Jumat, 13 Juli 2012

PTK SMP 04- PAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU FISIKA SISWA KELAS VII SMP

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 WONOGIRI
DENGAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Ilmu pendidikan atau disebut sebagai pedagogic dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan merenungkan tentang konsep-konsep dalam mendidik. Istilah pedagigic berasal dari pedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak (Purwanto, 1998).  Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa ilmu pendidikan selalu memerlukan inovasi-inovasi konsep yang mengarah pada peningkatan kualitas anak didik. Dalam hal ini, ilmu pendidikan mensyaratkan adanya pengkajian dan penemuan yang reliable atau handal untuk memaksimalkan hasil pendidikan.

1
Menurut Barnadib (1984) dalam ilmu pendidikan dibedakan menjadi empat, yaitu ilmu pendidikan teoretis, ilmu pendidikan praktis, ilmu pendidikan sistematis dan ilmu pendidikan histories. Ilmu pendidikan teoretis memberikan renungan teoretis yang tersusun, teratur, dan logis tentang masalah dan ketentuan pendidikan. Ilmu ini memiliki titik tolak pada praktek pendidikan menuju pemikiran sistematis dan mengenal juga persoalan-persoalan yang bersifat folosofis yang berhubungan dengan pendidikan. Ilmu pendidikan praktis memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan yang langsung ditujuakan pada perbuatan mendidik. Ilmu ini menempatkan diri dalam situasi pendidikan dan mengarah pada perwujudan atau realisasi ide-ide pendidikan. Istilah lain adalah mengarah pada teknis pendidikan. Ilmu pendidikan sistematis memberikan pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang masalah pendidikan. Ilmu ini lebih membahas secara umum, abstrak dan obyektif tentang masalah pendidikan. Ilmu pendidikan histories memberikan uraian teoretis tentang system-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan melihat latar belakang kebudayaan dan filosofi yang berpengaruh pada masa tertentu.  Ilmu pendidikan histories ini dianggap memiliki hubungan timbale-balik yang paling kuat dengan ilmu pendidikan sistematis.
Apabila dikaitakan dengan peningkatan kualitas dalam pendidikan, maka terdapat kaitan yang jelas anatara ilmu pendidikan teoretis, praktis, histories, dan sistematis. Untuk memaksimalkan kualitas anak didik diperlukan suatu teknik atau metode yang paling sesuai dengan kondisi siswa. Untuk menemukan metode ini, diperlukan suatu konsep sistematis yang dapat digali dari pengalaman atau histori pada masa lampau serta konsesp-konsep atau ide-ide sistematis yang mendukung. Ide-ide atau teori tidak akan dapat diaplikasikan secara maksimal tanpa metode pendidikan atau teknik yang tidak mendukung dalam proses belajar mengajar.
Dengan menyadari keterkaitan yang cukup kuat antara aspek teknis (praktis), teoretis, dan ilmu pendidikan sistematis ini, maka dapat dikatakan  bahwa metode atau cara dalam teknik pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan guna mendukung kualitas yang maksimal dan mendukung ilmu pendidikan sistematik secara umum. Baik ilmu pendidikan teoritis, praktis, maupun historis kesemuanya bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan manusia Indonesia guna menunjang pembangunan sumberdaya manusia seutuhnya.
Dalam kaitannya dengan ilmu pendidikan praktis, salah satunya adalah menekankan pada penguatan keterampilan  praktek mengajar. Ketrampilan mengajar merupakan suatu kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagao integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973 dalam Mulyasa, 2007: 69) mengungkapkan “…Delapan ketrampilan mengajar yang sangat berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan memnutup pelajaran, membimbing metode - Konstektual kelompok kecil dan perorangan”. Penguasaan terhadap ketrampilan tersebut harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro. Adapun uraian mengenai delapan ketrampilan dalam menentukan kualitas pembelajaran menurut Turney tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Menggunakan ketrampilan bertanya
Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang duberikan guru akan menentukan kualitas menjawab anak didik.
2.       Memberi penguatan
Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap perilaku yang dapat memungkinkan terulangnya kembali perilaku tersebut.  Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan non verbal dengan prinsip kehangatan , keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penguatan respon yang negatif. Penguatan secara verbal merupakan kata-kata dan kalimat pujian seperti “bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian.” Sedangkan secara non verbal, dapat dilakukan dengan gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.
3.       Mengadakan Variasi
Variasi dimaksudkan untuk mengurangi kebosanan peserta didik, agar selalu tekun, antusias, dan partisipatif. Variasi ini ada empat jenis, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan mengajar.

4.       Menjelaskan
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan konsep-konsep yang berlaku. Menjelaskan merupakan ketrampilan yang sangat penting mengingat sebagian besar dari peran guru adalah menjelaskan.
5.       Membuka dan menutup pelajaran
Membuka dan mentup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin guru dalam memulai dan mengakhiri pembelajaran. Agar dua kegiatan tersebut memiliki arti yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, maka perlu dilakukan secara profesional. Membuka pelajaran merupakan kegiatan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada materi yang disajikan. Upaya tersebut meliputi menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar yang akan dipelajari , mengajukan pertanyaan baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Sedangkan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk menegtahui pencapaian tujuan umumdan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari, serta untuk mengakhiri pembelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan agar bermanfaat dalam menutup pembelajaran tersebut diantaranya adalah dengan menarik kesimpulan, mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan, manyampaiakan bahan-bahan pendalaman dan tugas-tugas yang harus dikerjakan, memberikan post test baik secara lesan maupun tulisan.
6.       Membimbingmetode-Konstektual kelompok kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dana memecahkan masalah. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatiakn dalam membimbingmetode-Konstektual kelompok kecil ini adalah memusatkan perhatian peserta didik pada topikmetode-Bakat Tihlang, memperluas masalah, memperhatikan dan menganalisis pandangan peserta didik, meningkatkan partisipasi peserta didik, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, serta dengan menutupmetode-Konstektual yang baik.
7.       Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
8.       Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu proses pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab dengan peserta didik atau memberi kesempatan pengakraban antar peserta didik. Ketrampilan Pembelajaran kelompok kecil dapat dilakukan dengan mengembangkan ketrampilan dalam pengorganisasian, dan memberikan variasi dalam pemberian tugas. Disamping itu juga dapat dilakukan dengan pemberian tugas yang menantang dan sekiranya menarik siswa. Khusus dalam pembelajaran perorangan, sangat penting untuk memperhatikan kemampuan berfikir siswa agar yang disampaikan dapat diserap dengan baik.
Konsep tersebut salah satunya menekankan bahwa sangat diperlukan variasi dalam mengajar guna mengurangi kejenuhan siswa terhadap materi-materi yang cukup padat di sekolah. Variasi, salah satunya dapat dilakukan dengan metode “membaca-menyingkat, dan latihan berulang” atau disebut sebagai metode “Bakat_Tihlang”. Dalam metode ini, siswa dilatih untuk mentingkat suatu poin hafalan, dan kemudian didukung dengan latihan-latihan berulang untuk menguatkan pemahaman siswa. Metode ini member penguatan dalam dua aspek utama, yaitu aspek mempermudah mengingat (memory reducemnet) dan aspek menguatkan logika pemhaman (logic enforcement).
Ilmu fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (sains) yang memerlukan penggabungan unsur daya ingat dan logika sekaligus. Daya ingat digunakan untuk menghafal berbagai perilaku unsur-unsur fisika, sedangkan logika digunakan untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan perilaku unsur apabila direaksikan, berdasarkan hokum-hukum fisika yang telah dirumuskan para ahli. Dengan memahami kondisi ini, maka sangat penting dilakukan variasi dalam praktek mengajar yang mampu mengkondisikan siswa untuk mudah menghafal dan memperkuat daya logika pemahaman siswa, dan dilakukan secara bersama-sama. Atas dasar latar belakang ini, maka penulis yang bermaksud untuk turut menciptakan peningkatan kualiatas siswa guna mendukung pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, tertarik untuk menyusun karya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 WONOGIRI DENGAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL”. Kondisi lain yang melatarbelakangi ketertarikan penulis dalam mengangkat tema ini adalah adanya realitas di SMP NEGERI 5 WONOGIRI, dimana hasil belajar Ilmu Fisika di SMP NEGERI 5 WONOGIRI masih kurang memuaskan, sementara para buru terlihat belum mengembangkan berbagai inovasi dalam praktek mengajar maupun belum mengembangkan konsep-konsep pendidikan praktis lainnya. Daya serap siswa terhadap materi dalam Ilmu Fisika masih cukup rendah, dan siswa tampak mudah bosan atau kurang memeiliki motivasi belajar yang kuat dalam Ilmu Fisika.
B.             Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, dirumuskan masalah pengkajian sebagai berikut:
1.       Bagaimana pelaksanaan metode Konstektual untuk mata pelajaran Ilmu Fisika pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Wonogiri?
2.       Bagaimana peranan metode Konstektual dalam meningkatkan prestasi siswa untuk matapelajaran Ilmu Fisika pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Wonogiri
C.             Tujuan
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, tujuan dari penulisan karya ini adalah sebagai berikut:
1.         Bagaimana pelaksanaan metode Konstektual untuk mata pelajaran Ilmu Fisika pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Wonogiri ?
2.         Bagaimana peranan metode Konstektual dalam meningkatkan prestasi siswa untuk matapelajaran Ilmu Fisika pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Wonogiri
D.             Manfaat Pengkajian
Penulisan karya ini diharapkan akan memiliki manfaat dalam berbagai aspek, diantaranya adalah:
1.       Bagi guru
a.       Untuk meningkatkan wawasan keilmuan tentang efektifitas dan kendala-kendala yang muncul dalam implementasi metode Konstektual.
b.       Meningkatkan pemahaman tentang model-model pembelajaran diluar model instruksional, yang dilakukan dengan mengembangkan aspek ilmu pendidikan praktis dan teoritis
2.       Bagi siswa
a.       Mempermudah siswa dalam mengadsorbsi materi Ilmu Fisika di Sekolah
b.       Memberikan solusi dalam mengatasi kesulitan menghafal dan menemukan sisi logis dalam materi-materi Ilmu Fisika.
E.       Metode Pengkajian
1.          Pendekatan dan Jenis Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan membandingkan hasil prestasi belajar siswa sebelum dan sesuadah digunakan metode Konstektual dalam pembelajaran. Oleh karena prestasi siswa lebih mudah didekati dengan menggunkan angka matematis melalui nilai, maka dalam pengkajian inipun menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan membandingkan nilai-nilai prestasi siswa. Teknik kuantitatif yang digunakan adalah tidak dengan menggunakan metode statistic, akan tetapi dengan membandingkan nilai ulangan pasca pelaksanaan proses pembelajaran dalam setiap siklusnya dengan nilai sebelum diberlakukannya kegiatan pembwlajaran dengan metode Konstektual.
Jenis pengkajian ini adalah pengkajian kelas, dimana sample data hanya diambil pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Wonogiri dengan alas an peneliti adalah pengajar kelas tersebut sehingga pengambilan data dan pengamatan kualitatif untuk bahan penjelas lebih mudah diambil peneliti. Dengan jenis pengkajian tindakan kelas, maka hasil yang diperoleh belum tentu dapat digunakan untuk menarik kesimpulan pada kelas-kelas lain atau kelas yang sama pada sekolah lain, sebelum dilakukan pengkajian lain yang lebih luas cakupannya. Dengan kata lain, hasil pengkajian ini belum dapat digunakan untuk generalisasi terhadap seluruh siswa.
2.          Tempat dan Waktu Pengkajian
Tempat atau lokasi pengkajian adalah di tempat dimana peneliti melaksanakan pengajaran yaitu di SMP Negeri 5 Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Peneliti telah menerapkan metode Konstektual selama satu semester. Waktu pengkajian dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2008/2009.
3.          Data dan Pengumpulan Data
Data dalam pengkajian ini adalah data primer, yaitu data yang diukur dan diambil secara langsung dari subyek pengkajian. Data primer yang utama adalah data kuantitatif yang berupa nilai-nilai siswa dalam ulangan harian. Data nilai siswa yang digunakan adalah nilai-nilai ulangan selama periode tidak diberikan metode Konstektual dan nilai-nilai setelah diberikan metode Konstektual. Data ini untuk mengetahui perubahan prestasi siswa jangka pendek (satu semester) akibat diterapkannya metode tersebut.  Data kuantitatif inilah yang akan diuji secara statistic untuk menggambarkan hasil pengkajian. Data primer pendukung yang digunakan adalah data kualitatif yaiti berupa informasi bagaimana perilaku siswa bagaimana respon siswa dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan diterapkannya metode Konstektual, bagaimana tipe permasalahan dan kecenderungan siswa dalam menanggapi permasalahan-permasalahan tersebut, serta bagaimana daya dukung lingkungan. Pengambilan data kualitatif juga dilakukan secara langsung setiap proses metode Konstektual. Data kualititif ini adalah berperan sebagai data primer pendukung.
4.          Subyek Pengkajian
Subyek pengkajian dalam pengkajian ini adalah siswa kelas VII – D. Adapun jumlah subyek yang diteliti adalah 25 orang.  Metode pengambilan sample adalah dengan populatif sampling, yaitu sample diambil dari seluruh populasi yang ada, yaitu seluruh siswa kelas VII – D sebanyak 25 orang. Sampel adalah subyek yang dipakai untuk pengambilan data, sedangkan populasi adalah seluruh subyek dalam pengkajian, yaitu siswa kelas VII. Dalam pengkajian non populatif sampling, umumnya sampel hanya diambil dari sebagian populasi yang ada, yang dianggap mampu mewakili seluruh populasi siswa yang ada.
5.          Variabel Pengkajian
John W.B (1977:89) mendevinisikan Variabel pengkajian secara umum yaitu merupakan indikator indikator yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur aspek-aspek yang diteliti, yang akan dimanipulasikan, diolah, dan dianalisa guna mengetahui hasil pengkajian secara garis besar, melalui metode-metode tertentu yang digunakan oleh peneliti.
Variabel pengkajian ada dua yaitu variable terikat dan bebas. Variabel terikat (dependent variable)  adalah aspek yang dipengaruhi oleh variable lain, terikat oleh variable lain. Sebagai variable terikat dalam pengkajian ini adalah prestasi siwa dalam mata pelajaran Ilmu Fisika, sebagai variable yang terpengaruh oleh proses pelaksanaan metode Konstektual. Variabel yang lain adalah variable bebas (independent variable) yaitu variable yang berdiri sendiri, tidak terikat oleh variable lain, bahkan justru mempengaruhi variable lain. Sebagai variable bebas dalam pengkajian ini adalah peses penyelenggaraan metode Konstektual.
6.          Prosedur Pengkajian
Prosdur yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah dengan metode siklus yang dilakukan dengan beberapa tahapan atau siklus, yaitu:

a.           Rancangan siklus I
1)             Perencanaan tindakan (planning) Perencanaan tindakan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, mulai dari perangkat pembelajaran sampai pada alat ukur untuk menegtahui atau mengevaluasi tindakan penelitian tanpa mengesampingkan kendala-kendala tindakan.
2)             Pelaksanaan tindakan (action) Merupakan implementasi dari rancangan penelitian yang telah ditetapkan.
3)             Pengamatan tindakan (observasi) Merupakan pengamatan-pengamatan selama tahap penelitian yang bertujuan untuk merekam (recording) kondisi-kondisi yang ada disaat penelitian serta hasil dari pelaksanaan tindakan penelitian.
4)             Refleksi tindakan Regleksi merupakan tindak lanjut dari perolehan informasi dari observasi. Dalam refleksi ini dilakukan pengkajian berdasarkan data observasi guna menghilangkan elemen yang tidak diperlukan atau merugikan penelitian, serta untuk mempertahankan sisi positif yang mempengaruhi hasil pengkajian

b.          Rancangan siklus II
Siklus II merupakan pengulangan pada siklus I yang dilakukan dengan berbagai revisi. Revisi dilakukan dengan mempertimbangkan refleksi dalam siklus I dan melakukan langkah-langkah perbaikan dengan mempertahankan aspek-aspek yang positif dan menghilangkan aspek yang negative atau bersifat menghambat keberhasilan pelaksanaan study group discussion.
c.           Rancangan Siklus III

Siklus III juga merupakan pengulangan pada siklus II yang dilakukan dengan pembenahan dalam berbagai aspek yang terdapat dalam siklus III.
DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
E. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Maknum, H.A. Syamsudin. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mudhofir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remadja Karya
Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda
Gerlach, R. 1988. Qualitative Method. An Introduction to Research. __________
Sa’ud, U. Syaefudin dan Maknum, H.A. Syamsudun. 2005. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Remaja Risdakarya
Walpole E, Ronald. 1982. Introduction to Statistic. San Francisco: W.H. Freeman & Co.
W.B. John, 1977. Research in Education.  India: Prentice Hall.
Yoshida. 1991. Lesson Study in Japan. www.tc.edu (2007).

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700





PTK SMP 03-PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP  INVESTIGATION (GI) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VII
SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2005/2006

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik), dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik/ lebih maju).                                                                 
SMP Negeri 16 Surakarta merupakan salah satu sekolah negeri yang mempunyai input atau masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang bervariasi. Karena prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar beraneka ragam. Pada tahun pelajaran 2005/2006 batas terendah Nilai Ebtanas Murni (NEM) masuk SMP Negeri 16 Surakarta adalah 32,00. Batas tuntas nilai IPS SMP Negeri 16 Surakarta untuk tahun pelajaran 2005/2006 adalah 6,00.
Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, kelas dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan KBM. Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya. (Kasihani Kasbolah E.S, 2001 hal: 1)
Proses pembelajaran melalui interaksi guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh. Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama program pendidikan dilaksanankan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah lepas dari masalah.  
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi kelas VII(E) semester genap di SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi mata pelajaran ekonomi siswa kurang optimal. Asumsi dasar yang menyebabkan pencapaian kompetensi mata pelajaran ekonomi siswa kurang optimal adalah pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta (keaktifan) siswa dalam KBM. Pada tahun ajaran 2005/2006 SMP Negeri 16 Surakarta sudah mempergunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi, namun pelaksanaannya belum optimal. Metode mengajar guru masih secara konvensional. Proses belajar mengajar ekonomi masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi. Siswa yang kurang aktif cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran ekonomi.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode konvensional.
Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok bergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif ini, yaitu: siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus, menerima pelajaran dengan senang hati atau sebagai hiburan, karena adanya kontak fisik antara mereka, serta dapat mengembangkan kemampuan siswa.  
Dengan pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik, peserta didik harus bekerja dengan lembar kerja yang berisi pertanyaan dan tugas yang telah direncanakan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu sesama teman.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dalam proses pembalajaran. Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid dalam melakukan penyelidikan terhadap topik yang telah diidentifikasikan. Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan mereka selidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan hasil secara keseluruhan di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis investigasi kelompok ini merupakan kelompok yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuannya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut, setiap siswa dalam kelompok mengejakan apa yang telah menjadi tugasnya dalam lembar kerja kegiatan secara mandiri yang telah disiapkan dan teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk saling memberi kontribusi, saling tukar-menukar dan mengumpulkan ide. Setelah itu anggota kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. Langkah terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok mengkoordinasikan rencana yang akan dipresentasikan di depan kelompok yang lebih besar.
Teknik presentasi dilakukan di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi, sedangkan kelompok yang lain menunggu giliran untuk mempresentasikan, mengevaluasi dan memberi tanggapan dari topik yang tengah dipresentasikan. Peran guru dalam GI adalah sebagai sumber dan fasilitator. Di samping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa mereka mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi di dalam interaksi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan, guru menyimpulkan dari masing-masing kegiatan kelompok dalam bentuk rangkuman.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2005/2006.”

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.         Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru belum terfokus pada siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran.
2.         Prestasi belajar ekonomi siswa sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan, padahal penerapan metode konvensional kurang efektif dalam kegiatan belajar mengajar.
3.         Peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM khususnya di kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta belum menyeluruh sehingga prestasi belajar kurang optimal.
4.         Implementasi kurikulum berbasis kompetensi membutuhkan penerapan metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa secara keseluruhan, padahal proses pembelajaran selama ini masih didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

C.  Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah:
1.  Subjek Penelitian
Siswa kelas VII(E) semester genap SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006.
2.  Objek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah:
a.         Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
b.         Kompetensi siswa meliputi:
1). Aspek kognitif: evaluasi hasil belajar siswa.
2). Aspek afektif: peran serta siswa dalam KBM dan presentasi lisan.
c.          Materi pokok yang digunakan adalah:  Kegiatan Pokok Ekonomi dan Perusahaan dan Badan Usaha.

D.  Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.         Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan siswa secara keseluruhan?
2.         Apakah  penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006?

E.  Tujuan Penelitian
Melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.         Meningkatkan keaktifan siswa secara keseluruhan dalam proses pembelajaran ekonomi melalui penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI).
2.         Meningkatkan pencapaian hasil belajar ekonomi siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 melalui penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI).


F.  Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi belajar siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.

2.     Manfaat Praktis
  1. Bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
  2. Bagi guru memberikan informasi mengenai manfaat pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dalam meningkatkan peran serta siswa dalam proses belajar mengajar.
  3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New Jersey: The Mc.Graw Hill Companies, Inc.

A. Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Balitbang Depdiknas. 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdikbud.

Enco Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remadja Rosda Karya.

Elliott, Stephen.N. 2000. Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning. Boston: Mc Graw Hill.

H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

(http://www.naskahakademik.net, 23 April 2006).

Joyce, Bruce.R. 2000. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Kagan, Spencer. 1985. “Dimension of Cooperative Classroom Structure” dalam Slavin, R.E. Learning to Cooperate, Cooperate to Learn. 72-73. London: Plenum Press.

Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.

Kessler, Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning: A Teacher’s Resource Book. New Jersey: Prentice Hall Regents.

Lexy. J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosda Karya.

Nurhadi. 2004. Kurukulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Roestiyah N.K 2001. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian). Jakarta: Rineka Cipta.

Suhaida Abdul Kadir. 2002. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Tradisional Terhadap Prestasi, Atribusi Pencapaian, Konsep Kondisi Akademik dan hubungan Sosial Dalam Pendidikan Perakaunan. Malaysia: Universiti Putra Malaysia.

Usman H.B. 2001. Jurnal Ilmu Pendidikan (meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Tentang Konsep Limit Fungsi Satu Variabel real Melalui Pembelajaran Kooperatif). Malang: Universitas Negeri Malang.

W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700





PTK SMP 02- PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 2 TANON
TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Hasil pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis selama ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Apalagi untuk mencapai tingkat terampil, masih memerlukan “usaha keras” dari seorang guru untuk dapat mewujudkannya.
Pembelajaran menulis yang diberikan kepada siswa kurang bervariasi. Yang paling sering diberikan dalam pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat karangan dengan kerangka karangan yang telah disediakan, mengarang bebas, atau berlatih menulis bermacam-macam paragraf. Pembelajaran menulis pun akhirnya tetap kering dan membosankan (Suyono, 2005: 8) sehingga siswa kurang berminat untuk berlatih menulis.
Kekurangberhasilan pembelajaran menulis tersebut disebabkan oleh banyak faktor khususnya yang menyangkut siswa dan guru. Tidak sedikit para guru yang menganggap bahwa proses pembelajaran yang efektif ditandai dengan suasana kelas yang tenang. Para siswa dengan tertib duduk di kursinya masing-masing, perhatian terpusat pada guru, dan guru menjelaskan (berceramah) di depan kelas. Dalam kondisi yang demikian, siswa akan semakin tenggelam dalam kepasifan. Mereka belajar tidak lebih dari suatu rutinitas sehingga kurang tertantang terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa cenderung belajar secara individual, menghafal konsep-konsep yang abstrak dan teoretik, menerima rumus-rumus atau kaidah-kaidah tanpa banyak memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
Sinyalemen mengenai kekurangberhasilan pembelajaran menulis di atas, disebabkan oleh sistem pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Siswa kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan mengembangkan kreativitasnya. Di samping itu, dari sisi siswa sendiri juga masih terbiasa pasif. Siswa tampak kurang berminat mengikuti pelajaran. Akibatnya, siswa kuran gberpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Keadaan pembelajaran yang demikian, tentu tidak dapat menopang terhadap keterampilan menulis siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu diupayakan bentuk pembelajaran menulis yang lebih memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dengan upaya tersebut, diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Materi pembelajaran menulis pada siswa SMP kelas VIII dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi mencakup : menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik; menulis laporan, menulis surat resmi; menulis ulasan biografi; menyunting tulisan teman, menulis teks berita, menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer, menulis slogan dan poster untuk berbagai keperluan, menulis rencana kegiatan, menulis surat dinas, dan menulis petunjuk (Depdiknas, 2003: 17). Pada penelitian tindakan kelas ini, penulis membatasinya dengan memilih materi yang spesifik  yakni menulis laporan.

B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan ketermapilan menulis siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tanon, Kabupaten Sragen ?

C.       Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahas Indonesia di SMP N 2 Tanon Kabupaten Sragen yang ditunjukkan dengan meningkatnya keterampilan menulis siswa melalui pendekatan kontekstual.
  1. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk  : Pada akhir siklus kedua PTK ini, 75% siswa kelas VIII F SMP N 2 Tanon Kabupaten Sragen tahun 2006/2007, keterampilan menulisnya dapat meningkat.
D.       Manfaat Penelitian
  1. Manfaat Teoretis
Mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai teori dan langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis, sehingga pada penerapan pembelajaran yang lain, hambatan-hambatan atau kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada penelitian dapat diantisipai.
  1. Manfaat Praktis
a.        Manfaat bagi siswa
1)       Siswa lebih menyenangi pembelajaran menulis karena materi ang diajarkan dikatikan dengan situasi dunia nyata siswa.
2)       Minat menulis siswa dapat ditumbuhkan sehingga siswa dapat mengembangkan ketermapilan menulisnya.
3)       Siswa dapat menulis dengan lebih lancar karena telah banyak berlatih menguasai teknik-teknik menulis.
4)       Hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa diberikan kesempatan lebih banyak praktik menulis.
b.        Manfaat bagi guru
1)       Guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran khususnya pembelajaran menulis.
2)       Guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran khususnya pembelajaran menulis.

DAFTAR PUSTAKA

Badudu J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Burhan Nurgiantoro. 2005. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga. Yogyakarta: PT BPFE.
Depdiknas. 2002a. Pendekatan Kontekstual (Con textual Teaching and Learning). Jakarta : Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP dan MTs. Jakarta.
Depdiknas. 2004e. Pengembangan Kemampuan Menyinting, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2005. Penilaian Berbasis Kelas dalam Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Kemp, Jerrold, E. 1977. Instructional Design. California: Gleron Publishers.
Khaerudin Kurniawan. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asin Tingkat Lanjut. PBS Universitas Negeri Yogyakarta. http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaerudinkurniawan.doc. Diakses, 22 Juni 2006.
Sarwiji Suwandi. 2004. Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah Seminar Nasional Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sukmana. 2005. Menumbuhkan Budaya Menulis di Kalangan Siswa. Buletin Pusat Pebukuan, Volume 11, Januari-Juni 2005, Jakarta: Pusat Perbukuan.

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700




PTK SMP 01- PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DENGAN METODE KOOPERATIF JIGSAW


PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
DENGAN METODE KOOPERATIF JIGSAW
PADA SISWA SMP NEGERI 2 TANON – SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

A.       Latar Belakang Masalah
Hasil pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk keterampilan menulis selama ini masih rendah. Kekurangberhasilan pembelajaran menulis tersebut disebabkan oleh banyak faktor khususnya yang menyangkut siswa dan guru. Tidak sedikit para guru yang menganggap bahwa proses pembelajaran yang efektif ditandai dengan suasana kelas yang tenang. Para siswa dengan tertib duduk di kursinya masing-masing, perhatian terpusat pada guru, dan guru menjelaskan (berceramah) di depan kelas. Dalam kondisi yang demikian, siswa akan semakin tenggelam dalam kepasifan. Mereka belajar tidak lebih dari suatu rutinitas sehingga kurang tertantang terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa cenderung belajar secara individual, menghafal konsep-konsep yang abstrak dan teoretik, menerima rumus-rumus atau kaidah-kaidah tanpa banyak memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
Sinyalemen mengenai kekurangberhasilan pembelajaran menulis di atas, disebabkan oleh sistem pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Siswa kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan mengembangkan kreativitasnya. Di samping itu, dari sisi siswa sendiri juga masih terbiasa pasif. Siswa tampak kurang berminat mengikuti pelajaran. Akibatnya, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Keadaan pembelajaran yang demikian, tentu tidak dapat menopang terhadap keterampilan menulis siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu diupayakan bentuk pembelajaran menulis yang lebih memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw. Dengan upaya tersebut, diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Materi pembelajaran menulis pada siswa SMP kelas VIII dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi mencakup : menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik; menulis laporan, menulis surat resmi; menulis ulasan biografi; menyunting tulisan teman, menulis teks berita, menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer, menulis slogan dan poster untuk berbagai keperluan, menulis rencana kegiatan, menulis surat dinas, dan menulis petunjuk (Depdiknas, 2003: 17). Pada penelitian tindakan kelas ini, penulis membatasinya dengan memilih materi yang spesifik  yakni menulis rangkuman isi buku pengetahuan populer.

B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
  1. Apakah metode kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tanon tahun pelajaran 2007/2008.
  2. Seberapa jauh peningkatan keterampilan menulis siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tanon tahun pelajaran 2007/2008 setelah diterapkan metode jigsaw.

C.       Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahas Indonesia di SMP N 2 Tanon Kabupaten Sragen yang ditunjukkan dengan meningkatnya keterampilan menulis siswa melalui metode kooperatif jigsaw.
  1. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk  :
a.     Meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tanon tahun pelajaran 2007/2008 dengan menerapkan metode jigsaw.
b.     Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tanon tahun pelajaran 2007/2008 setelah diterapkan metode jigsaw.

D.       Manfaat Penelitian
  1. Manfaat Teoretis
Mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai teori dan langkah-langkah penerapan metode kooperatif jigsaw dalam pembelajaran menulis, sehingga pada penerapan pembelajaran yang lain, hambatan-hambatan atau kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada penelitian dapat diantisipai.
  1. Manfaat Praktis
a.        Manfaat bagi siswa
1)       Siswa lebih menyenangi pembelajaran menulis karena materi yang diajarkan dengan metode yang bervariasi.
2)       Minat menulis siswa dapat ditumbuhkan sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan menulisnya.
3)       Siswa dapat menulis dengan lebih lancar karena telah banyak berlatih menguasai teknik-teknik menulis.
4)       Hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa diberikan kesempatan lebih banyak praktik menulis.
b.        Manfaat bagi guru
1)       Guru dapat memahami metode kooperatif jigsaw dalam pembelajaran khususnya pembelajaran menulis.
2)       Guru dapat menerapkan metode kooperatif jigsaw dalam pembelajaran khususnya pembelajaran menulis.


DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. Central Connecticut State University : The Mcgraw-Hill Companies Inc.
Badudu J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Burhan Nurgiantoro. 2005. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga. Yogyakarta: PT BPFE.
Depdiknas. 2002a. Pendekatan Kontekstual (Con textual Teaching and Learning). Jakarta : Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP dan MTs. Jakarta.
Depdiknas. 2004e. Pengembangan Kemampuan Menyinting, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2005. Penilaian Berbasis Kelas dalam Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Kemp, Jerrold, E. 1977. Instructional Design. California: Gleron Publishers.
Khaerudin Kurniawan. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asin Tingkat Lanjut. PBS Universitas Negeri Yogyakarta. http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaerudinkurniawan.doc. Diakses, 22 Juni 2006.
Sarwiji Suwandi. 2004. Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah Seminar Nasional Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice (second edition). Needham Heights, Massachusetts: A Simon & Schuster Company.
Sukmana. 2005. Menumbuhkan Budaya Menulis di Kalangan Siswa. Buletin Pusat Pebukuan, Volume 11, Januari-Juni 2005, Jakarta: Pusat Perbukuan.
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 089 679 540 116