mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup ini seseorang masih memerlukan
kerjasama dan tolong menolong dengan orang lain atau berorganisasi. Dalam
oragnisasi orang dapat menyempurnakan kekurangan – kekurangan yang dimilikinya.
Ada kecendeungan bahwa makin banyak keperluan yang harus dipenuhi maka makin
banyak pula ia harus bekerjasama dengan orang lain dan bertambah pula ia harus
memasuki organisasi. Oleh sbab itu, akhirnya hampir seluruh kehidupannya di
manapun ia berada akan diresapi, diarahkan dan dikendalikan oleh organisasi.
Dengan demikian oraganisasi akan jumpai dalam segala kehidupan manusia di
manapun ia berada.
Organisasi
dapat diartikan bemacam – macam tergantung dari arah mana kita memandangnya.
Teori klasik memandang organisasi itu sebagai suatu wujud. Perndekatan teori
klasik menekankan kepada pencapaian tujuan sehingga aspek – aspek organisasi
dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan. Salah satu aspek oragnisasi
adalah tenaga manusia. Dalam hal ini tenaga manusia dianggap sebagai mesin saja
yang dipacu untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh organisasi. Untuk
keperluan ini prinsip – prinsip organisasi, prosedur dan metode kerja yang
ketat harus diterapkan. Faktor lingkungan organisasi tidak menjadi perhatian
atau tidak dipertimbangkan dalam menganalisis organisasi karena dianggap tidak
berpengaruh. (Siagian, 1988 : 54)
Sedangkan
teori neo klasik menganggap bahwa manusia yang bekerja dalam proses produksi
harus dianggap sebagai orang yang mempunyai perasaan disamping menggunakan
pikirannya. Perasaan inilah yang membedakan tingkah laku anatara mansuia yang
satu dengan yang lain. Sebagai orang mereka mempunyai hak dan kewajiban serta tanggung
jawab. Oleh sebab itu manusia tidak dapat disamakan dengan mesin dalam bekerja.
Sebagai
menusia yang mempunyai perasaan mereka ingin menyampaikan keluhan dan apa yang
dirasakannya kepada orang lain dan saling beriteraksi dengan orang lain. Dalam
organisasi formal hal ini tidak mendapatkan tempatnya sehingga mereka mencari
tempat pelarian yaitu organisasi informal yang sapat menampung kebutuhan
spiritual mereka sehingga terpenuhi kepuasan batinnya. Jadi tidak semua hal
yang dapat ditampung oleh oragnisasi formal, dan yang tidak tertampung ini
dapat dipenuhi manusia pekerja dalam organisasi informal. Oleh sebab itu,
organisasi informal dapat melakukan fungsinya baik yang positif yaitu
memperkuat organisasi formal maupun yang negatif yaitu merongrong organisasi
formal. Pendekatan teori neoklasik menitikberatkan pandangannya pada hubungan
interpersonal atau informal dalam organisasi. Teori ini berorientasi kepada
unsur kemanusiaan (personal oriented), sehingga yang diutamakan dalam
oganisasi adalah kepuasan kerja
manusia. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai orang yang mempunyai perasaan
dan pikiran yang digunakan dalam bekerja dan bukan sebagai semin. Oleh karena
itu unsur kemanusiaan penting diterapkan dalam organisasi karena manusia dapat
membuat segala sesuatunya bergerak dan berubah secara dianmis dalam organisasi.
(Arif, 1986 : 21).
Baik teori oragnisasi Klasik
maupun Neo Klasik ternyata juga mempunyai kelemahan – kelemahan sehingga
kelemahan ini menjadi dasar munculnya pandangan baru tentang organisasi yaitu
teori Modern.
Teor modern membangun kerangka
pemikirannya dengan memodifikasikan teori klasik maupun teori neo kalasik yang
memandang oragnisasi itu sebagai suatu sistem yang berproses. Yang dimaksud
“sistem” adalah bagian – bagian dari organisasi yang berhubungan satu sama lain
menjadi satu kesatuan secara keseluruhan. Bagian – bagian itu terdiri dari
faktor – faktor luar dan faktor dalam organisasi. Faktor luar organisasi adalah
faktor lingkungan di mana organisasi itu berada seperti faktor politik,
ekonomi, sosial, budaya. Teknologi, hukum, demografi, sumber – sumber alam,
langganan, nasabah dan lain – lain. Faktor dalam oragnisasi adalah antara alin
orang – orang yang bekerja, tugas dan tanggung jawab, hubungan kerja, dana,
alat – alat, peraturan dan prosedur kerja, dan lain – lain. Organisasi sebagai
proses sistem terdiri dari faktor luar dan faktor dalam yang berhubungan atau
berinteraksi satu sama lain, saling pengaruh mempengaruhi sehingga merupakan
suatu kebulatan. Jadi di dalam oragnisasi yang dipentingkan baik faktor intern
organisasi seperti struktur yang formal maupun faktor ekstern organisasi sperti
lingkungan organisasi. Di samping itu organisasi dipandang sebagai suatu
kebutalan atau keseluruhan yang terdiri dai komponen – komponen organisasi yang
saling berhubungan satu sama lain. Jadi organisasi tidak hanya dipandang bagian
– bagiannya saja tetapi harus dianalisis secara keseluruhuan (teori analisis
sistem) (Stephen P.Robbins, 1996;220).
Sehubungan dengan pandangan
modern, Chester I Barnard adalah orang pertama meletakkan dasar dari teori
modern dan mengemukakan bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem yaitu
sistem sosial yang dinamis dari hubungan kerja sama yang bertujuan untuk
memuaskan keperluan orang – orang. Selanjutnya Herbert G.Hicks&C.Ray
Gullett mendifinisikan organisasi sebagai suatu proses yang tersusun dalam mana
orag – orang berhubungan untuk mencapai tujuan. Sedangkan George Homans
mengemukakan bahwa organisasi terdiri dari system lingkungan luar (external
environment) dan system dalam (intern) oragnisasi dalam hubungannya yang
saling tergantung satu sama lain. Jadi dalam pandangan teori modern ini faktor
dalam oragnisasi sehingga perlu menyesuaikan dirinya dengan perubahan –
perubahan yang terjadi demi mempertahankan hidupnya.
Walaupun orang berpendapat bahwa
teori – teori tersebut di atas hanya cocok diterapkan di negara – negara maju
dan tak sepenuhnya cocok di negara – negara berkembang. Oleh sebab itu beberapa
ilmuan mengemukakan konsep organisasi di negara – negara berkembang.
Perkembangan terbaru dari
organisasi ialah konsep organisasi Jepang dan teori Organisasi tipe Z (oleh
William Ouchi). Pengalaman meunjukkan bahwa perusahaan Amerika yang dipimpin
orang Jepang di Jepang maupun perusahaan Jepang yang dipimpin oleh orang Jepang
di Amerika ternyata mengalami sukses jika dibandingkan dengan perusahaan
Amerika yang dipimpin oleh orang Amerika di Jepang. Keadaan ini mendorong orang
Amerika untuk mengadopsi sistem organisasi dan manajemen yang diterapkan oleh orang
Jepang karena ternyata mampu menjawab tantangan dunia. (Arif, 1986:741).
Dengan mengadopsi manajemen
Jepang tersebut dan mengkombinaskan dengan sistem Amerika sendiri terciptalah
teori Z. Secara berangsur – angsur perusahaan Amerika yang besar – besar mulai
menerapkan teori Z ini dalam perusahaannya sehingga bentuk perusahaan yang
semula bertentuk A (Amerika) kemudian diubah menjadi tipe Z. Ternyata tipe Z
inipun cocok dengan masyarakat Amerika.
Perkembangan uang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan hal – hal yang
segera direspin di dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Beberapa
perubahan yang terjadi di Indonesia dan berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Pertama, pelaksanaan Undag – Undang Nomor 22 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah menjadi Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Otonomi Daerah dan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Kewenangan antara
Pusat dan Daerah telah membawa perubahan pada sistem pengelolaan pendidikan
nasional, dari sentralistik kepada desentralistik. Kedua, penatapan
Undangan – Undangan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
serta beberapa peraturan perundang – undangan lainnya, telah menjadi arah baru
bagi pengelolaan pendidikan nasional sebagai suatu sistem. Ketiga,
perubahan global dalam berbagai sektor kehidupan yang terjadi demikian cepat,
merupakan tantangan dan peluang nasional bagi upaya peningkatan mutu
pendidikan. Keempat, ketidakseuaian antara kompetensi lulusan dengan
kebutuhan dunia kerja perlu dikaji secara serius, konsisten dan berkelanjutan.
Dengan demikian diperlukan adanya paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan
yang mampu mempersiapkan generasi muda yang memiliki kompetensi multi
dimensional. Salah satu upaya strategis yang dilaukan pemerintah adalah
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), yang disebut Kurikulum 2004.
Pada tingkat persekolahan,
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menunut kemampuan baru pada
guru dalam mengelola proses pembelajaran secara efektif. Tingkat produktivitas
sekolah dalam memberikan pelayanan – pelayanan secara efisien kepada pengguna
(peserta didik, masyarakat) akan sangat tergantung pada kualitas guru – gurunya
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan pada keefektifan mereka
dalam melaksanakan tanggung jawab individual dan kelompok.
Peran strategis guru harus mampu
berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana),
dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajra (Depdiknas, 2004:2). Guru
merupakan faktor yang dominan, karena di tangan gurulah keberhasilan
pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi keberhasilan mutu pendidikan pada umumnya dan
kualitas pembelajaran pada khususnya. Dalam memposisikan guru sebagai salah
satu faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan di sekolah pada umumnya dan
kualitas pembelajaran pada khususnya, sebenarnya merupakan suatu yang logis
bahwa tugas utama guru sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana),
dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Artinya, jika guru dapat
melaksanakan tugas pembelajaran sebagaimana yang diharapkan, akan berpengaruh
pada peningkatan hasil belajar siswa. Namun kenyataannya, masih ada sebagian
masyarakat meragukan kemampuan guru yang menyangkut semua aspek yang sering
disebut dengan kinerja guru. Rendahnya perolehan nialai ujian nasional siswa
sering diidentikkan dengan ketidakmampuan guru dalam mengembangkan potensi
siswa. Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena masyarakat memandang bahwa
keberhasilan atau kegagalan siswa merupakan keberhasilan atau kegagalan
pendidik. Keraguan terhadap kinerja guru tersebut dipandang wajar karena hal
itu merupakan suatu kontrol untuk mengoreksi secara terus – menerus, sehingga
dengan adanya koreksi dari masyarakat dapat memacu guru untuk terus
meningkatkan kinerja. Keberhasilan dan kualitas lulusan selalu menjadi dambaan
setiap lembaga pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu lulusan tersebut,
khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu lebih
disempurnakan dan ditinjau kembali proses belajar – menagajr disekolah.
Penyempurnaan tersebut dapat melalui perbaikan sarana dan prasarana pendidikan
seperti : kurikulum, strategi dan metode pengajaran, kualitas guru, buku sumber
untuk guru dan siswa, sistem penilaian, pemberian beasiswa, alboratorium,
perpustakaan, serta kesejahteraan guru. Semua itu dilakukan agar setiap
komponen pendidikan dapat berfungsi dan berperan sebagaimana yang diharapkan.
Meskipun variabel – variabel yang
menjadi input seperti disebutkan di atas telah ditangani selama ini, baik
kualitas maupun kuantitasnya, sehingga kondisi saat ini sudah lebih baik
daripada kondisi sebelumnya, namun mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa
seperti yang diinginkan belum terwujud. Dengan demikian, keluhan masyarakat
terhadap belum optimalnya kinerja guru masih tetap bermunculan, termasuk juga
di dalamnya adalah yang terjadi di SMA Negeri 1 Tabanan. Tampaknya ada suatu
variable yang selama ini belum mendapatkan perhatian yang setara dengan
perhatian yang diberikan pada variabel – variabel lainnya yang berpegaruh
terhadap kinerja guru, yaitu manajemen pendidikan. Untuk itu perlu kiranya
diidentifikasikan variabel – variabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja
guru.
Secara manejrial, seperti halnya
negara – negara berkembang lainnya, maslah – maslaah yang dihadapi SMA di
Indonesia adalah pada hakikatnya lebih merupakan sebagai masalah manajerial.
Kurag jelasnya tugas – tugas yang dikerjakan, tidak efektifnya kinerja guru dan
pegawai, kebanyakan bersumber pada kurang kapabel dan profesionalnya manajer di
SMA itu.
Kesuksesan organisasi atau
lembaga tergantung dari kemampuan dan keterampilan dari orang – orang yang ada
dalam organisasi atau lembaga tersebut. Seorang pimpinan dalam memberikan
fasilitas untuk menunjang kemampuan dan meningkatkan partisipasi pegawai di
dalam suatu organisasi merupakan sasaran manajemen pesonalia (Harris,
1979:134).
Dengan menerapkan manajemen
personalia diharapkan terwujud pegawai (termasuk guru) yang memiliki kesadaran
untuk tepat waktu, betah, disiplin, teliti dan memiliki kreativitas yang tinggi
dalam melakukan suatu pekejaan sesuai dengan profesi yang diembannya.
Keadaan SMA Negeri/Swasta yang
ada di kabupaten Tabanan terdiri dari SMA Negeri dan 9 SMA Swasta yang etresbar
pada setiap kecamatan Kabupaten Tabanan. Salah satu dari 9 SMA Negeri yang ada
di kabupaten adalah SMA Negeri 1 Tabanan. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang keadaan SMA Negeri/Swasta di Kabupaten Tabanan tertera pada tabel
berikut.
Tabel 1.1
Keadaan SMA Negeri/Swasta di Kabupaten
Tabanan
DAFTAR PUSTAKA
Affif, Mirian Soffyan.1993. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Karunia; UT
Anastasi, Anne & Susana
Urbina. 1997. Psychological Testing. Terj. Robertus Hariono S.Iman. Jakarta: PT.
Prenhallindo
Ancok, Djamaludin. 1998. Motivasi
dan Kepuasaan Dalam Kerja. Yogyakarta: PPM- FE UGM
Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs & Asghar Razavich. 1082. Introduction
to Research in Education. Terj.
Arief Furchan. Surabaya; Usaha Nasional.
As’ad. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty
-------------, 1982. Kepemimpinan Efektif Dalam Perusahaan: Suatu
Pendekatan Psikologik. Yogyakarta: Liberty.
Atmosoeprapto, Krisdarto. 2000. Menuju SDM Berdaya: Dengan
Kepemimpinan Efektif dan Manajemen Efisien. Jakarta: Gramedia.
Azwar, Saifuddin, 1986. Reliabilitas dan Validitas: Interprestasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberty
------------, Saifuddin,
2001. Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bakrie, Aburizal. 1999. Mengefektifkan
Sistem Pendidikan Ganda. (Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Majelis
Pendidikan Kejuruan Nasional, 29 Maret 1999) di Jakarta
Borg, W.R & Gall, M.D. 1983. Educational Research: A
Introduction. New York: Longman.
Cahyono, Bambang Tri. 1996. Sumber Daya Manusia. Jakarta : IPWI
Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Dantes, I Nyoman. 1986.
Variabel penelitian dan Perumusan Hipotesis. Singaraja: Jurusan Ilmu Pendidikan,
FKIP Unud.
Davis, Keith & John W. Newstrom. 1972. Human Behavior at Work:
Organizational Behavior. Tej. Agus Dharma. Jakarta: Erlangga
------------. 1989. Human Behavior at Work: Organizational
Behavior. New York: McGraw-Hill.
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar