Kamis, 13 Desember 2012

AG - PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI)


PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM
(STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI)

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Novel laskar pelangi merupakan sebuah produk karya sastra yang mencakup nilai-nilai karya cipta kreasi yang mengandung nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai karya sastra tersebut bersumber dari kenyataankenyataan yang hidup dan selalu berkembang di masyarakat sebagai bentuk realitas yang objektif. Novel karya sastra yang ditulis oleh Andrea Hirata ini mengandung esensi yang didalamnya banyak memberikan representasi tentang pendidikan nilai. Dari representasi inilah, maka penulis merasa ingin melakukan penyelidikan (analisis) terhadap novel laskar pelangi. Adapun bagian isi novel yang menunjukkan hal itu adalah;
Pak Harfan memberikan pelajaran pertama kepada sepuluh muridnya tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan sepuluh muridnya bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau juga menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dada serta memberikan arah bagi murid-muridnya hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya [1]
Sejak kecil aku tertarik untuk menjadi pengamat kehidupan dan sekarang aku menemukan kenyataan yang mempesona dalam sosiologi lingkungan kami yang ironis. Disini ada sekolahku yang sederhana, para sahabatku yang melarat, orang Melayu yang terabaikan, juga ada orang staf dan sekolah PN yang glamor, serta PN Timah yang gemah rimpah dengan Gedong, tembok feodalistisnya. Semua elemen itu adalah perpustakaan berjalan yang memberiku pengetahuan baru setiap hari[2]
Kutipan cerita di atas merupakan sekelumit representasi dari novel lasakar pelangi yang patut diteladani bagi manusia khususnya para tenaga pendidik dalam dunia pendidikan. Kutipan cerita di atas mengisyaratkan bahwa seorang guru dalam proses pembelajaran memiliki peran dan fungsi bukan hanya sebagai mentranformasikan knowledge, tetapi sekaligus juga membimbing dan mengajarkan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan yang bertindak konsisten. Bimbingan dan pengajaran nilai-nilai inilah yang disebut sebagai pendidikan nilai.[3]
Pendidikan nilai secara bermakna sangat penting dalam menunjang mutu pendidikan. Saat ini rendahnya mutu Pendidikan Nasional tidak hanya disebabkan oleh kelemahan pendidikan dalam membekali kemampuan akademis kepada peserta didik. Lebih dari itu ada hal lain yang tidak kalah penting, yaitu kurangnya pendidikan nilai secara bermakna. Mengapa pendidikan nilai sangat diperlukan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan.
Adapun masalah yang dihadapi oleh pendidikan saat ini, betapa sekolah umum atau lainnya telah merebaknya kasus VCD purno yang dilakukan oknum mahasiswa Itenas Bandung menambah panjang daftar asusila yang dilakukan peserta didik, lalu muncul kasus yang serupa yang dilakukan para yunior mereka di tingkat SMP dan SMU. Di Jawa Barat ada beberapa siswa dan siswi SMU Negeri yang berbuat tidak senonoh di dalam kelas dengan masih menggunakan seragam sekolah. Dalam kasus lain seorang anak SMP tega membunuh orang tuanya sendiri, di tempat lain seorang anak madrasah ibtidaiyah bunuh diri dengan alasan tidak sanggup membayar SPP, bahkan ada anak madrasah yang bunuh diri hanya karena baju seragam hari itu tidak bisa dipakai karena basah terkena hujan.[4]
Dalam kasus selanjutnya adalah praktik pendidikan sering dikesankan sebagai sederetan instruksi guru dan murid-muridnya. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan dalam dunia pendidikan yaitu sebagai pendidikan yang menciptakan manusia ”siap pakai”. Kata ini berarti menghasilakan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan tegnologi. Memerhatikan secara kritis masalah ini, tampak bahwa manusia dipandang layaknya material atau komponen pendukung industri. Lembaga pendidikan sekedar mampu menjadi lembaga produksi penghasil material atau komponen dengan kualitas tertentu yang di tuntut pasar. Ironisnya, kenyataannya ini justru disambut antusias oleh banyak lembaga pendidikan.[5]
Saat sekarang ini, dunia pendidikan masih diwarnai perilaku siswa membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga mengkonsumsi minuman keras dan narkotika.[6]
Disinilah proses penanaman pendidikan nilai sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan.
Pendidikan nilai sangat erat hubungannya dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam memiliki peranan penting dalam mengimplementasikan pendidikan nilai sebagai suatu tindakan pendidikan. Value Education (pendidikan nilai) dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih maupun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar. Melalui pendidikan nilai, guru dapat mengevaluasi siswa, demikian pula sebaliknya, siswa dapat mengukur kadar nilai yang disajikan guru dalam proses pembelajaran. Singkat kata, dalam bentuk persepsi, sikap, keyakinan, dan tindakan manusia dalam pendidikan, nilai selalu disertakan. Bahkan melaui nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan pendidikan. Untuk itu, selain diposisikan sebagai muatan pendidikan, nilai juga dapat dijadikan sebagai media kritik bagi setiap orang yang berkepentingan dengan pendidikan dalam mengevaluasi proses dan hasil pendidikan. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa dengan adanya penanaman pendidikan nilai dalam lembaga Pendidikan Islam, maka akan dapat membantu pengembangan pendidikan Islam khususnya dalam proses dan tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat skripsi yang berjudul ”Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi)”, dengan harapan novel ini mampu menjawab keterpurukan pendidikan Islam saat sekarang dan membawa pendidikan Islam kelevel yang lebih baik dan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan Islam.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas penulis formulasikan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1.       Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata ?
2.       Bagaimana metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel lascar pelangi?
3.       Nilai-nilai apa saja terkandung dalam novel laskar pelangi yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam ?
4.       Apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam?

C.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala sesuatu yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan permasalahannya. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.       Mendiskripsikan nilai-nilai dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata,
2.       Mendiskripsikan metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi,
3.       Mendiskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan
4.       Mendiskripsikan kontribusi pendidikan nilai dalam novel ”laskar pelangi” tehadap Pengembangan Pendidikan Islam.

D.      Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan penelitian pasti mempunyai nilai kemanfaatan bagi peneliti maupun orang lain. Karena ini kegiatan ilmiah yang dilakukan secara logis dan sistematis, agar penulisan ini harapkan bermanfaat:
DAFTAR PUSTAKA

Ameliawati. 2006. Analisis Instink Pada Tokoh Utama Novel Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari. Skripsi. FKIP UMM.

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo. Al-Qur’an dan Terjemahannya. 1990 . Semarang: Menara Kudus.

Burhan Bungin. 2003. Content Analysis dan Focus Group Discussion dalam Penelitian Sosial. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid I untuk SMA Kelas X, Jakarta : Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Direktorat Jenderal Pendidikan Non-Formal dan Informal. 2009. Kian Berat Tantangan Pendidikan Formal. Internet: (http:

www.pnfi.depdiknas.go.id

Endraswara Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Elmubarok Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung: Alfabeta.

Faruk. 2003. Pengantar Sosiologi Sastr. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fananie Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Fajar, A. Malik, dkk. 2004. Horizon Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Upaya Merespon Dinamika Masyarakat Global. Yogyakarta: Aditya Media Yogyakarta Bekerja Sama dengan UIN Press.

Hirata Andrea. 2005. Novel Laskar Pelangi. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA HANYA SEBAGIAN
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700


0 komentar:

Posting Komentar