Rabu, 16 Januari 2013

PTK SMA 63 - PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS XII SMA


PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS XII SMA ABC PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MODEL P A S A (PICTURES AND STUDENT ACTIVE

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
                Peranan pendidikan di Indonesia menjadi prioritas utama, secara jelas di dalam UUD 1945 pada pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan penyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang sosiologi, sejalan dengan hal tersebut GBHN 1988 dinyatakan peranan pendidikan nasional yang kaitannya dengan sosiologi yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras. Selain itu yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pendidikan nasional harus mampu menumbuhkan dan memper dalam kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kualitas masyarakat baik dari segi sosial budaya maupun potensi-potensi lainnya, yang hal ini dapat diperlancar dengan memahami khasanak sosiologi.
Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional setiap 10 tahun sekali selalu dilakukan penyempurnaan atau revisi kurikulum seperti tahun 1975, 1984, 1994, suplemen 1999, 2004 (berbasis kompetensi) dan saat ini menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006) dimana didalamnya terdapat perubahan materi dalam pembelajaran sosiologi
Perlu diuraikan kendala-kendala umum dalam pembelajaran sosiologi yaitu; (1) Materi sosiologi yang sangat luas meliputi   fakta sosial, tindakan sosial, khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial (2) Metode pembelajaran sosiologi di Indonesia cenderung didominasi dengan metode konvensional yang berpusat pada aktivitas guru (teacher centered) sehingga terkesan membosankan, yaitu dengan metode ceramah (4) Ketidakseimbangan jumlah jam tatap muka dengan materi yang ada (5) Kurikulum yang selalu berubah-ubah (6) Banyak sSiswa kurang berminat membaca hal-hal yang terkait dengan fenomena sosial masyarakat (7) Tidak memadainya sumber-sumber tertulis maupun tidak tertulis (8) Sosiologi adalah ilmu sosial selalu dipandang sebelah mata sebagai mata pelajaran kelas dua setelah bidang ekonomi atau lainnya yang dianggap sebangai bidang yang lebih prospektif.
Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran sosiologi dalam hal ini siswa SMA ABC salah satunya dilatarbelakangi oleh faktor kurang kreatifnya guru, juga tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Dari data evaluasi hasil ulangan semester dan ujian blok semester I pada mata pelajaran sosiologi standar ketuntasan adalah 70 kelas X, kurang lebih 27.5% tidak tuntas ( Σ : 220 siswa ), kelas XI  30.5 % tidak tuntas ( Σ : 230 siswa ) kelas XII 36.2% tuntas ( Σ : 223 siswa ) ini berdampak pada kontinuitas kualitas belajar siswa di SMA ABC.
Kurikulum terbaru 2006 memberikan strategi  kepada pengajar bagaimana supaya siswa lebih giat memacu dirinya lebih kreatif dan inovatif, begitu pula pendekatan yang dilakukan dalam  strategi belajar mengajar sehingga  hasil belajar siswa ranah kognitif, dan afektif dapat sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Dalam pengajaran sosiologi siswa harus dapat membangun pemikiran yang kritis analisis dari interpretasi kebenaran fakta dan data secara benar baik pada ranah kognitif, maupun afektif ( Hariyono, 1998). Sebagian besar orang menganggap bahwa  pembelajaran sosiologi cenderung hanya ingatan, dan hafalan,  guru selalu mengidolakan metode ceramah sebab bercerita lebih tepat untuk kajian masa lalu.  Pada prinsipnya guru-guru sosiologi kesulitan menentukan formula (teknik, metode, dan pendekatan) yang sesuai untuk materi tertentu.
Secara umum dimanapun pembelajaran sosiologi hanya bersumber pada buku paket untuk dibaca atau LKS untuk dikerjakan secara naratif tanpa diberikan bukti konkrit visual berupa gambar, foto, dan peta sposial yang bisa lebih menarik dan bermakna,  sehingga pemahaman sosiologi hanya sebatas ingatan tanpa bisa menyelami peristiwanya.
Keadaan di atas akan membawa dampak yang tidak menguntungkan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran sosiologi dan semestinya dicarikan pemecahan alternatif yang paling efektif dan efisien atau solusi sebagai pelaksanaan perbaikan metode atau pendekatan pembelajaran beserta teknik dan bentuk yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dalam rangka peningkatan hasil belajar sosiologi dengan pendekatan pembelajaran efektif, efisien dan terpadu disesuaikan dengan proses dan kemampuan siswa diantaranya dengan mengadopsi model Picture to Picture dan Examples on Examples namun peneliti mencoba untuk menampilkan model pembelajaran dengan gaya Pictures and Student Active (PaSA) On Board Stories and Pictures Stories.
Dalam pendekatan pembelajaran CTL metode Pictures and Student Active diharapkan siswa dapat menkonstruk secara kognitif, dan afektif dengan daya kreasi serta menganalisis secara kritis terhadap visualisasi. Konsep utama dari Picture and Student Active adalah Know How to Know (mengetahui bagaimana harus mengetahui). Dengan demikian muncul suatu pernyataan bahwa “Siswa akan lebih
DAFTAR PUSTAKA

----------.1988.Garis-garis Besar Haluan Negara. Jakarta:Sekretaris Negara
Hariyono.1998.Memahami Sosiologi dalam Pembelajaran. Malang : IKIP MALANG
Kemmis,S&MC Taggart R.1988. The Action Research Planner. Victoria : Deakin University Press
Kartodirdjo.S.1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sosiologi. Jakarta : PT.Gramedia
Kasbollah, Kasihani.1999. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Sains. Malang : RUT VI LIPI.
Moleong, L,J.1994. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Notosusanto, N. 1985. Sosiologi Nasional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

0 komentar:

Posting Komentar