Jumat, 21 September 2012

PTK SMA -02 PERAN STUDY GROUP DISCUSSION DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DIBIDANG EKONOMI DALAM LINGKUP EKONOMI MIKRO


PERAN STUDY GROUP DISCUSSION DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DIBIDANG  EKONOMI
DALAM LINGKUP EKONOMI MIKRO
DI SMU NEGERI 1 NGUTER

BAB I
PENDAHULUAN


A.             Pendahuluan
Pembukaan UUD 45 menyatakan bahwa tujuan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara itu, identifikasi pengertian bangsa yang cerdas menurut Tilaar (2004: 1) adalah bangsa yang mampu bertahan (survive) dalam menghadapi kesulitan.
Kondisi Indonesia saat ini sedang dilanda krisis politik, krisis ekonomi, hokum, kebudayaan, yang secara serempak membentuk krisis multi dimensional. Sementara itu, aspek pendidikan adalah unsure yang kuat dalam membentuk budaya bangsa, serta berbagai hal yang terkait dengan hokum dan kepemerintahan. Dengan demikian, dalam masa krisis saat ini ada dua hal yang menonjol untuk diperhatikan, yaitu:
1.              Bahwa pendidikan tidak lepas dari kesatuan dalam hidup dalam segenap aspeknya
2.              Krisis yang dialami oleh bangsa Indonesia saat ini dapat diasumsikan sebagai krisis pendidikan nasional.
Dengan demikian, maka saat ini sangat dituntut adanya pengembangan dan pemberdayaan pendidikan dalam konteks yang luas, dalam rangka mencapai tujuan UUD 45, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sementara itu, perkembangan dunia global terus maju pesat, dipelopori dengan pengembangan-pengembangan keilmuan, ekonomi, system politik, dan pendidikan di Negara-negara barat (western).  Pasar bebas dan kerjasama regional serta internasional telah dan sedang dikembangkan. Dengan demikian, maka persaingan semakin ketat dalam hampir seluruh aspek kehidupan. Instansi-instansi internasional mulai masuk secara bebas ke Indonesia.  Kondisi ini seahrusnya merupakan motivasi bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan mutu persaingan.
Peningkatan mutu persaingan dapat diartikan sebagai peningkatan kualitas individu yang mampu menghasilkan hasil karya yang diperoleh dari kompetisi tersebut (Tilaar, 2004: 14). Apabila dikaji lebih dalam, maka peningkatan kempetisi dihasilkan oleh pendidikan yang kondusif bagi lahirnya individu-individu yang kompetitif, dalam arti positif.  Sementara itu, masyarakat dan individu yang kompetitif serta dapat bekerja sama dengan dimotivasi oleh sikap invotif merupakan paradigma baru yang sedang berkembang di Negara-negara maju.  Paradigma pendidikan lama mulai ditinggalkan, dan Negara-negara maju sedang mematangkan system pendidikan yang merangsang dan mengarahkan siswa pada inovasi yaitu tidak hanya mampu mengembangkan pemikiran dan daya analisis akan tetapi diarahkan pada kemampuan menciptakan hal-hal baru, aspek-aspek baru dalam dunia keilmuan dan ekonomi, serta aspek-aspek lain yang diperlukan dalam kehidupan manusia.
Kondisi tersebut secara langsung dan tidak langsung menuntut inovasi-inovasi di bidang pendidikan, salah satunya dalah dalam bidang pembelajaran yang dilakukan kepada siswa. Peningkatan kualitas system pembelajaran secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas siswa sekolah.  
Salah satu aspek dalam peningkatan kualitas pembeljaran adalah aspek teknik penyelenggaraan proses belajar-mengajar yang dilaksanakan oleh guru kelas. Terdapat suatu konsep yang dikemukakan oleh Gerlach dan Elly (1983, dalam Mudhofir 1987:71) dalam pelaksanan teknik pembelajaran, yaitu dengan memperhatikan berbagai faktor, yang salah satunya adalah faktor-faktor pengelompokan siswa dalam study group.
Pengelompokan siswa atau studygroup tidak dapat dilakukan dalam seluruh sesi pelajaran akan tetapi hanya dalam kondisi-kondisi tertentu, disesuaikan dengan tujuan pengajaran. Apabila tujuan pengajaran adalah agar siswa belajar dengan cepat menurut kemampuan sendiri tanpa letergantungan dari guru atau tanpa pengaruh kelambatan teman-temannya, maka akan lebih sesuai dengan desain indivisualy prescibed instruction (IPI). Bila tujuan pengajaran adalah agar siswa mendalami suatu pokok bahasan lebih detil maka diperlukan pertukaran pikiran yang intensif (active interchange of ideas). Dalam hal ini perlu dibentuk kelompok kecil yang memberikan peluang untuk berdiskusi seperti dalam menjawab masalah atau persoalan dan praktikum. Pembentukan kelompok belajar juga harus diperhitungkan kebiasaan yang paling sesuai atau style belajar siswa di suatu sekolah. Ada siswa yang lebih suka belajar sendiri dan ada juga yang lebih suka belajar bersama.
Metode pembelajaran kelompok,  pada dasarnya dilakukan dengan model pemecahan masalah.  George (1985, dalam Mulyasa 1997: 111) menyatakan bahwa “Jikalau seorang peserta didik dihadapkan pada suatu maslaah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedarmemcahkan masalah, akan tetapi juga belajar sesuatu yang baru”. Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pembelajaran sainsmaupun dalam berbagai disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran lebih fleksibel. Dengan demikian, maka proses pembelajaran kelompok melalui upaya pemcahan masalah suatu persoalan secara diskusi (discussion for problem solving) merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan.
Sunaryo (2002 : 49) menyatakan bahwa metode pengajaran sering disebut juga sebagai instruksional, yaitu diartikan sebagai cara menyajikan isi mata pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran (instruksional). Dalam metode pengajaran sendiri dikenal prinsip bahwa seluruh jenis metode yang ada pada dasarnya baik. Persoalannya adalah terletak pada ketepatan guru dalam menentukannya bagi sebuah proses pengajaran. Untuk itu memang, seorang guru dapat secara asal memilih dan menetapkan metode pengajaran bagi kegiatan pengajarannya.
Study group adalah suatu percakapan atau pembicaraan antara dua atau lebih yang bermanfaat dan berlangsung secara efektif. Dalam hal ini seorang pembimbing harus terampil dalam mengelola metode diskusi ini. Diskusi hendaknya terjadi dalam suasana persahabatan yang ditandai oleh kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik, diskusi, keantusiasan berpartisipasi, serta kesediaan menghargai pendapat orang lain, serta dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapatnya. Dalam metode studygroup  ini, maka seorang pembimbing harus dapat mempersiapkan diri sebagai pemimpin diskusi karena guru scbagai sumber informasi dan motivator sehingga mampu memberikan penjelasan, memotivasi, dan dapat memahami kesulitan yang dihadapi siswa.
Diskusi sendiri hanya mungkin dapat dilakukan apabila terdapat masalah atau persoalan yang juga memungkinkan adanya bermacam-macam jawaban. Orientasinya adalah argumentasi yang dapat diterima. Diskusi bukan debat, yang orientasinya "menang-menangan", diskusi dilakukan dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih baik berkenaan dengan suatu persoalan.
Terkait dengan mata pelajaran ekonomi, khususnya dalam lingkup ekonomi mikro, terdapat banyak materi yang memerlukan pendalaman materi yang baik bagi siswa. Hal ini terjeadi karena bidang ekonomi mikro sangat berkaitan dengan kegiatan ekonomi masyarakat luas sehari-hari. Disamping itu, bidang ekonomi mikro merupakan bidang ekonomi yang memiliki lingkup yang luas dan banyak memerlukan diskusi bagi siswa.
Ekonomi mikro merupakan lingkup ekonomi “kecil” yaitu lingkup yang membahas mengenai bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian. Lingkup ini pada umumnya membahas tentang bagaimana cara menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secara efisien agar manusia mencapai kemakmuran yang maksimum. Dengan demikian, lingkup ekonomi mikro sangat berkaitan dengan unit-unit usaha yang kecil yang pada umumnya dilakukan masyarakat. Ekonomi mikro sangat penting bagi siswa guna menunjang pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan produktif di masa datang, sehingga benar-benar memerlukan pendalaman yang baik.
Atas dasar pemikiran-pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun karya ilmiah yang berjudul “PERAN STUDY GROUP DISCUSSION DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DIBIDANG  EKONOMI DALAM LINGKUP EKONOMI MIKRO DI SMU NEGERI 1 NGUTER”.

B.             Perumusan Masalah
Beradasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
1.       Bagaimana pelaksanaan study group discussion untuk siswa kelas X di SMU Negeri 1 Nguter?
2.       Bagaimana peran study group discussion dalam meningkatkan prestasi siswa di bidang ekonomi untuk lingkup ekonomi mikro di SMU Negeri 1 Nguter?

C.             Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan bagi penulisan karya ini adalah sebagai berikut:
1.         Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan study group discussion untuk siswa kelas X di SMU Negeri 1 Nguter
2.         Untuk mengetahui bagaimana peran study group discussion dalam meningkatkan prestasi siswa di bidang ekonomi untuk lingkup ekonomi mikro di SMU Negeri 1 Nguter

D.             Metode Pengkajian
1.         Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pengkajian peran studygroup terhadap prestasi siwa dalam bidang ekonomi lingkup ekonomi mikro dilakukan dengan membandingkan hasil prestasi belajar siswa sebelum dan sesuadah dilakukan study group discussion yang dilaksanakan dengan metode siklus. Oleh karena prestasi siswa lebih mudah didekati dengan menggunkan angka matematis melalui nilai, maka dalam pengkajian inipun menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan membandingkan nilai-nilai prestasi siswa. Teknik kuantitatif yang digunakan adalah dengan teknik statistik, dimana angka-angka disusun secara sistematis, diolah dengan konsep-konsep perhitungan statistic dalam uji compare means, atau sering disebut dengan uji perbandingan rata-rata.  Metode statistic ini termasuk dalam metode ststistic parametric, yaitu suatu metode dalam statistic yang memperhitungkan angka angka yang dapat diberlakukan dengan operasi matematik seperti perkalian, penjumlahan, dan operasi lain. Berbeda dengan statistic non parametric yang menggunakan angka-angka yang tidak dapat diberlakukan operasi matematik seperti data angka pada ranking siswa, dimana ranking tidak dapat di kalikan atau dijumlahkan atau diberlakukan operasi matematik lain.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dimana sample data hanya diambil pada kelas X SMU Negeri 1 Nguter.

2.         Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat atau lokasi penelitian adalah di tempat dimana peneliti melaksanakan pengajaran yaitu X SMU Negeri 1 Nguter kabupaten Sukoharjo. Peneliti telah menerapkan mekanisme diskusi guna pendalaman materi setelah ceramah guru dilakukan.  Alokasi waktu yang digunakan adalah ¾ jam pelajaran dalam waktu-waktu tertentu. Pengertian waktu-waktu tertentu adalah waktu yang dianggap menguntungkan bagi siswa untuk melaksanakan diskusi, seperti pada materi yang memerlukan pendalaman secara khusus bagi siswa dan memungkinkan siswa untuk berfikir mandiri secara kelompok guna menyelesaikan masalah yang lebih luas. Disamping alasan efektivitas tersebut, pemilihan waktu pelaksanaan diskusi yang tidak terlalu sering ini juga mengacu pada konsep J.Scott yang menyatakan bahwa alokasi waktu diskusi secara berlebihan justru akan merugikan.  Waktu penelitian dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2006/2007.

3.         Data dan Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diukur dan diambil secara langsung dari subyek penelitian. Data primer yang utama adalah data kuantitatif yang berupa nilai-nilai siswa dalam menjawab perseolan. Data nilai siswa yang digunakan adalah nilai-nilai ulangan selama periode tidak diselenggarakan diskusi dan nilai-nilai setelah diselenggarakan diskusi, dalam semester yang sama. Data ini untuk mengetahui perubahan prestasi siswa jangka panjang (satu semester) akibat diberlangsungkannya proses diskusi. Data kuantitatif inilah yang akan diuji secara statistic untuk menggambarkan hasil penelitian. Data primer pendukung yang digunakan adalah data kualitatif yaiti berupa informasi bagaimana perilaku siswa dalam melaksanakan proses diskusi, bagaimana respon siswa dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, bagaimana tipe permasalahan dan kecenderungan siswa dalam menanggapi permasalahan-permasalahan tersebut, bagaimana kualitas diskusi dan daya dukung lingkungan. Pengambilan data kualitatif juga dilakukan secara langsung setiap proses diskusi. Data kualititif ini adalah berperan sebagai data primer pendukung.
Pengumpulan kualitatif tersebut dilakukan pada setiap kelompok dalam seluruh sesi diskusi yang dilaksanakan. Pengumpulan data tidak dilakukan melalui instrument seperti angket atau kuisioner, akan tetapi secara langsung melalui nilai prestasi siwa yang diperoleh dalam ulangan ulangan rutin.  Untuk mendukung objektivitas penelitian, penilaian yang ada adalah benar-benar nilai murni dari hasil jawaban yang diberikan siswa.
4.         Populasi dan Sampel
Populasi merupakan seluruh unsur kajian, yaitu siswa kelas X SMU Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo. Sementara itu, sampel merupakan sebagain dari anggota populasi yang dijadikan sebagai media pengambilan data. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu siswa dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti, dengan menekankan aspek keseimbangan data (normalitas), homogenitas, dan berdasarkan tujuan pengkajian. Dalam karya ini, digunakan 20 sampel siswa yaitu 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.



5.         Teknik Pengambilan Data
Dalam karya ini, tidak menggunakan instrument berupa angket atau kuisioner sebagai media pengambil data. Media observasi yang digunakan adalah:
a.          Penilaian melalui ulangan-ulangan harian. Oleh karena bahan diskusi adalah materi yang terkait dengan materi­materi yang dijadikan bahan ulangan, maka diskusi yang dilakukan siswa seharusnya mampu mempengaruhi peningkatan nilai-nilai ulangan harian. Dengan mengukur nilai-nilai ulangan harian siswa, maka dampak diskusi bagi seiswa secara dalam konteks pemahaman matari secara menyeluruh dapat diukur. Parameter nilai ulangan harian inilah yang dijadikan sebagai media pengukuran peningkatan prestasi siswa setelah diberlakukan proses diskusi. Nilai siswa sebelum dan sesudah diberlakukan proses diskusi dikumpulkan secara sistematis untuk diolah sebagai bahan analisis dalam penelitian.
b.          Media kualitatif. Media kualitatif adalah catatan-catatan yang dihimpun oleh guru mengenai keseharian respon siswa dalam setiap proses diskusi, daya tarik materi, pola berfikir dan perilaku siswa dalam diskusi, situasi pendukung, alokasi waktu, tingkat kesulitan, dan catatan-catatan lain yang dianggap akan bermanfaat dalam mendukung analisis penelitian.

6.         Prosedur Pengkajian
Prosdur yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah dengan metode siklus yang dilakukan dengan beberapa tahapan atau siklus, yaitu:
a.       Rancangan siklus I
1)       Perencanaan tindakan (planning) Perencanaan tindakan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, mulai dari perangkat pembelajaran sampai pada alat ukur untuk menegtahui atau mengevaluasi tindakan penelitian tanpa mengesampingkan kendala-kendala tindakan.
2)       Pelaksanaan tindakan (action) Merupakan implementasi dari rancangan penelitian yang telah ditetapkan.
3)       Pengamatan tindakan (observasi) Merupakan pengamatan-pengamatan selama tahap penelitian yang bertujuan untuk merekam (recording) kondisi-kondisi yang ada disaat penelitian serta hasil dari pelaksanaan tindakan penelitian.
4)       Refleksi tindakan Regleksi merupakan tindak lanjut dari perolehan informasi dari observasi. Dalam refleksi ini dilakukan pengkajian berdasarkan data observasi guna menghilangkan elemen yang tidak diperlukan atau merugikan penelitian, serta untuk mempertahankan sisi positif yang mempengaruhi hasil pengkajian
b.       Rancangan siklus II
Siklus II merupakan pengulangan pada siklus I yang dilakukan dengan berbagai revisi. Revisi dilakukan dengan mempertimbangkan refleksi dalam siklus I dan melakukan langkah-langkah perbaikan dengan mempertahankan aspek-aspek yang positif dan menghilangkan aspek yang negative atau bersifat menghambat keberhasilan pelaksanaan study group discussion.
c.        Rancangan Siklus III
Siklus III juga merupakan pengulangan pada siklus II yang dilakukan dengan pembenahan dalam berbagai aspek yang terdapat dalam siklus III.

Gambar 2.1. Diagram Perencanaan Tindakan  Observasi

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
E. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Maknum, H.A. Syamsudin. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mudhofir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remadja Karya
Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda
Gerlach, R. 1988. Qualitative Method. An Introduction to Research. __________
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi. Teori Pengantar. Jakarta: Graffindo Perkasa.
Sa’ud, U. Syaefudin dan Maknum, H.A. Syamsudun. 2005. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Remaja Risdakarya
Tim, 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Madiun: IKIP PGRI
Walpole E, Ronald. 1982. Introduction to Statistic. San Francisco: W.H. Freeman & Co.
W.B. John, 1977. Research in Education.  India: Prentice Hall.
Wijaya, Farid. 1990. Pengantar Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700





0 komentar:

Posting Komentar