Selasa, 30 Oktober 2012

E-199 PENGARUM KEBIJAKSANAAN PIMPINAN TERHADAP TENAGA KERJA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS



PENGARUM KEBIJAKSANAAN PIMPINAN TERHADAP TENAGA KERJA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADA PERUSAHAAN ALUMUNIUM YAMUSU DI JUANA DI PATI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Tatar Belakang Masalah
Pada umumnya setiap perusahaan dalam rangka mencapai efektif dan efisien, selalu dihadapkan pada situasi yang selalu berubah-ubah sesuai dengan siklus kehidupan perusahaan. Dimana setiap situasi yang harus diarahkan kepada tidakan-tindakan yang tepat, penyelesaian yang seoptimal mungkin, kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mendapatkan, serta mengadakan atau menggunakan dananya seefisien mengkin.
Maju mundurnya suatu perusahaan bergantung dari pimpinan manager dalam mengelola faktor tenaga kerja, dimana faktor tenaga kerja merupakan faktor yang perlu penanganan khusus jika dibandingkan dengan faktor lainnya.
Keberhasilan seorang pimpinan dalam mengelola perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan keuntungan bagi perusahaan dan tingkat kemampuannya dalam mengkombinir faktor-faktor produksi yang terpenting. Faktor produksi yang terpenting terdiri dari material, mesin, dan manusia/tenaga keria, yang ketiganya ini sering disebut faktor 3M.
Untuk faktor produksi yang berupa tenaga keria, sewrang pimpinan tidak bisa melakukan secara gegabah, lain dengan faktor-faktor produksi produksi yang lain.
Hal ini disebabkan untuk penanganan faktor produksi selain. tenaga kerJa adalah manusiaa yang mempunyai banyak kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan dan motivasi-motivasi yang berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian faktor produksi seperti tenagaa kerja haruslah dikelola secara individu demi produktivitas tenagaa kerja yang semakin tinggi. Salah satu persoalin yang dihadapi dewasaa inii adalah hubungan antara kebijaksanaan pimpinan dengan tenaga keria. Masalah motivasi positif dan upah tenagaa keriaa selalu merupakan topik pembicaraan yang serius pada setiap usahaa untuk memecahkan masalah ketidakpuasan karyawan yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja dari besarnya upah dan motivasi yang diberikan seorang pimpinan.
Adapun yang dimaksud dengan upah adalah jumlah uang yang diterima oleh buruh atau karyawan operasional atas sumbangan jasanya yang dihitung berdasarkan tarif upah perjam atau harian. Dan Jika karyawan. yang menerima upah dapat menaikan penghasilannya dengan cara menambah jam kerjanya (Gunawan Jiwanto, 1985 :19).

Dengan demikiann makaa setiap perusahaan harus dapat menentukan pemberian upah yang paling tepat, sehingga dapat mendukung tercapainya tuiuan perusahaann secara efektif dan efisien. Itu semua tidak lepas darii kebijaksanaan pimpinan yang berwujud dorongan atau motivasi yang diberikan terhadap tenaga kerja, agar dalam bekerja lebih kerasan dan mempunyai rasa memiliki perusahaan tersebut.
Adapun yang dimaksud dengann motivasi adalah: Dorongan yang diberikann seseorang kepada orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya (HeidJrachman R. dan. Suad Hasnan, 1984 : 198).

Sedang motivasi yang paling baik digunakan untuk memberikan keakraban dan membuat kerasan para karyawan adalah motivasi positif. Adapun motivasi positif tersebut bisa berupa hadiah, kenaikan gaji, fasilitas-fasilitas bahkan dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi dan lain-lainnya. Ada berbagai macam kriteria yang dapat digunakan untum menentukan tingkat upah yang akan diberikan perusahaan. Kriteria yang umum dipakai adalah gaji atau upah rata-rata yang berlaku di perusahaan sejenis, biaya hidup, gaii atau upah yang layak, kemampuan perusahaan membayar produktivitas kerja karyawan, kondisi permintaan keria, kekuatan organisasi buruh, daya beli karyawan atau konsumen dan kekuatan pasar konsumen.
Bagi perusahaan motivasi dan upah merupakan hubungan yang erat, karena dengan adanya motivasi dari pimpinan maka tenaga kerja atau karyawan akan merasa nyaman didalam bekerja dan lebih merasa kerasan. Hal ini disebabkan segala kebutuhan karyawan seakan-akan terpenuhi dan terjamin. Apalagi jika upah yang telah ditetapkan seperti memenuhi kebutuhan hidup yang ideal, pemberian tuniangan haru raya dan lain-lainnya. Apalagi jika pemberiannya tepat waktu dan tidak ada potongan, maka tidak akan terjadi pemogokan atau demonstrasi yang disebabkan pemberian upah atau tunjangan hari raya tidak diberikan tepat waktu dan ada potongannya.
Bagi perusahaan upah merupakan biaya dan menghendaki ditekan sekecil mungkin, tetapi bagi tenaga kerja selain sebagai penghasilan, upah juga berperan sebagai :
-          Petunjuk besar kecilnya sumbangan buruh yang diberikan kepada perusahaannya.
-          Pendorong bagi buruh untuk bekerja lebih giat.
-          Menunjukkan status selaku anggota masyarakat (Gunawan Jiwanto, 1985:20).
Jadi didalam menentukan besar kecilnya tingkat upah yang diberikan kepada tenaga keria harus seadil-adilnya, dalam arti besar kecilnya upah sesuai dengan jasa yang diberikan tenaga kerja kepada perusahaanya. Dengan ditentukannya upah yang adil atau lebih banyak diharapkan karawan. Maka karyawan akan merasa tenteram di dalam bekerja dan bergairah. Sehingga produktivitras akan semakin meningkat, bahkan keuntungan perusahaan meningkat pula dan kelangsungan hidup perusahaan akan lebih terjamin. Pemberian upah yang berpedoman pada upah minimum adalah salah satu pemberian yang tepat. Karena karyawan menerima balas jasa yang sudah diukur dengan layak yang diberikan secara umum oleh pasar tenaga kerja. Dengan upah yang diterima ini karyawan berkeinginan dapat memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Oleh karena itu setiap perusahaan dalam menetapkan uaph yang diberikan kepada karyawan harus diusahakan sedemikian rupa, sehingga upah terendah yang diberikan akan dapat memenuhi kebutuhan mereka secara minimal. Upah yang layak akan merupakan suatu tuntutan bagi setiap karyawan guna  mempertahankan hidupnya bersama keluarganya.
Kebutuhan minimal antara satu orang dengan lainnya tidak sama. Meski sulit bagaimanapun perusahaan akan tetap mengusahakan agar pemberian upah minimal dapat perusahaan terapkan.

B.      Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka penulis dapat merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: Apakah kebijaksanaan pimpinan yang berupa pemberian motivasi positif mempengaruhi tingkat upah dann tingkat produktivitas.

C.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.       Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui sampai sejauh mana hubungan antara produktivitas dengan tingkat upah.
2.       Manfaat Penelitian
a.       Bagi Perusahaan
Untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usahaa meningkatkan produktivitas kerja di masa mendatan dann diharapkan dapat menjadi bahan untuk mengadakan evaluasi terhadap kebijaksanaan yang telah ditetapkan perusahaan selama ini. Terutama masalah upah yang diberikan perusahaan kepada karyawan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
b.       Bagi Penulis
Dapat memberikan kesempatan kedapa penulis untuk mempraktikan ilmu yang sudah diperoleh dibangku kuliah. Selain itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan akan masalah-masalah yang akan terjadi di perusahaan terutama dibidang personalia.
c.        Bagi Fakultas dan Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan mengenai masalah berkaitan dengan bidang personalia.

D.      Kerangka Pemikiran
Di dalam maju mundurnya perusahaan, pimpinan mpunyai peranan untuk mengatur, membina, mengarahkan kaligus memberi motivasi terhadap tenaga kerja agar mpunyai semangat untuk bekerja dan merasa terjamin dan rasan di dalam bekerja. Sehingga produktiviatas keria ningkat dan keuntungan perusahaan meningkat, upah yang merima tenaga kerja. akan lebih terjamin dan produktivi perusahaan .iuga akan ber,jalan lancar. Hal ini dapat dilihat dalam kerangka pemikiran di bawah ini :
 




GAMBAR I
PENGARUH KEBIJAKSANAAN PIMPINAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS KARYAWAN
E.      Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.       Anggapan Dasar
Sebagai landasan penelitian penulis mempunyai anggapan sebagai berikut:
a.       Setiap perusahaan selalu ingin meningkatkan produktivitas kerjanya.
b.       Manusia merupakan faktor produksi yang paling penting.
c.        Setiap pegawai/ karyawan selalu diperlakukan secara manusiawi.
2.       Hipotesis
Penelitian-penelitian yang bersifat menjelaskan atau penelitian –penelitian yang non eksploratif bertujuan menguji kebenaran hipotesis.

Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah. Hipotesis akan ditolak jika salah satu salah atau palsu dan akan diterima jika fakta membenarkan (Sutrisno Hadi, 1983 : 63).

Maka sesuai dengan latar belakang, dikemukakan hipotesis sebagai berikut: bahwa terdapat hubungan korelasi positif yang signifikan antara produktivitas dengan tingkat upah.

F.       Metode Penelitian
1.       Ruang Lingkup Penelitian
Dalam mengadakan penelitian tersebut dilakukan dengan cara survei di perusahaan Alumunium Yamusu yang memproduksi barang-barang dari alumunium.
2.       Sumber Data
a.       Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dikumpulkan sendiri oleh peneliti di lapangan. Data ini diperoleh dari manajer serta kerja perusahaan Alumunium Yamusu.
b.       Data Sekunder
Data yang telah diperoleh atau dikumpulkan pihak lain sehingga peneliti tinggal memanfaatkan dalam arti bahwa perusahaan tersebut mempunyai data baik masukan maupun pengeluarannya.
3.       Cara Pengumpulan Data
a.       Interview
Mengadakan penelitian dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan denqan perusahaan tersebut,
b.       Observasi
Dengan mengadakan pengamatan secaraa langsung objek penelitian mengetahui situasi, kondisi perusahaan.
4.       Teknik Analisis Data
a.       Analisis kualitatif
Menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan motivasi dan produktivitas kerja dengan menggunakan analisis logika.
b.       Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan rumus statistik, yaitu Korelasi Pearson Product Moment:
Uji rxy =
rxy = koefisien korelasi antara x terhadap y.
Uji rxy ini untyk mengetahui apakah ada korelasi antara tingkat upah (X) dengan produktivitas (Y).
c.        Test Hipotesis
Yaitu untuk mengetahui apakah koefisien korelasi yang diperoleh merupakan suatu kebetulan saia, sehinggaa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, atau kedua variabel tersebut betul-betul mempunyai hubungan.
d.       Koefisien Determinasi (r2)
Digunakan untuk mengetahui berapaa persentase (%) pengaruh fluktuasi y dapat dijelaskan oleh variabel x.
DAFTAR PUSTAKA

Djarwanto Projosudarmo, 1989, Statistik Induktif bagian II, Fakultas Ekonomi UNS, Surakarta.

Gunawan Jiwanto, 1985, manajemen Personalia Yayasan Penerbit Bandung, Bandung.

Heidjracman Ranupandojo dan Suad Husnan, 1964, manajemen Personalia bagian II  BPFE, Yogyakarta.

Imam Supow, 1982, pembangunan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta.

M. Manullang, 1976, dasar- Dasar manajemen , Ghalia Indonesia.

Moekjiat, 1984, Dasar-dasar Mativasi, Sumur Bandung.

Payaman J., 1985, tata Personalia Delli, Medan.

Sumitro. 1981, Pembangunan Ekonomi BPFE, Yogyakarta.

Sutrisno Hadi, 1983, Statistik Induktik II, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.

Winardi, 1972, manajemen Personalia, BPFE, Jambatan, Jakarta.




Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

0 komentar:

Posting Komentar