Minggu, 23 September 2012

PTS -03 UPAYA PENINGKATAN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV MELALUI SUPERVISI


UPAYA PENINGKATAN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV MELALUI SUPERVISI KELAS PADA SD NEGERI 68 SANGGAU
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor internal antara lain SDM, fasilitas, sistem organisasi, dan lain-lain memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan organisasi. Faktor-faktor eksternal yaitu lingkungan, para stakeholders, regulasi pemerintah, dan lain-lain juga memiliki pengaruh dalam memajukan organisasi. Meskipun demikian, harus diakui bahwa faktor-faktor internal, terutama SDM, memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan dengan faktor eksternal. Karena dengan SDM yang baik, tantangan eksternal akan mampu diubah menjadi peluang.
Demikian juga dengan sekolah, faktor-faktor internal antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, pustakawan, siswa, fasilitas, dan faktor internal lainnya memegang peranan sangat penting dalam memajukan sekolah, di samping faktor eksternal. Bagaimanapun juga, peranan SDM di sekolah, khususnya guru dan kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
Satu di antara tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi klinis. Untuk melaksanakan supervisi klinis secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,  setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi klinis. Teknik-teknik supervisi klinis meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok (Gwyn, 1961). Pada Penelitian tindakan Sekolah yang dilakukan oleh penulis ini supervisi yang dilakukan adalah individual berupa observasi kelas. Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi  perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif  aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Pada penelitian ini aspek yang diobservasi adalah cara strategi Proses Belajar Mengajar.  Melalui supervisi kelas diharapkan guru mampu mengembangkan strategi pembelajaran secara optimal. Dengan demikian, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


B.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.       Rendahnya kemampuan guru dalam pengelolaan strategi pembelajaran.
2.       Hanya 60% dari guru yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran untuk tahun pelajaran yang berjalan.

3.       Hanya 50% dari guru yang memahami pentingnya pengembangan strategi pembelajaran.
4.       Hanya 60% dari guru yang secara aktif berupaya mengembangkan strategi belajar mengajar  yang sesuai dengan materi pembelajaran.

C.      Pembatasan Masalah
                Dalam penelitian ini, dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi seperti telah disebutkan di atas, maka masalah penelitian dibatasi pada upaya meningkatkan kemampuan guru mengembangkan strategi belajar mengajar di kelas.

D.      Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apakah melalui supervisi kelas dapat meningkatkan kemampuan guru mengembangkan strategi  pembelajaran?
2.      Bagaimana langkah-langkah supervisi kelas agar dapat meningkatkan kemampuan guru mengembangkan strategi pembelajaran secara optimal?

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700





PTS 02- UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN


UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM  MENYUSUN                                                     RENCANA  PELAKSANAAN  PEMBELAJARAN  MELALUI  BIMBINGAN  BERKELANJUTAN   DI SMP TUNAS HARAPAN SEBAWI KABUPATEN SAMBAS   TAHUN 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
                Pendidikan merupakan investasi dalam  pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu:  tenaga kependidikan guru dan nonguru . Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan ( penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan ).” Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.
Usaha-usaha  untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. “Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya” (Imron, 2000:5).
                Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut, perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk belajar dapat berkembang.
                ”Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan supervisi kepala sekolah” (Pidarta, 1992:3). Pada  pelaksanaan KTSP menuntut kemampuan baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara  efektif dan efisien.  Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-pelayanan secara efisien kepada pengguna ( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan  keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab individual dan kelompok.
                Direktorat Pembinaan SMA (2008:3) menyatakan ”kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan konsekuensinya, adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif”.

Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan ( merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran  berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat KD, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.
                 Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila  (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) bangga   dengan  tugas  profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya, (4) bekerja dengan  sungguh  tanpa  harus  diawasi,  (5)  menjaga   nama  baik   profesinya, (6) bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19  Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan menyatakan   standar  proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
             Silabus dan RPP dikembangkan oleh guru  pada satuan pendidikan . Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Silabus dan RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,  dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 
                Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan  RPP yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah  membuat RPP masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian (soal, skor dan kunci jawaban), serta langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Soal, skor, dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.  Pada  komponen  penilaian ( penskoran dan kunci jawaban) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru sudah  membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar guru khususnya di sekolah swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RPP. Selama ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RPP secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RPP orang lain. Hal ini  peneliti ketahui pada saat  mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) ke sekolah binaan. Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
 Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai pembina sekolah  berusaha untuk memberi bimbingan berkelanjutan pada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai dengan Tupoksi peneliti sebagai pengawas sekolah  berdasarkan Permendiknas No.12  Tahun  2007  tentang enam standar kompetensi pengawas sekolah yang salah satunya adalah supervisi akademik yaitu membina guru.
                Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Pelaksanaan   Pembelajaran, biasanya pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RPP dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat penting bagi seorang guru  karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

B.  Identifikasi Masalah
             Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut.   
     1. Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap.
     2. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP.
        3. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuatnya dengan berbagai alasan.
     4. RPP yang dibuat guru komponennya belum lengkap/ tajam khususnya pada komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian.
     5. Guru banyak yang mengadopsi RPP orang lain.

C.  Pembatasan Masalah
              Dari lima masalah yang diidentifikasikan di atas, masalahnya dibatasi menjadi:
1. Guru belum paham dalam menyusun RPP.                                                             
2. RPP yang dibuat guru belum lengkap.

D.  Perumusan Masalah
              Berdasarkan  latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, diajukan   rumusan masalah sebagai berikut.
Apakah  dengan  bimbingan  berkelanjutan akan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP ?

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.
Dewi, Kurniawati Eni . 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
                   Jakarta:  Depdiknas.
             2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
             2005. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta:  Depdiknas.
             2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
             2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

             2007. Permendiknas RI No. 12 Tahun 2007b tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarata: Depdiknas.

              2008. Perangkat Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran SMA. Jakarta.

               2008. Alat  Penilaian  Kemampuan  Guru. Jakarta:  Depdiknas.
              2009. Petunjuk Teknis Pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis Ilmiah Dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta.

Fatihah, RM . 2008. Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2009).

Imron, Ali. 2000.  Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.
Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.
             2010. Supervisi Akademik. Jakarta.
Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10 Agustus 2009).

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pidarta, Made . 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator. Jakarta : Binamitra Publishing.

Suharjono. 2003. Menyusun Usulan Penelitian. Jakarta: Makalah Disajikan
 pada Kegiatan Pelatihan Tehnis Tenaga Fungsional Pengawas.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

             2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700





PTS -01 ENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN RPS MELALUI DENGAN METODE WORKSHOP


PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN RPS MELALUI DENGAN METODE WORKSHOP DI .....TAHUN....

BAB  I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang 
Kepala Sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah melalui program program yang dilakukan secara berencana dan bertahap.Oleh karena itu Kepala Sekolah dituntut memiliki kemampuan kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif / prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Tugas dan fungsi Kepala sekolah adalah mengelola penyelanggaraan Manajemen Berbasis Sekolah  ( MBS ) di sekolah masing masing, mengingat sekolah merupakan unit terdepan dalam penyelenggaraan MBS , salah satu tugas Kepala Sekolah adalah menyusun Rencana Pengembangan Sekolah ( RPS ). Hal ini sesuai dengan Manajemen Berbasis Sekolah bahwa, Kepala Sekolah menjalankan salah satu tugas dan fungsinya adalah menyusun Rencana dan Program Pengembangan Sekolah dengan melibatkan semua unsur antara lain : Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Tata Usaha, Wakil Siswa (Osis ) Waki orang tua siswa, Wakil Organisasi profesi, Wakil Pemerintah  dan Tokoh masyarakat ( Depdiknas, tahun 2003 : 29 )
Panduan pelaksanaan Workshop Pendayagunaan MBS Kecamatan / Kota dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah ( RPS ) Non DBEP menjelaskan bahwa ;
Salah satu upaya meningkatkan Manajemen Berbasis Sekolah yang diminta Kepala
Dinas Dikbud Kota . adalah   Sekolah  mampu  Menyusun  Rencana Pengembangan  Sekolah   (RPS ) sehingga asas transparansi, akuntabilitas dan bekerja berdasarkan rencana dapat tercapai ( Depdikbud Kota ., tahun 2002 )
Namun dalam kenyataan di lapangan masih banyak Kepala Sekolah belum menyusun Rencana Pengembangan Sekolah disebabkan oleh beberapa hal antara lain : (1) Kepala Sekolah sebagai pemimpin belum memahami secara tuntas tentang Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah ( RPS ) sebagai akibat kekurangan informasi yang didapat. (2) Tugas Kepala Sekolah utamanya di ........sangat komplek mengingat di ........tidak memiliki staf Tata Usaha, (3) Sementara ini Kepala Seklolah menyelenggarakan pendidikan di sekolah tidak berdasarkan perencanaan yang jelas ( tidak memiliki RPS khususnya sekolah non DBEP ).
Berdasarkan informasi dan pengamatan di lapangan secara langsung bahwa Kepala ........yang ada di ........ belum memahami dan mampu menyusun Rencana Pengembangan Sekolah ( RPS ) maka perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Pengembangan Sekolah melalui workshop.

B.      Identifikasi Masalah.
Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan Visi, Misi , tujuan dan sasaran sekolah melalui program program yang dilakukan secara berencana dan bertahap. Oleh karena itu Kepala Sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu menghasilkan keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sangat perlu dimiliki oleh sekolah untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku sekolah dalam rangka untuk mecapai tujuan sekolah dengan resiko yang kecil dan mengurangi ketidak pastian masa depan.     
Berdasarkan informasi dan pengamatan langsung di lapangan, semua Kepala ........yang ada di ........, belum memahami dan belum mampu menyusun RPS, hal ini disebabkan kurangnya informasi serta bimbingan yang mereka dapatkan dalam menyusun Rencana Pengembangan Sekolah ( RPS ), oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RPS melalui Workshop.

C.      Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah seperti diuraikan di atas maka masalah yang akan diteliti adalah “ Bagaimana meningkatkan kemampuan Kepala ........dalam menyusun RPS melalui workshop di ........?
A.      Pemecahan Masalah.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RPS, antara lain memperdalam pengetahuan tentang penyusunan RPS dan syarat syarat penyusunan RPS yang baik  dan  benar. Namun fokus perbaikan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah  meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RPS melalui workshop. Melalui workshop diberikan pembekalan dan bimbingan teknis penyusunan RPS untuk seluruh Kepala ........di ......... Pada proses perkembangan kemampuan menyusun RPS, dilakukan perbaikan perbaikan terhadap draf – draf awal RPS. Dengan adanya umpan balik dari fasilitator diharapkan ada motivasi sehingga kemampuan menyusun RPS dapat ditingkatkan.

D.      Tujuan dan manfaat Penelitian.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : (1) Peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebagai tuntutan oprasional dalam penyelenggaraan  sekolah. (2) Dengan disusunnya RPS oleh Kepala Sekolah diharapkan apa yang menjadi tujuan sekolah bisa tercapai. (3) Sekolah memiliki RPS yang sesuai dengan siuasi dan kondisi sekolah masing masing.

DAFTAR PUSTAKA


1. Badan Standar Nasional Pendidikan dan Direktorat Tenaga Kependidikan, 2006,
                           Naskah Akademik Standar Kependidikan dan Kompetensi
                           Kepala Sekolah,
     
2. Badudu.J.S, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia
     
3. Depdiknas, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan
                           Dasar dan Menengah:  Direktorat Tenaga Kependidikan.
    
4. Depdiknas, 2003, Panduan Penyusunan dan Implementasi Rencana
                           Pengembangan Pendidikan Kabupaten/ Kota
   
5. Depdiknas, PP. No. 19 Tahun 2005
   
6. Depdiknas, 2006, Direktorat  Pembinaan SMP Direktorat Jendral Manajemen
                           Dikdasmen
  
7. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, 2007, Panduan Pelaksanaan workshop
                           Pendayagunaan Mbs Kecamatan/ Kota dalam Penyusunan RPS         Non DBEP Kota .
  
8. Kepmendiknas, No 162 Tahun 2003, Pedoman Penugasan Guru Sebagai Kepala
                           Sekolah
 
9. Procton and Thornton, 1983, Latihan Kerja Buku Pegangan Bagi Para Manager,
                           Jakarta: Bina Aksara
 
10. PT Buku Kita, 2007, Standar Kompetensi Kepala Sekolah, Jakarta: Pustaka
                           Yustisia
 

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700





PTK SMA - 10 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN MATRIKS DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW


PENINGKATAN    MOTIVASI    BELAJAR    DAN    HASIL    BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN MATRIKS DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
SISWA KELAS XII IA.1  SMA NEGERI 1 MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting terhadap berbagai disiplin ilmu, dan mengembangkan daya piker manusia. Hal ini disebabkan perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh ilmu matematika dalam hal teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika distrik. Oleh karenanya, untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mengingat pentingnya peran ilmu matematika itu, pemerintah mewajibkan semua sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, memberikan pokok bahasan pelajaran matematika kepada para siswa. Kebijakan ini diterapkan tentunya agar para siswa sebagai generasi penerus bangsa mampu melakukan berbagai inovasi dalam bidang Iptek untuk memakmurkan bangsa dan Negara. Tentu saja Pokok Bahasan yang diberikan, pendekatan, strategi dan metode pengajarannya berbeda-beda antara jenjang pendidikan yang rendah dengan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan matematika merupakan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Oleh karena itu, agar pelaksanaan pembelajaran matematika pada semua jenjang pendidikan berlangsung dengan baik, maka para siswa harus memiliki penguasaan matematika yang memadai.
Dalam realitasnya, para siswa, termasuk siswa kelas XII IA.1 SMA Negeri Madiun mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika, khususnya dalam hal pemahaman terhadap Pokok Bahasan, sehingga motivasi belajar berkurang. Tentu saja hal tersebut mengakibatkan prestasi yang dicapai kurang menggembirakan, misalnya pada postes pra siklus rerata nilai yang  dicapai adalah 63 jauh di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu  67.  Kondisi ini sangat merisaukan para guru maupun kepala sekolah karena rendahnya prestasi di bidang matematika selain berpengaruh pada penguasaan  iptek juga pada ujian nasional. Atas dasar hal tersebut di atas, maka gejala rendahnya motivasi siswa untuk belajar di kelas perlu adanya pembelajaran bervariasi dengan suasana yang menyenangkan sehingga akan meningkatkan hasil belajar khususnya mata pelajaran matematika.
Selama ini pembelajaran matematika dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: (1) guru menerangkan pokok bahasan baru; (2) memberi contoh soal dan pemecahannya, (3) meminta siswa mengerjakan soal latihan secara individu; (4) mengumpulkan hasil pekerjaan siswa; (5) menugasi siswa secara bergiliran mengerjakan soal di papan tulis, dan (6) menjelaskan pokok bahasan yang dianggap sulit oleh siswa. Ternyata dengan pembelajaran seperti itu terus menerus membuat siswa merasa bosan dan menjadi pasif selama pembelajaran, terlebih untuk siswa yang berkemampuan rendah dalam pelajaran matematika yang berjumlah 40%. Sementara siswa yang tergolong pandai di kelas XII IA.1 hanya 30% dan yang cukup 30%. Adanya variasi  dalam hal tingkat kemampuan matematika siswa memang kurang tepat kalau pembelajarannya dilakukan dengan metode yang sama terus menerus. Oleh karenanya, untuk meningkatkan motivasi belajar matematika, pemilihan metode yang digunakan dalam pembelajaran kelas haruslah bervariasi sehingga perserta didik tidak merasa bosan dan jenuh dalam menghadapi pokok bahasan-pokok bahasan yang harus dipelajari.
Penggunaan metode kooperatif model Jigsaw menjadi salah satu alternatif yang dipandang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran Matemtika di kelas XII IA.1 SMA Negeri 1 Madiun. Dengan metode kooperatif diharapkan (1) ada kerjasama antara siswa yang pandai, sedang, dan kurang, (2) semua peserta didik aktif dalam pembelajaran di kelas untuk mengerjakan tugas, dan (3) peserta didik yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini, penulis mengambil judul: “PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN MATRIKS DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW SISWA KELAS XII IA.1 SMA NEGERI 1 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2007/2008”

B.                 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Apakah metode kooperatif model Jigsaw efektif dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan Matriks pada kelas XII IA.1 SMA Negeri 1 Madiun?”
2.         Apakah metode kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika pokok bahasan Matriks pada kelas XII IA.1 SMA Negeri 1 Madiun?”
3.         Apakah metode kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pokok bahasan Matriks pada kelas XII IA.1 SMA Negeri 1 Madiun?”

C.                Tujuan Penelitian

            Tujuan yang akan dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini  adalah:
1.         Mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif model Jigsaw dalam pembelajaran matematika pokok bahasan Matriks pada siswa kelas XII IA.1 SMA Negeri 1 Madiun.
2.         Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif model Jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar matematika pokok bahasan Matriks pada siswa kelas XII IA.1 SMA Negeri 1 Madiun.
3.         Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif model Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan Matriks pada siswa kelas XII IA.1 SMA Negeri 1 Madiun.

D.                Manfaat Penelitian

            Hasil pelaksanaan penelitian penerapan kelompok belajar dalam pembelajaran matematika ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan/instansi di bawah  ini:
1.    Bagi Siswa
a.         Meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran di kelas
b.         Meningkatkan hasil belajar siswa
2.    Bagi Guru
a.         Menemukan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.
b.         Mengatasi problem pembelajaran yang selama ini banyak dikeluhkan terutama berkaitan dengan ketidakberhasilan pembelajaran matematika.
c.         Meningkatkan profesionalisme melalui upaya penelitian tindakan kelas.
3.    Bagi Sekolah
a.         Memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.
b.         Sebagai sarana pemberdayaan untuk meningkatkan kerjasama dan kreativitas guru.
4.                  Bagi Guru Lain
a.     Mengembangkan inovasi pembelajaran.
b.    Mengembangkan minat siswa untuk belajar matematika.

DAFTAR PUSTAKA


Arifin Zaenal. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung : Remadja Rosda Karya

Choiriyah, Siti (2006). Acuan Pengayaan Matematika. Solo : Sindhunata

Elizabeth B. Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Gelora Aksara Pratama.

Gredler, Margaret E. Ball, (1991). Belajar dan Membelajarkan, Jakarta : Rajawali

Koko Martono, R. Eryanto, Firman Syah Noor, (2007). Matematika dan Kecakapan Hidup, Untuk SMA 12A. Bandung : Ganeca Exact.

Rini Budiharti. 2001, Strategi Belajar Mengajar. Surakarta :  UNS Press.

UU No. 2 Tahun 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Winkel. W.S (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia 

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700





PTK SMA - 09 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TABEL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII


PENGGUNAAN ALAT PERAGA TABEL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII IA-2 PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI LOGARITMA
DI SMA NEGERI MADIUN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2006/2007
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kegiatan belajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pembelajaran. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Keberhasilan dari proses belajar ditandai dengan tercapainya tujuan pengajaran dan prestasi belajar secara maksimal. Secara mudahnya prestasi belajar yang maksimal ditandai dengan perolehan nilai atau hasil berlajar yang tinggi.
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Menciptakan manusia yang cerdas dan maju perlu diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan sangat ditentukan oleh faktor guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran. Proses belajar mengajar akan optimal apabila guru mampu merencanakan pelaksanaan sampai evaluasi. Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi dan program tindak lanjut. Hal tersebut mengandung makna bahwa pembelajaran tidak terlepas dari evaluasi. Dengan evaluasi akan diketahui seberapa jauh seorang siswa menerima bahan ajar yang diberikan kepadanya.
 Seiring dengan hal tersebut, tidak terlepas dari penguasaan materi pelajaran khususnya matematika pada diri siswa di SMA Negeri 1 Madiun  Menurut data hasil evaluasi belajar kelas XII IA 2 Tahun Pelajaran 2006/2007 daya serap terhadap mata pelajaran matematika kurang. Pada materi Logaritma dalam ulangan harian yang mencapai penguasaan materi sebesar 49% atau hanya 19 anak dari 39 siswa. Dari permasalahan tersebut maka guru mencari masalah yang menjadi kendala bagi siswa SMA Negeri 1 Madiun sehingga dapat membantu meningkatkan penguasaan materi pelajaran matematika materi Logaritma akhirnya prestasi belajar siswa juga meningkat.
Adanya kekurangan dalam pembelajaran matematika ini, penulis refleksikan pada diri sendiri mengenai sebab-sebabnya, kemudian dibuat catatan untuk merancang suatu kegiatan perbaikan pembelajaran. Rencananya pelaksanaan perbaikan dilakukan dalam 2 siklus penelitian tindakan kelas untuk mata pelajaran Matematika pada materi Logaritma di  Kelas XII IA-2. apabila siklus pertama telah berhasil, maka tidak perlu dilakukan perbaikan siklus 2. tetapi apabila siklus pertama gagal, maka dilanjutkan ke siklus-siklus berikutnya sampai diperoleh keberhasilan perbaikan yang ditandai dengan tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengambil judul : “PENGGUNAAN ALAT PERAGA TABEL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII IA-2 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI LOGARITMA DI SMA NEGERI MADIUN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2006/2007”.

B.      Identifikasi Masalah

       Proses belajar mengajar  Kelas XII IA-2  SMA Negeri 1 Madiun terhadap pelajaran Matematika dalam materi pelajaran Logaritma dalam ulangan harian hanya 19 siswa dari 39 siswa yang mencapai penguasaan materi. Selama pembelajaran berlangsung siswa tidak termotivasi untuk memahami penjelasan guru, karena guru dalam mengajar tidak melibatkan siswa secara aktif, bahkan sering guru memberi pertanyaan ke siswa pada akhirnya guru sendiri yang menjawab. Hal tersebut terlihat bahwa pelajaran didominasi oleh guru dan penjelasan guru kurang didukung dengan metode dan alat peraga yang sesuai serta menarik perhatian siswa.
Pada umumnya para siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran Matematika karena dianggap sebagai pelajaran yang sangat sulit karena harus menghitung dan menghafalkan rumus. Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi dengan supervisor terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu :
1.       Siswa mempunyai anggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang sukar untuk dipelajari
2.       Siswa tidak berani bertanya dan cenderung pasif
3.       Pengetahuan dan informasi yang diterima siswa masih sebatas produk hafalan
4.       Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
5.       Guru sering tidak menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
6.       Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru
7.       Tidak digunakannya alat peraga yang sesuai dengan materi.
Berangkat dari masalah-masalah yang sangat mengganggu dan menghambat siswa yang bersangkutan untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, maka guru mengadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan terhadap mata pelajaran matematika pada diri siswa.

C.      Rumusan Masalah

           Temuan tersebut merupakan alternatif dari sekian banyak temuan yang muncul selama pembelajaran berlangsung. Atas dasar temuan permasalahan itu penulis dapat merumuskan masalah dalam pembelajaran yaitu: “Apakah penggunaan alat peraga Tabel dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa kelas XII IA-2 pada Mata Pelajaran Matematika Materi Logaritma di SMA Negeri Madiun Tahun pelajaran 2006/2007”.

 

D.      Tujuan Penelitian

Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.       Mendeskripsikan cara yang lebih efektif dalam membelajarkan Matematika pada materi Logaritma
2.       Untuk meningkatkan kualitas pembelajara Matematika khususnya dalam materi logaritma dengan menggunakan media alat peraga tabel atau tabel.
3.       Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.

E.      Manfaat Perbaikan

           Proses penulisan laporan dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan dalam pembelajaran. Langkah menemukan masalah dilanjutkan dengan mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk perbaikan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi. Adapun manfaat dari perbaikan pembelajaran adalah :
1.       Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas penggunaan alat peraga tabel dalam pembelajaran matematika, guru sedikit demi sedikit mempunyai keinginan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa sedikit demi sedikit dapat diatasi dengan penanaman konsep yang benar.
2.       Bagi Siswa
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di kelas            XII IA-2 dalam meningkatkan pemahamannya terhadap Materi Logaritma. Keberhasilan peningkatan pemahaman tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3.       Bagi Sekolah
Setelah keberhasilan penelitian ini yaitu penerapan metode demonstrasi dan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika khususnya Logaritma, akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam kegiatan belajar di kelas.

DAFTAR PUSTAKA


Arifin Zaenal. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung : Remadja Rosda Karya

Choiriyah, Siti (2006). Acuan Pengayaan Matematika. Solo : Sindhunata

Elizabeth B. Hurlock. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Gelora Aksara Pratama.

Gredler, Margaret E. Ball, (1991). Belajar dan Membelajarkan, Jakarta : Rajawali

Kuntarti, Sulistyono, Sri Kurnianingsih. (2006). Matematika SMA. Untuk Kelas XII Program Ilmu Alam. Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Suryadi, Didi. (1997). Alat Peraga dan Pengajaran Matematika. Jakarta : Ditjen Dikdasmen D2 Karunika UT

UU No. 2 Tahun 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Winkel. W.S (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia 

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700