Rabu, 27 Maret 2013

PTK SMP 59 - UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI PENDIDIKAN KEWARNEGARAAN


UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP
MATERI PENDIDIKAN KEWARNEGARAAN
MELALUI METODE BERMAIN PERAN  DAN DISKUSI
PADA SISWA KELAS IX-B SMPN 3 NGUNUT
KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Masalah
Setiap sekolah selalu berharap bahwa penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Secara umum keberhasilan ini dapat diukur dengan tingkat prestasi yang diperoleh. Sebenarnya pernyataan tersebut sangat keliru. Tolok ukur keberhasilan pendidikan seharusnya diukur dari ‘in-put’ dan ‘out-put’. Seberapa besar peningkatan dari prestasi yang dicapai oleh siswa pada saat dia masuk sekolah tersebut dan pada saat dia keluar dari sekolah tersebut.
Upaya-upaya yang dilakukan misalnya dengan mengirim para guru untuk mengikuti kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) di tingkat kepengawasan.  Pengetahuan  para guru dapat lebih meningkat, sehingga penyelenggaraan belajar-mengajar dapat lebih baik lagi. Penggunaan metode mengajar yang bervariasi juga merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pendekatan pembelajaran yang paling sesuai adalah pembelajaran yang berorientasi pada kepentingan siswa atau siswa sentris. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran diskaveri/inkuiri yang menunjukkan dominasi peserta didik selama proses pembelajaran, sedangkan guru sebagai fasilitator. Selaras dengan uraian di atas adalah penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan membantu siswa untuk menghubungkan pengetahuannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat di mana dia berada.
Bermain peran merupakan salah satu metode mengajar yang dapat menumbuhkan motivasi pada siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Metode bermain peran mengajak siswa untuk berperan menjadi orang tertentu dalam masyarakat. Pembelajaran ini membutuhkan pengalaman yang luas dari siswa. Dengan metode bermain peran yang dilaksanakan dengan baik, maka siswa dapat lebih mudah untuk dapat memahami materi pelajaran yang disajikan, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Selain itu, kegiatan diskusi juga dapat melatih siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Dengan metode diskusi juga dapat membantu siswa untuk dapat menghargai pendapat orang lain dan menerima pendapat orang lain. Kondisi ini dapat menjadi bekal bagi siswa untuk menghadapi kenyataan hidup di masyarakat, dengan segala macam kemajemukannya.
Dengan kedua metode di atas, yang dilaksanakan secara sinergis, diharapkan akan mampu membangkitkan minat belajar siswa sehingga penguasaan konsep materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan semakin meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul "Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Materi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Metode Bermain Peran dan Diskusi Pada Siswa Kelas I SDN Merjosari V , Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang".

1.2  Fokus Penelitian
Setiap guru selalu berusaha agar dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Berbagai cara dilakukan, salah satu diantaranya adalah penggunaan metode mengajar secara tepat. Dengan metode bermain peran dan diskusi yang dikombinasikan secara tepat akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, maka permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Apakah penggunaan metode bermain peran dan diskusi dapat meningkatkan penguasaan konsep materi Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas I SDN Merjosari V, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang”

1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penguasaan tentang konsep materi Pendidikan Kewarganegaraan  pada siswa kelas I SDN Merjosari V, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, melalui metode bermain peran dan diskusi.

1.4  Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Jika metode Bermain Peran dan diskusi digunakan dalam pembelajaran, maka penguasaan konsep materi Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas I SDN Merjosari V, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, akan meningkat”.

1.5     Manfaat Penelitian
DAFTAR  RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi.  2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Pendidikan Kewarganegaraan, Buku 2. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999, Tentang GBHN. Surabaya: Penabur Ilmu.

Miarsa, Yusufhadi. 1995. Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Teknologi Pembelajaran. Malang: IPTPI.

Mulyasa, E.. 2005. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Nazir, Moh.  1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Saiful Rachman, Yoto, Syarif Suhartadi, Suparti. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya: SIC Bekerjasama Dengan Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.


Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

PTK SMP 58- UPAYA MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI MATERI PELAJARAN


UPAYA MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI MATERI PELAJARAN MATEMATIKA LEWAT METODE BELAJAR AKTIF MODEL MEMBERI PERTANYAAN DAN MENDAPATKAN JAWABAN PADA SISWA KELAS …

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Akhir dari rangkaian proses belajar mengajar adalah tes akhir suatu mata pelajaran yang dilakukan melalui tes formatif, sub sumatif, tes sumatif, tes akhir semester atau tes ujian akhir bagi siswa kelas VI, kelas  IX, atau kelas XII. Di dalam menghadapi tes ujian akhir atau Ujian Nasional (UNAS) bagi siswa kelas ………… sekolah dasar perlu adanya refreshing terhadap materi ajar yang telah diterima oleh siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.
Bagaimanakah caranya agar siswa tidak melupakan materi pelajaran yang telah diterimanya sehingga nantinya siap menghadapi UNAS yang siap atau tidak siap harus mereka hadapi. Bagaimanakah membuat suatu materi ajar agar tidak terlupakan oleh anak didik. Dalam  hal ini guru harus mencari metode untuk mengingatkan segala memori di benak siswa yang telah mereka terima. Guru harus bisa membangkitkan kembali memori itu.
Salah satu metode pengajaran yang bisa membuat anak bisa dan harus mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka terima adalah cara belajar aktif model pembelajaran meninjau ulang kesulitan pada materi pelajaran.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka haru menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud).
Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan tersebut di atas maka dalam  penelitian ini penulis mengambil judul “Upaya Membantu Siswa Mengingat Kembali Materi Pelajaran Matematika Lewat Metode Belajar Aktif Model Memberikan Pertanyaan Dan Mendapatkan Jawaban Pada Siswa Kelas ……… Tahun Pelajaran 2004/2005”.

B.    Rumusan Masalah
        Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.       Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran Matematika siswa kelas ………………………………. tahun pelajaran 2004/2005?
2.       Seberapa jauh tingkat penguasaan materi pelajaran Matematika yang telah diterima siswa dalam menghadapi ujian akhir?
  1. Bagaimanakah pengaruh metode belajar aktif model memberi pertanyaan mendapat jawaban dalam mengingatkan kembali materi pelajaran matematika yang telah dipelajari pada siswa kelas ……………………………ahun pelajaran 2004/2005?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Mengetahui tingkat pengusasaan materi pelajaran matematika yang telah dipelajari pada siswa kelas ……………………………… tahun pelajaran 2004/2005.
  2. Mengetahui pengaruh metode belajar aktif model memberi pertanyaan mendapat jawaban pada siswa kelas ……………………….. tahun pelajaran 2004/2005.

D.    Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
  1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran bahasa Inggris.
  2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
  3. Membantu siswa mengingat kembali materi pelajaran khususnya pelajaran matematika guna menghadapi ujian.
DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd University Press.
Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Riduawan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children. ELEC Bulletin No. 32. Winter. Tokyo. Japan.
4.        

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

PTK SMP 56 - PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ‘TATAS’


PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ‘TATAS’
PADA SISWA KELAS IX-A SMPN 3 NGUNUT
KABUPATEN TULUNGAGUNG


PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sering kurang diperhatikan oleh semua pihak di lingkungan sekolah, baik guru maupun siswa. Mata pelajaran PKn dianggap terlalu banyak menghafal, banyak membaca. Sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan materi mata pelajaran ini.
Kondisi tersebut sering diperparah oleh keadaan bahwa siswa merasa kurang tertarik, menganggap mudah, dan menganggap pelajaran yang menjemukan. Keberadaan mata pelajaran PKn sering dianggap kurang bermanfaat bagi siswa. Sejak mata pelajaran PKn tidak termasuk mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Nasional, maka semakin dianggap tidak berarti bagi siswa.
Metode mengajar menjadi salah satu bagian yang ikut memperburuk pan-dangan berbagai pihak tentang mata pelajaran PKn. Terlebih lagi jika mata pelajaran ini disampaikan dengan cara-cara yang kurang menarik. Penggunaan metode menga-jar yang monoton, kurang variasi akan semakin memperparah keadaan. Kejenuhan siswa akan lebih cepat muncul dalam kondisi seperti ini.
1
 
Kondisi seperti di atas merupakan bukti bahwa siswa memiliki motivasi yang rendah dalam kegiatan pembelajaran, terutama pelajaran PKn. Dengan motivasi yang rendah, sangat sulit bagi guru maupun siswa untuk dapat mencapai tujuan pem-belajaran yang diharapkan.
Hamalik (1992:173) menyebutkan tentang motivasi bahwa  “Suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat”.  Minat belajar anak harus dapat ditumbuhkan dalam setiap proses belajar mengajar. Minat belajar yang tinggi akan sangat berpengaruh terhadap peran serta atau aktifitas anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.  Proses membangkitkan minat belajar, mempertahankan minat belajar dan mengon-trol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.  Jadi tanpa motivasi belajar yang memadai, sangat sulit bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi belajar siswa  dapat berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Kecerdasan, cita-cita atau harapan, kesenangan merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi.  Kondisi lingkungan, metode mengajar, waktu belajar merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi minat belajar. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dalam kondisi baik, maka minat belajar siswa juga semakin tinggi. Namun jika faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut kondi-sinya kurang kondusif, maka motivasi belajar siswa juga akan rendah.
Keadaan tersebut juga terjadi pada siswa kelas 1 SDN Merjosari V, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.  Motivasi belajar siswa sangat rendah.  Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) mata pelajaran PKni diberikan pada jam pelajaran terakhir; (2) siswa merasa kurang tertarik pada pelajaran PKn; (3) siswa sulit untuk menguasai materi pelajaran; (4) kondisi in-put siswa relatif rendah; penggunaan metode yang kurang tepat.
SDN Merjosari V merupakan salah satu sekolah yang berada di pinggiran kota. Siswa banyak yang kurang berminat terhadap mata pelajaran PKn.  Pada siswa kelas 1 mata pelajaran PKn diberikan pada jam pelajaran terakhir.  Kondisi siswa yang sudah merasa lelah, mengantuk, lapar, jenuh selalu muncul setiap kali menerima pelajaran. Sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn masih relatif kurang. Sehingga siswa semakin sulit untuk dapat menguasai materi pada mata pelajaran PKn.
Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi guru. Bagimana agar siswa dapat memiliki motivasi yang lebih besar terhadap mata pelajaran PKn. Salah satu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan meto-de ‘Tatas’. Metode ‘Tatas’ merupakan kombinasi dari metode ‘Tanya jawab’ dan metode ‘Penugasan/Pemberian tugas’ yang dikemas secara terpadu dengan membe-rikan berbagai tambahan yang berupa ‘sangsi’ yang dapat mendorong siswa untuk dapat lebih menguasai materi pelajaran. Dengan penggunaan metode ‘Tatas’ yang dirancang secara matang dan dilaksanakan secara tepat diharapkan dapat mendo-rong siswa lebih dapat meningkatkan persiapan dalam menerima pelajaran. Pening-katan motivasi belajar siswa juga diharapkan membawa dampak positif yaitu pening-katan prestasi belajar pelajaran PKn.
Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, maka untuk mengkaji lebih mendalam tentang peningkatan motivasi belajar siswa, peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar PKn Dengan Menggunakan Metode ‘Tatas’  Siswa Kelas 1 SDN Merjosari V Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang”.
                                                                                                                 
B.      Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka fokus penelitian dalam PTK  ini  adalah “Apakah motivasi belajar PKn dapat meningkat dengan penerapan metode ‘Tatas’ pada siswa kelas I SDN Merjosari V, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang”.

C.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi meningkatnya motivasi belajar pelajaran PKn pada siswa kelas I SDN Merjosari V Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan penerapan metode ‘Tatas’ dalam pembelajaran mata pelajaran PKn. Dengan peningkatan motivasi belajar pada siswa, diharapkan juga membawa dampak positif yaitu peningkatan prestasi belajar pada pelajaran PKn.

 
DAFTAR  RUJUKAN

DePorter, B. & Hernacki, M. 1992. Quantum Learning: unleashing the Genius in You. Diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman. 1999. Bandung: Kaifa.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 2001.  Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Miarsa, Yusufhadi. 1995. Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Teknologi Pembelajaran. Malang: IPTPI.

Miftah Toha. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.

Moekijat. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju.

Mulyasa, E.. 2005. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Nazir, Moh.  1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Saiful Rachman, Yoto, Syarif Suhartadi, Suparti. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya: SIC Bekerjasama Dengan Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.


Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

PTK SMP 55 - UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI MUSIK DENGAN MENGGUNAKAN


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI MUSIK DENGAN MENGGUNAKAN PERAGA ALAT MUSIK BAGI SISWA KELAS 8A SMP NEGERI 2 BARAT PADA SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009

ABSTRAKSI
Siti Rukanah, S.Pd “ UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI MUSIK DENGAN MENGGUNAKAN PERAGA ALAT MUSIK BAGI SISWA KELAS 8A SMP NEGERI 2 BARAT PADA SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009”

Penelitian ini bertujuan  untuk mencari suatu strategi pembelajaran yang efektif dan Efisien dalam mengajarkan materi turunan bagi siswa kelas 8 A semester 1 di SMP Negeri 2 Barat dengan cara penggunaan alat peraga pada pembelajaran. strategi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui 2 siklus dan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sedang untuk  mengaktifkan siswa dalam penelitian ini , peneliti menggunakan lembar kerja yang diberikan kepada siswa.
Yang menjadi subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 8A semester 1 di SMP Negeri 2 Barat sedangkan objeknya adalah pembelajaran materi mengapresiasikan seni musik pada mata pelajaran pendidikan seni musik yang diajarkan dengan cara demonstrasi dan mengaktifkan siswa dalam kelompok.
Dari penelitian yang diadakan dengan meneliti kondisi awal siswa yang diukur dengan alat tes tertulis dan hasil penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus terlihat adanya peningkatan hasil yang dicapai siswa dalam menguasai materi yang diberikan. Peningkatan penguasaan materi ini mulai dari siklus I siswa dapat meningkat sebesar 75 % dari kondisi awal sedang dari kondisi di siklus I setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat sebesar 25 %.
Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini maka peneliti merekomendasikan pada pengambil jabatan ataupun pelaksana pembelajaran dalam hal ini yaitu pengajar untuk mengajarkan materi pembelajaran dalam kelas dan dengan tehnik pembelajaran demonstrasi dengan alat peraga.

Keyword
A        Pembelajaran Seni Musik
B        Alat peraga
C        Metode Pembelajaran demonstrasi



DAFTAR PUSTAKA


Abdul Majid, 2005, Perencanaan Pembelajaran.mengembangkan standar kompetensi guru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.Anita Lie, 2003, Cooperative Learning, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
B. Asri Budiningsih,DR, 2005, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta.
Hamidi.Dr.M.Si, 2004, Metode Penelitian Kualitatif, Malang, Universitas Muhammadiyah.
Melvin.L. Silberman, 2006, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, Bandung, Penerbit Nusamedia.
M. Sobry Sutikno, 2005. Pembelajaran Efektif apa dan bagaimana mengupayakannya, Mataram, NTP Pres.
Sardiman. A.M, 2004,  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
Nasution.Prof. Dr.M.A, 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara.
Suharsini Arikunto.Prof, SuharDjono. Prof, Supardi.Prof, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara.
Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Bandung. PT Insan Cendekia
Syaiful Bahri Djamarah. Drs, 2002, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta, Rineka Cipta.
Syaiful Sagala,H. DR. M.Pd, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung. Penerbit ALFABETA.
Totok Djuroto.Drs.M.Si, Bambang Suprijadi.Drs. M.Si, 2003, Menulis Artikel dan Karya Ilmiah, Bandung, Remaja Resdokarya.


Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

PTK SMP 54- UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA KELAS IX E SMP NEGERI 2 BARAT TAHUN PELAJARAN  2009 / 2010

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, memberi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyatakan bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan memperhatikan isi dari UU No. 20 tahun 2003 tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas seorang peneliti memang berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.
Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006 : 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara / model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif)
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Namun kenyataan di lapangan dalam masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 2004 menjadi kurikulum 2006 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu @ 45 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh di jajaran pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran tentang pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran.
Adanya ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2006 untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan karakteristik siswa SMP, usia 12 – 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.
Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kesegaran Jasmani melalui Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Siswa Kelas 9 SMP Negeri 2 Barat Madiun Tahun Pelajaran 2009/2010.

B.      Identifikasi Masalah
Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai berikut:
  1. Banyak dikalangan pendidikan yang belum memahami tentang perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olah Raga.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP/MTs, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas

J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta : Universitas Terbuka

Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka



Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

PTK SMP 53 - Meningkatkan prestasi belajar Matematika pada pokok bahasan Operasi Pada Bentuk Aljabar


Meningkatkan prestasi belajar Matematika pada pokok bahasan Operasi Pada Bentuk Aljabar bagi siswa kelas VIII B Matematika SMP Negeri 2 Randublatung Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
        Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Ini berarti bahwa pembangunan mempunyai jangkauan yang luas dan jauh. Berhasil tidaknya program pembangunan faktor manusia memegang peranan yang sangat penting. Untuk pembangunan ini diperlukan manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sifat positif terhadap etos kerja.
                        Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat penting dan menonjol dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam rangka mewujudkan tercapainya pendidikan nasional secara optimal dalam rangka mewujudkan tercapainya pendidikan nasional secara optimal seperti yang diharapkan.
  Menurut Syah (1998) ditemukan bahwa penguasaan guru tentang metode pengajaran masih berada  dibawah standar. Maka guru merasa tergugah untuk memperbaikinya melalui peningkatan penguasaan metode mengajar.
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Menciptakan manusia yang cerdas dan maju perlu diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.
Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan sangat ditentukan oleh faktor guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran. Namun semua juga tidak terlepas dari kemampuan siswa dari proses pembelajaran berlangsung, dari proses belajar mengajar ini harus kerja sama antara guru dengan murid ini akan menghasilkan hasil yang maksimal dengan meminimalkan kendala yang ada dengan memaksimalkan keunggulan dari keduanya.
Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006 : 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara / model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif).
               Matematika sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping aspek ilmu pasti banyak memuat materi bersifat hitungan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa lebih banyak dengan menggunakan perhitungan. Sifat materi pelajaran Matematika tersebut membawa konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris, biasanya guru menggunakan metode ceramah maupun tanya  jawab terjadi dialog imperatif. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tangapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif. Situasi belajar ini dapat tercipta melalui penggunaan “pendekatan Teams Games Tournaments (TGT)
               Pada SMP Negeri 2 Randublatung sejak peneliti mengajar, dalam pembelajaran Matematika, peneliti sering menggunakan model pembelajaran ceramah. Model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.
Sebagai seorang guru yang professional hendaknya dapat memilih dan menerapkan metode yang efektif agar materi yang dipelajari oleh siswa dapat dMatematikahami dengan baik serta dapat meningkatkan prestasi belajar. Lebih menarik lagi jika pada pembelajaran ditemukan metode dan cara-cara yang baru agar dapat terjadi interaksi yang menarik antara siswa dengan guru. Diantara cara dan metode yang digunakan dengan menggunakan sarana yang ada di sekolah diantaranya TGT (Teams Games Tournaments) dengan menggunakan turnamen games akademik yang mana siswa bersaing sebagai perwakilan home team (tum rumah) dengan anggota tim lain. TGT hampir sama dengan STAD adalah model cooperative learning (CL) yang diciptakan Yang diciptakan oleh Robert E. Sulevin dan koleganya dari Universitas John Hopkins Amerika Serikat, titik berat pada pengajaran ini adalah siswa dituntut aktif belajar dengan cara berkelompok. Perbedaan dengan model STAD adalah pada tes dan sistem perbaikan skor individu diganti dengan turnamen  game akademik ini diharapkan siswa dapat meningkatkan prestasinya.

B.      Identifikasi Masalah

             Dalam proses belajar mengajar di sekolah, siswa kelihatan belum serius dalam mengikuti pelajaran, motivasi belajar Matematika masih kurang, kurang memiliki bekal yang cukup untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah hal ini dapat dibuktikan dengan sering guru memberi pertanyaan pada akhirnya guru sendiri yang menjawab. Hal tersebut terlihat bahwa pelajaran didominasi oleh guru dan penjelasan guru kurang didukung dengan alat peraga yang sesuai dan menarik perhatian siswa. Dari kondisi ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari guru, perbaikan pembelajaran itu dapt dimulai dari diri guru yaitu dengan melakukan perbaikan dengan memperbaiki metode belajar, media, dan system belajar mengajar. Dari diri siswa dengan menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Banyak siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran Matematika karena dianggap sebagai pelajaran yang kurang menyenangkan, akibatnya materi yang sebenarnya mudah menjadi sulit untuk siswa. Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi kendala – kendala yang ada di lapangan dalam proses pembelajaran, sehingga prestasi belajar Matematika  masih masuk dalam kategori rendah. Dari kendala – kendala tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a.        Siswa kurang memperhatikan dalam pembelajaran.
b.        Siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat.
c.        Siswa beranggapan bahwa dalam belajar kelompok tidak perlu semua bekerja.
d.        Adanya siswa yang suka membicarakan hal lain, yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok.
e.        Tanggung jawab siswa terhadap kewajiban masih rendah.
f.         Anggapan bahwa pelajaran Matematika itu sulit.
g.        Nilai pelajaran matematika cenderung rendah.
h.       Guru mendominasi pelajaran
i.         Guru belum menggunakan metode dan alat peraga yang sesuai.
Berangkat dari masalah – masalah yang sangat mengganggu dan menghambat siswa yang bersangkutan untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan terhadap mata pelajaran Matematika  pada diri siswa. 

 

C.      Perumusan masalah

Dari identifikasi masalah, diketahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru. maka dapat dikemukakan analisis pemasalahan sebagai berikut :
1.       Metode yang digunakan guru tidak tepat sehingga diperlukan metode yang baru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2.       Pembelajaran berpusat pada guru,  siswa kurang bisa menginterprestasikan kemampuannya. Sehingga perlu metode yang dapat mengembangkan kemampuan individu maupun kelompok.
3.       Guru sangat dominan sehingga keberhasilan siswa pada saat belajar sangat tergantung kemampuan guru dalam memberikan materi pelajaran. Pada pembelajaran selanjutnya siswa diharapkan untuk lebih aktif baik secara individu maupun kelompok.
4.       Kurangnya perhatian siswa ketika pembelajaran berlangsung, perlu metode interaktif yang mampu menumbuhkan kreatifitas siswa.

                Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang menjadi fokus perbaikan maka dapat dirumuskan sebagai berikut : “Penggunaan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika pada pokok bahasan Operasi Pada Bentuk Aljabar bagi siswa kelas VIII B Matematika SMP Negeri 2 Randublatung Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009”.


D.      Tujuan Penelitian

Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.       Mendapatkan metode yang tepat dalam membelajarkan Matematika pada materi Gelombang Bunyi.
2.       Meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada materi Gelombang Bunyi melalui penggunaan Metode TGT.
3.       Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Matematika
4.       Membangkitkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika

DAFTAR PUSTAKA


Andi Hakim Nasution. 1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata Karya Aksara.

Daniel Muijs dan David Reynolds 2008. EffectiveTteaching Teori dan Aplikasi (Edisi ke -2 ) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani, 2007, Strategi Pembelajaran Aktif, CTSD,IAIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs, 1978. Principles of Instructional Design. 2nd Ed, New York : Holt Rinehart and Winstons.

Russeffendi 1988. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sudirman, 2007. Cerdas Aktif Matematika. Jakarta : Ganeca Exact.



Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

PTK SMP 52 - Upaya Perbaikan Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Pokok Garis dan Sudut dengan Menggunakan Metode


Upaya  Perbaikan  Prestasi  Belajar  Matematika  Pada Materi Pokok Garis
dan Sudut  dengan  Menggunakan Metode Demonstrasi dan Penggunaan
Alat Peraga pada Kelas VII D SMP Negeri 2 Randublatung
Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009

ABSTRAK

                         Dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Randublatung Blora ditemukan permasalahan rendahnya prestasi belajar matematika siswa kelas VII D pada materi pokok Garis dan Sudut yang ditunjukkan hanya 11 siswa yang tuntas dari 34 siswa. Untuk itu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan metode demonstrasi dan penggunaan alat peraga. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam konsep Garis dan Sudut dengan menggunakan metode demonstrasi dan penggunaan alat peraga pada siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Randublatung Blora semester II tahun pelajaran 2008/2009.

                         Setting penelitian ini adalah di SMP Negeri 2 Randublatung Blora kelas VII D dengan jumlah siswa 34 anak. Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika pada konsep Garis dan Sudut, serta kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.  Alat Pengumpul Data berupa : lembar observasi; pedoman wawancara dan daftar nilai siswa. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi Garis dan Sudut diterapkan pada siswa dengan menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara divalidasi datanya melalui Triangulasi Data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Prosedur penelitian dilakukan dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas menggunakan pembelajaran dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

                         Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: Pada pra siklus sebanyak siswa yang tuntas 32,4% atau 11 dari 34 siswa dan siswa yang tidak tuntas adalah 23 dari 34 siswa atau 67,6%. Pada siklus I, siswa yang tuntas adalah 19 dari 34 siswa atau 55,9% dan siswa yang tidak tuntas adalah 15 dari 34 siswa atau 44,1%. Perbaikan pembelajaran pada siklus II  adalah: siswa yang tuntas 32 dari 34 siswa atau 94,1%. Terdapat peningkatan 38,2% dari siklus I dan siswa yang tidak tuntas adalah 2 dari 34 siswa atau 5,9%.Dengan adanya peningkatan ketuntasan siswa dari siklus I ke siklus II, maka hipotesa yang mengatakan “Penggunaan metode demonstrasi dan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi pokok Garis dan Sudut siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Randublatung Blora semester II Tahun Pelajaran 2008/2009” terbukti kebenarannya.



DAFTAR PUSTAKA

-        Arifin Zaenal. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung : Remadja Rosda Karya
-        Buchori (2006). Matematika I untuk Kelas VII SMP. Semarang : Aneka Ilmu
-        Choiriyah, Siti (2006). Acuan Pengayaan Matematika. Surakarta : Sindhunata
-        Elizabeth B. Hurlock. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Gelora Aksara Pratama.
-        Gredler, Margaret E. Ball, (1991). Belajar dan Membelajarkan, Jakarta : Rajawali
-        Hana Lestari (2007). Progresif Matematika Kelas VII SMP. Surakarta : Puataka Manggala.
-        Moedjiono dan Dimyati, Moh.  (1991), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Dikti, Depdikbud.
-        Suryadi, Didi. (1997). Alat Peraga dan Pengajaran Matematika. Jakarta : Ditjen Dikdasmen D2 Karunika UT
-        UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
-        Winkel. W.S (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia 


Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700