PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STUDI PADA TK ABA NGEMPLAK KALI KOTES
KABUPATEN KLATEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan akan sumber daya manusia yang unggul
merupakan kebutuhan umat manusia. Terlebih lagi setelah memasuki era
globalisasi in I persaingan akan sangat ketat sehingga manusia – manusia yang
tidak berklualitas akan tersingkirkan dalam persaingan. Untuk mewujudkan tuntutannya
tersebut dunia ini pendidikan ikut berperan sebagai gerbang utama. Islam adalah
agama yang sangat menekankan pada pendidikan, kerena dengan pendidikan akan
mampu meningkatkan potensi sumber daya manusia, umat islam khususnya baik
dibidanmg IPTEK maupun IMTAK. Oleh karena itu setiap umat islam diwaji bkan
untuk melaksanakan pendidikan, mulai sejak dari buaian sampai ke liang lahat,
baik laki – laki maupun perempuan.
Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi orang tua mendidik
anak – anaknya agar menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, agama, nusa dan
bangsa. hal tersebut sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
Artinya “ Tiada suatu pemberian pun yang lebih utama
dai orang tua kepada anaknya, selain pendidikan yang baik. (H.R. hakim, Kitabul
Adab JUz 4 Hadist NO. 7679 )
Menurut Ahmad Tafsir ( 1991: 26 ) bahwa pendidikan
ialah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya dengan penjelasan bahwa
pengembangan pribadi mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh
lingkungan dan pendidikan oleh.orang lain ( guru ). Sedangkan seluruh aspek
mencakup aspek jasmani, akal dan hati. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan
bimbingan jasmani & rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam ( Ahmad D. Marimba,
1989: 23 ).
Pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja baik di
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dari ketiga lingkungan tersebut
seorang anak mendapatkan pendidikan. Di dalam keluarga anak- bisa memperoleh
pendidikan dari anggota keluarga misal ayah, ibu, kakak dan adik. Sedang di
masyarakat sering dijumpai berbagai organisasi kemasyarakatan di antaranya
lembaga keagamaan, lembaga pendidikan kesenian, pramuka dan olahraga. Sedangkan
di sekolah anak didik mendapat pendidikan dari guru.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada di
tengah-tengah masyarakat hanya akan berhasil bila ada kerjasama dan dukungan
yang penuh pengertian dari masyarakat dan keluarga (Soedijarto, 1993: 9).
Tujuan pendidikan pada dasamya bermaksud mengembangkan kepribadian dan
kemampuan agar menjadi warga negara yang memiliki kualitas sesuai dengan
cita-cita bangsa berdasarkan falsafal/dasar negara Indonesia. (Hadari Nawawi,
1997 : 12). Karena pada dasamya tujuan pengajaran pada dasamya adalah
diperolehnya bentuk perubahan tingkah laku baru pada siswa, sebagai akibat dari
proses belajar mengajar (Nana Sudjana, 1996: 6).
Dalam rangka membentuk kepribadian anak, maka perlu
diberikan bekal pendidikan pada anak dan salah satunya adalah pendidikan agama
Islam. Menurut Basyirudin Usman ( 2002 : 4 ) Pendidikan agama Islam adalah
suatu kegiatan yang bertujuan membentuk manusia agamis dengan menanamkan
aqidah, keimanan, amaliyah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk
menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT Kepribadian yang berkualitas yang
diharapkan bagi peserta didik adalah agar mereka mempunyai kemandirian belajar,
kedisiplinan, ketekunan, keuletan dan pantang menyerah sehingga mereka dapat
mempertahankan diri dari persaingan-persaingan yang mereka hadapi di dunia
pendidikan atau dunia kerja yang akan mereka hadapi nantinya.
Sedangkan tujuan pendidikan dalam UU Sisdiknas tahun
2003 bab 11 pasal 3 tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan pendidikan menyatakan:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggungjawab dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan,
kesehatan jasmani & rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungJawab kemasyarakatan & kebangsaan”
Untuk mencapai tujuan pendidikan maka lingkungan
merupakan salah satu hal yang mempunyai peran terhadap pembentukan kepribadian
dan perilaku anak, karena di lingkunganlah anak tumbuh dan berkembang.
Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dari lingkungan tersebut seorang anak mendapatkan pendidikan yang berbeda-beda
yang kesemuanya itu akan berpengaruh terhadap kepribadian dan perilaku anak.
Jadi apabila lingkungan yang ada di sekitar anak baik maka akan berpengaruh
positif terhadap anak atau sebaliknya.
Taman kanak - kanak adalah merupakan lembaga yang
memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini pada rentan usia 4 - 6 tahun.
Para pendidik di lembaga ini harus memberikan layanan yang professional kepada
anak didiknya dalam rangka peletakan dasar kearah pengembangan sikap,
pengetahuan dan ketrampilan agar anak didiknya mampu menmyesuaikan diri dengan
lingkungan serta mempersiapkan. mereka memasuki jenjang sekolah dasar. (
Yuliani Nurani Sujiono,dkk, 2004 : 1.1 ). Untuk itu pembelajaran yang dilakukan
harus dapat mengembangkan potensi peserta didik.
Menurut Muhaimin ( 2004 : 28 ) bahwa dalam konteks
system pembelajaran, agaknya titik lemah pendidikan agama lebih terletak pada
komponen metodologinya, kelemahan tersebut dapat teridentifikasi karena kurang
bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” atau
kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu
diintemalisasikan dalam diri peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar sebenamya setiap
pendidik memiliki kesempatan untuk melakukan peningkatan kualitas karakter anak
dengan menggunakan metode yang tepat. Terdapat sejumlah fenomena yang menarik
berkaitan dengan karakter anak didik disebuah lembaga pendidikan yang tidak
tidak memiliki jumlah siswa yang banyak, dapat membuat siswa mampu
mengembangkan kualitas sosial dengan tampak terjalin akrabnya hubungan sesama
mereka. Dengan bergabungnya siswa tingkat dasar sampai tingkat ,atas di bawah
satu atap, memberi kesempatan lebih besar bagi mereka mengenal hubungan Junior
- senior dengan mengembangkan 'respect'
oleh junior dan oleh senior.
Banyak berbagai kejadian Yang mencerminkan lemahnya
sebuah karakter Yang dimiliki oleh siswa, misalnya dalam PBNI di kelas sering
kali ditemukan fakta-fakta tentang siswa yang Jarang sekali bertanya ketika
diberi kesempatan untuk bertanya. Walaupun ada juga sebagian siswa yang,
bertanya terus-menerus ketika diminta untuk menyelesaikan sebuah prosedur
dengan menanyakan setiap langkah atau bahkan hal-hal yang sangat tidak terlalu
penting. Pada kesempatan lain, ketika diberi tes misalnya, sejumlah siswa Yang
secara kualitas intelektual tidak diragukan, tidak mampu menyelesaikan soal
dengan cepat.
Dalam keseharian, baik di sekolah maupun di rumah kita
sering kali menemukan sejumlah anak yang masih memiliki ketergantungan baik
dalam cara berfikir, bersikap maupun bertindak. Ketergantungan itu umumnya
dipengaruhi oleh tingkatan umur. Misalnya anak usia TK memiliki ketergantungan
yang lebih tinggi dibanding anak SD begitu seterusnya. Meskipun demikian, tidak
jarang juga ditemukan anak pada tingkatan lebih tinggi tenyata memiliki
ketergantungan lebih dibanding anak tingkatan dibawahnya. Masalah utamanya
adalah masalah karakter dan lebih tepatnya tentang kemandirian.
Hal ini karena pembentukan kualitas karakter tidak
kalah pentingnya dibandingkan dengan pembentukan kualitas intelektual. Karakter
yang berkualitas memiliki peranan penting bagi anak didik dalam mencapai
keberhasilan, baik yang sifatnya antara seperti studi yang sedang dijalani,
maupun kelak ketika menghadapi kehidupan nyata. Salah satu bagian dari
pengembangan karakter adalah masalah kemandirian. Watak kemandirian yang
berkualitas pada sejumlah anak didik bisa jadi merupakan bawaan sejak lahir.
Akan tetapi, realitas menunjukkan bahwa hal ini lebih banyak berkembang karena
didikan dari pendidik/orang tua.
Anak usia dini masih banyak yang menggantungkan
seluruh kebutuhannya kepada orang dewasa yang ada disekitamya. Bahkan seorang
anak yang ingin buang air dan memakai baju saja masih minta bantuan kepada lbu
atau bapaknya. Orang tua terlalu memanjakan anaknya dengan melayani segala
kebutuhannya dari mengambilkan barang mainan, memakai baju, dan lain sebagainya
dapat menyebabkan seorang anak memiliki sifat ketergantungan yang berlebihan
sehingga anak akan menjadi cengeng agar segala kebutuhannya dilayani.
Fenomena seperti ini apabila dibiarkan begitu saja
akan membuat anak menjadi manja dan memiliki sifat ketergantungan ketika
menginjak dewasa bahkan sampai dewasa sekalipun. Untuk itu maka orang tua harus
membiasakan anak untuk bediwa mandiri sejak dini mulai dari hal yang terkecil
seperti inemakai sandal. Dengan menanamkan sifat kemandirian sejak dini akan
sangat bermanfaat bagi kehidupan anak kelak ketika dewasa.
Dalam konteks pendidikan agama Islam maka kemandirian
pada anak usia dini, lebih ditekankan pada berbagai kegiatan keagamaan yang
seharusnya dilakukan oleh orang dewasa akan tetapi dapat dilakukannya tanpa
ketergantungan kepada orang lain, misalnya: wudhu, salat, puasa dan lain
sebagainya. Untuk itu maka taman kanak - kanak sebagai lembaga pendidikan bagi
anak usia 4-6 tahun perlu membina kemandirian keagamaan anak sejak dini.
Untuk itu seharusnya dalam pendidikan agama Islam
mempraktekkan kegiatan wudhu, salat dan kegiatan ibadah yang lain media sangat,
mutlak diperlukan. Selain hal tersebut dalam pelaksanaan kegiatan seperti
salat, masih banyak siswa yang dalam prakteknya bergantung kepada guru, dan
teman. Anak - anak banyak yang masih malu untuk melaksanakan kegiatan tersebut,
dan bila ada sesuatu yang salah banyak yang putus asa. Hal tersebut
dimungkinkan karena siswa kurang memiliki inisiatif sendiri untuk mencoba.
Dalam rangka pemberian bekal pada anak dalam menjalani
hidup dalam masyarakat maka perlu adanya penanaman kemandirian sejak dini
khususnya tentang pengamalan ajaran. agama Islam ketika masih duduk di Taman
Kanak-Kanak, karena pada usia ini sangat menentukan pada proses perkembangan
selanjutnya. Untuk itu akan diadakan penelitian tentang kemandirian anak di TK
ABA Ngemplak, Kali Kotes, Klaten dengan judul “Pembentukan kemandirian Anak
dalam Pendidikan Agama Islam di TK ABA Ngemplak, Kali Kotes, Klaten”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Kurangnya peningkatan kualitas guru dalam,
mengembangkan karakter pada anak.
2.
Kurangnya penanaman kemandirian pada anak.
3.
Sifat manja yang diberikan orang tua membuat anak
menjadi tidak bersifat mandiri.
C. Batasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut peneliti
membatasi masalah pada pembentukan kemandirian anak dalam Pendidikan Agama
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Dian Andayani (2004)
pendidikan agama islam berbasis kompetensi Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Ahmad D. Marimba, ( 1989) Pengantar
Filsafah Pendidikan, Bandung Al Ma’arif
Ahmad Tafsir, (1991), Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung PT. Remaja Rosydakarya.
Azhar Arsyad, (2003) Media
Pembelajaran, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada
Armei Arief (2002), Pengantar Ilmu
dan Metodologi Pendidikan Islam Jakarta Ciputat Pers
Badudu Zain, (2001) Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Jakarta Pustaka Sinar Harapan
Depag RI (2006), Alquran dan
terjemahannya, Bandung : CV Jumaanatul ali Art
Depag RI (2004), Kurikulum 2004
Pendidikan agama islam, Jakarta Direktorat Jenderal kelembangan agama islam
Depdiknas (2006), kurikulum 2004
standar kompetensi taman kanak – kanak dan raudlathul athfal, Jakarta director
jenderal managemen pendidikan dasar dan menengah
Hadari Nawawi, (1996). Pendidikan
Agama Islam Surabaya Al- ikhlas
HB. Sutopo
(1996). Metode Penelitian Kualitatif , Surakarta. Universitas Sebelas Maret
Lexy J Moleong (
2002), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya
Martini Jamaris
( 2006), Perkembangan Dan Pegembangan Anak, Jakarta. Grasindo
M.Basyirun
Usman, ( 2004), Metode Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta. Ciputat Press.
Moh. Uzer Usman
( 2005), menjadi guru profesionak, Bandung PT> Remaja Rosda Karya
Muhaimin (2005),
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Madrasah &
Perguruan Tinggi, Jakarta ; PT . Raja
Grifindo Persada.
Muhammad Ali (
1993) Strategi Penelitian Pendidikan Bandung Angkasa
Nana Sudjana,
(1989). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar :Bandung. Sinar Baru Algensindo
Neong Mohadjir (
1992), Suatu Pendekatan Kualitatif Bandung Rajawali Pers
Ramayulis (2005). Metodedologi Pendidikan Agama Islam
Jakarta Kalam Mulia
S. Nasution ( 1989), Kurikulum dan Pengajaran Jakarta PT Bumi Aksara
Sordijarto, (1993), Memantapkan
Sistem Pendidikan Nasional Jakarta Grasindo
Sudarwan Arikunto (1992) Menjadi
Peneliti Kualitatif Yogyakarta Rake Sarasin
Suh arsini
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar