PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM
(STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Novel laskar pelangi merupakan sebuah produk karya
sastra yang mencakup nilai-nilai karya cipta kreasi yang mengandung nilai-nilai
keindahan. Nilai-nilai karya sastra tersebut bersumber dari kenyataankenyataan yang
hidup dan selalu berkembang di masyarakat sebagai bentuk realitas yang
objektif. Novel karya sastra yang ditulis oleh Andrea Hirata ini mengandung
esensi yang didalamnya banyak memberikan representasi tentang pendidikan nilai.
Dari representasi inilah, maka penulis merasa ingin melakukan penyelidikan
(analisis) terhadap novel laskar pelangi. Adapun bagian isi novel yang
menunjukkan hal itu adalah;
Pak Harfan memberikan pelajaran pertama kepada sepuluh
muridnya tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat
untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan sepuluh muridnya bahwa hidup bisa
demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban
untuk sesama. Lalu beliau juga menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam
menyelinap jauh ke dalam dada serta memberikan arah bagi murid-muridnya hingga
dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk
menerima sebanyak-banyaknya [1]
Sejak kecil aku tertarik untuk menjadi pengamat
kehidupan dan sekarang aku menemukan kenyataan yang mempesona dalam sosiologi lingkungan
kami yang ironis. Disini ada sekolahku yang sederhana, para sahabatku yang
melarat, orang Melayu yang terabaikan, juga ada orang staf dan sekolah PN yang
glamor, serta PN Timah yang gemah rimpah dengan Gedong, tembok feodalistisnya.
Semua elemen itu adalah perpustakaan berjalan yang memberiku pengetahuan baru
setiap hari[2]
Kutipan cerita di atas merupakan sekelumit
representasi dari novel lasakar pelangi yang patut diteladani bagi manusia
khususnya para tenaga pendidik dalam dunia pendidikan. Kutipan cerita di atas
mengisyaratkan bahwa seorang guru dalam proses pembelajaran memiliki peran dan
fungsi bukan hanya sebagai mentranformasikan knowledge, tetapi sekaligus
juga membimbing dan mengajarkan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran,
kebaikan dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan
pembiasaan yang bertindak konsisten. Bimbingan dan pengajaran nilai-nilai
inilah yang disebut sebagai pendidikan nilai.[3]
Pendidikan nilai secara bermakna sangat penting dalam
menunjang mutu pendidikan. Saat ini rendahnya mutu Pendidikan Nasional tidak
hanya disebabkan oleh kelemahan pendidikan dalam membekali kemampuan akademis
kepada peserta didik. Lebih dari itu ada hal lain yang tidak kalah penting,
yaitu kurangnya pendidikan nilai secara bermakna. Mengapa pendidikan nilai
sangat diperlukan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu mengetahui
masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan.
Adapun masalah yang dihadapi oleh pendidikan saat ini,
betapa sekolah umum atau lainnya telah merebaknya kasus VCD purno yang
dilakukan oknum mahasiswa Itenas Bandung menambah panjang daftar asusila yang dilakukan
peserta didik, lalu muncul kasus yang serupa yang dilakukan para yunior mereka
di tingkat SMP dan SMU. Di Jawa Barat ada beberapa siswa dan siswi SMU Negeri
yang berbuat tidak senonoh di dalam kelas dengan masih menggunakan seragam
sekolah. Dalam kasus lain seorang anak SMP tega membunuh orang tuanya sendiri,
di tempat lain seorang anak madrasah ibtidaiyah bunuh diri dengan alasan tidak
sanggup membayar SPP, bahkan ada anak madrasah yang bunuh diri hanya karena
baju seragam hari itu tidak bisa dipakai karena basah terkena hujan.[4]
Dalam kasus selanjutnya adalah praktik pendidikan
sering dikesankan sebagai sederetan instruksi guru dan murid-muridnya. Apalagi
dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan dalam dunia pendidikan
yaitu sebagai pendidikan yang menciptakan manusia ”siap pakai”. Kata ini
berarti menghasilakan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan
bidang industri dan tegnologi. Memerhatikan secara kritis masalah ini, tampak
bahwa manusia dipandang layaknya material atau komponen pendukung industri.
Lembaga pendidikan sekedar mampu menjadi lembaga produksi penghasil material
atau komponen dengan kualitas tertentu yang di tuntut pasar. Ironisnya,
kenyataannya ini justru disambut antusias oleh banyak lembaga pendidikan.[5]
Saat sekarang ini, dunia pendidikan masih diwarnai
perilaku siswa membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga
mengkonsumsi minuman keras dan narkotika.[6]
Disinilah proses penanaman pendidikan nilai sangat
dibutuhkan di lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik
agar memahami, menyadari, mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara
integral dalam kehidupan.
Pendidikan nilai sangat erat hubungannya dengan
pendidikan Islam. Pendidikan Islam memiliki peranan penting dalam
mengimplementasikan pendidikan nilai sebagai suatu tindakan pendidikan. Value
Education (pendidikan nilai) dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan,
baik dalam memilih maupun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar. Melalui
pendidikan nilai, guru dapat mengevaluasi siswa, demikian pula sebaliknya,
siswa dapat mengukur kadar nilai yang disajikan guru dalam proses pembelajaran.
Singkat kata, dalam bentuk persepsi, sikap, keyakinan, dan tindakan manusia
dalam pendidikan, nilai selalu disertakan. Bahkan melaui nilai itulah manusia
dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan pendidikan. Untuk
itu, selain diposisikan sebagai muatan pendidikan, nilai juga dapat dijadikan
sebagai media kritik bagi setiap orang yang berkepentingan dengan pendidikan
dalam mengevaluasi proses dan hasil pendidikan. Dari penjelasan tersebut
jelaslah bahwa dengan adanya penanaman pendidikan nilai dalam lembaga
Pendidikan Islam, maka akan dapat membantu pengembangan pendidikan Islam
khususnya dalam proses dan tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat
skripsi yang berjudul ”Pendidikan Nilai
Dalam Pengembangan Pendidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi)”, dengan
harapan novel ini mampu menjawab keterpurukan pendidikan Islam saat sekarang
dan membawa pendidikan Islam kelevel yang lebih baik dan mampu memberikan
kontribusi dalam pengembangan pendidikan Islam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas penulis formulasikan dalam
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya Andrea
Hirata ?
2. Bagaimana metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel lascar pelangi?
3. Nilai-nilai apa saja terkandung dalam novel laskar pelangi yang dapat dikembangkan
dalam pendidikan Islam ?
4. Apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap pengembangan
pendidikan Islam?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan
target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena
segala sesuatu yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan
permasalahannya. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendiskripsikan nilai-nilai dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata,
2. Mendiskripsikan metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar
pelangi,
3. Mendiskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi yang
dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan
4. Mendiskripsikan kontribusi pendidikan nilai dalam novel ”laskar pelangi” tehadap
Pengembangan Pendidikan Islam.
D.
Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan penelitian pasti mempunyai nilai
kemanfaatan bagi peneliti maupun orang lain. Karena ini kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara logis dan sistematis, agar penulisan ini harapkan bermanfaat:
DAFTAR PUSTAKA
Ameliawati. 2006. Analisis Instink Pada Tokoh Utama
Novel Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari. Skripsi. FKIP UMM.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. (Bandung:
PT. Sinar Baru Algensindo. Al-Qur’an dan Terjemahannya. 1990 . Semarang:
Menara Kudus.
Burhan Bungin. 2003. Content Analysis dan Focus Group
Discussion dalam Penelitian Sosial. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid I
untuk SMA Kelas X, Jakarta : Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Non-Formal dan Informal.
2009. Kian Berat Tantangan Pendidikan Formal. Internet: (http:
www.pnfi.depdiknas.go.id
Endraswara Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Elmubarok Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan
yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung:
Alfabeta.
Faruk. 2003. Pengantar Sosiologi Sastr. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fananie Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Fajar, A. Malik, dkk. 2004. Horizon Baru Pengembangan
Pendidikan Islam: Upaya Merespon Dinamika Masyarakat Global. Yogyakarta:
Aditya Media Yogyakarta Bekerja Sama dengan UIN Press.
Hirata Andrea. 2005. Novel Laskar Pelangi. Yogyakarta:
PT Bentang Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA HANYA SEBAGIAN
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar