Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Kemampuan
Kognitif Dan Efetif Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas V SD Negeri
Di Kecamatan Polokarto Sukoharjo
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di Indonesia
banyak realitas menunjukkan masih rendahnya mutu pendidikan yang tidak
sebanding dengan biaya dan tidak sesuai dengan harapan masyarakat, khususnya
untuk pendidikan matematika tetap rendah (Marpaung, 2002). Sesuai dengan hal
tcrsebut realitas lain menunjukkan bahwa kcmampuan siswa dalam pelajaran
mateniatika di Sekolah Dasar (SD) masih rendah. Dibandingkan dengan mata
pelajaran yang lain, prestasi siswa dalam bidang studi matematika selalu lebih
rendah. Skor rata-rata sccara nasional untuk matematika sering di bawah 5.
Seperti yang dikemukakan oleh Mendiknas bahwa meskipun Indonesia masuk dalam
kategori 10 besar dalam ajang kompetisi Internasional seperti Olimpiade
Matematika dan 1PA namun prestasi siswa di Indonesia masih memiliki kualitas
rendah. (http://www.investor.indonesia.com/baru/dispalynews).
Hal ini juga
bisa dilihat salah satunya adalah prestasi Ujian Nasional selama kurang lebih
dua puluh tahun terakhir, rata-rata untuk SD kurang dari 6, SMP sekitar4,7 dan
SMA sekitar 4,7 (Marpaung, 2005). Demikian halnya dapat dilihat dari rendahnya
nilai rata-rata Ujian Akhir siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Sukoharjo tahun
pelajaran 2002/2003 untuk mata pelajaran matematika 5,12. Nilai tersebut jika
dibandingkan dengan nilai rata-rata mata pelajaran yang lain termasuk paling
rendah.
Kenyataan
semacam itu harus dikaji secara cermat melalui komponen- komponen penting dalam
pendidikan yang berkaitan agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas
pendidikan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terlibat di dalamnya
antara lain proses belajar mengajar, kualitas pengajarannya, kurikulum,
fasilitas pendidikan dan manajemen organisasi pendidikan termasuk kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Dalam mencapai keberhasilan pendidikan di sekolah,
ada beberapa unsur yang saling berhubungan, yaitu siswa sebagai pihak belajar,
guru sebagai pihak pengajar dan sekolah sebagai pihak penyelenggara program
pendidikan. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari keberhasilan
guru dalam mengajar dan keberhasilan sekolah yang bertindak sebagai pihak
penyelenggara program pendidikan.
Keberhasilan
proses belajar mengajar siswa tidak hanya dilihat dari kemampuan kognitif saja,
tetapi juga pada aspek afektif. Penilaian aspek kognitif menitik beratkan pada
operasi intelektual siswa sedangkan aspek afektif menitikberatkan pada sikap
dan nilai-nilai yang dipunyai siswa. Dalam kenyataannya, kedua kemampuan
tersebut yaitu kognitif dan afektif untuk pelajaran matematika tergolong
rendah. Kemampuan kognitif dapat dilihat dari rendahnya nilai rata-rata mata
pelajaran matematika sedangkan kemampuan afektif dapat dilihat dari kurangnya
semangat, motivasi dan minat belajar siswa juga sikap takut atau tidak suka
pada pelajaran matematika. Dengan kondisi tersebut, guru harus melakukan
refleksi atas proses pembelajarannya. Jika kadar kemampuan afektif para siswa
mcnurun, maka terdapat indikasi bahwa proses pembelajaran yang telah
berlangsung kurang menarik, tidak sesuai dengan jondisi siswa sehingga guru
perlu melakukan perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Bukan suatu
pekerjaan yang mudah untuk memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan.
Dalam mengajar guru berusaha menggunakan pembelajaran yang tepat dan dianggap
sesuai dcngan kondisi, situasi dan tujuan yang ingin dicapai agar materi yang
disampaikan bisa diterima dengan baik oleh siswa, tetapi pada kenyataannya
kadang belum tercapai apa yang menjadi tujuan.
Di dalam proses
belajar mengajar, guru sebagai subyek yang mengajar harus berusaha agar apa
yang disampaikan dapat diterima atau dipahami oleh siswa dan siswa sebagai obyek
yang diajar harus aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Di antara keduanya
terdapat hubungan yang sangat erat dan proses belajar mengajar akan berjalan
dengan baik jika di antara keduanya terdapat interaksi yang baik antara guru
dan siswa. Agar interaksi antara guru dengan siswa dapat berjalan dengan baik
maka perlu adanya pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar yang memuaskan.
Kenyataannya
dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa mempunyai prestasi belajar yang
baik khususnya mata pelajaran matematika, padahal dalam mengajar guru
memperlakukan sama antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu
ada faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di luar proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Ada beberapa faktor yang berasal
dari dalam diri siswa di antaranya : kemampuan awal, kecerdasan, perkembangan,
minat, motivasi diri dan tingkat kedisiplinan. Sedangkan faktor dari luar siswa
di antaranya : pembelajaran yang digunakan, lingkungan sekitar dan fasilitas
belajar.
Pada umumnya
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pelajaran matematika di sekolah
adalah pembelajaran konvensional, yang cenderung berjalan searah, berpusat pada
guru dan kurang melibatkan siswa dalam belajar mengajar sehingga menyebabkan
siswa kesulitan dalam memahami konsep atau materi yang diberikan. Dalam
pembelajaran konvensional, guru langsung me yampaikan materi pelajaran, siswa
hanya mendengar dan mencatat penjelasan guru. Siswa hanya akan mengingat materi
yang ada dengan menghafal bukan memahami, sehingga pengetahuan yang diperoleh
akan mudah terlupakan. Obyek matematika yang abstrak ditambah dengan kondisi
psikologis siswa yang masih berada pada tahap berfikir kongkrit, sangat
membutuhkan perhatian yang serius dan sungguh-sungguh dari guru. Tidak dapat
dipungkiri banyak topik matematika yang tidak terkait dengan kehidupan
sehari-hari atau dunia nyata sehingga bersifat abstrak dan membuat motivasi
anak belajar matematika kurang.
Guru matematika
sebaiknya dalam proses belajar mengajar berusaha mengurangi sifat abstrak dari
obyek matematika, sesuai dengan tingkat perkembangan penalaran siswa, sehingga
memudahkan siswa mempelajari dan memahami pelajaran matematika di sekolah.
Pembelajaran matematika hendaknya diupayakan agar konsep-konsep yang diajarkan
dikembalikan ke dalam model- model nyata dan terkait dengan kehidupan
sehari-hari siswa dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar, terutama keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, serta
pembelajaran yang dapat mengurangi sifat abstrak dari materi.
Salah satu
alternatif yang dapat digunakan adalah dengan pembelajaran matematika
realistik, yang mengkaitkan pengalaman kehidupan sehari-hari dan hal yang nyata
dari siswa dengan konsep matematika yang dipelajari. Dalam pembelajaran
matematika realistik mengajak siswa dan guru aktif, menyajikan permasalahan
yang realistik atau kontekstual dan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menyelesaikan masalah secara mandiri serta pembelajaran lebih bermakna dan
menyenangkan.
Di samping itu,
dalam pembelajaran matematika juga harus memperhatikan salah satu faktor
internal dari siswa yaitu kemampuan awal. Pembelajaran akan berhasil dengan
baik bila dimulai dari apa yang telah diketahui oleh peserta didik, baik
pengetahuan dan tingkah laku dalam arti luas prasyarat bagi bahan pembelajaran
berikutnya. Apabila siswa mempunyai kemampuan awal mengenai materi yang
disampaikan, maka ia akan lebih cepat memahami konsep-konsepnya dibandingkan dengan
siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal tentang materi tersebut, karena di
dalam pelajaran terutama matematika terdapat prasyarat tertentu yang harus
dimiliki siswa untuk dapat mengikuti materi tertentu dengan mudah.
B. Idcntifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
1. Hasil belajar matematika pada umumnya
berfokus pada produk saja, sehingga hasil proses kurang mendapat porsi yang
semestinya.
2. Aspek afektif yaitu sikap, minat dan
motivasi siswa untuk mempelajari matematika masih rendah.
3. Sebagian besar guru masih menggunakan
pola pembelajaran konvensional, yaitu menjelaskan materi, memberi contoh soal
selanjutnya memberikan latihan soal, kadang pada akhir materi diberikan
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari merupakan permasalahan
penerapan.
4. Penerapan pembelajaran
konvensional mengakibatkan pembelajaran matematika kurang menarik bagi
sebagian besar siswa. sehingga siswa kurang bersemangat, malas bahkan terdapat
siswa yang sama sekali tidak tertarik dengan pelajaran matematika.
5. Sebagian guru kurang memperhatikan
tingkat pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa yang berbeda yaitu
kemampuan awal sebagai landasan atau dasar-dasar dalam belajar hal-hal baru
C. Pembatasan Masalah
Mengingat
terbatasnya waktu, biaya dan tenaga dalam penelitian ini, serta agar penelitian
ini lebih mendalam, penelitian ini dibatasi pada penerapan pembelajaran
matematika realistik terhadap kemampuan kognitif dan afektif siswa kelas V SD
ditinjau dari kemampuan awal siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika
realistik memberikan rataan kognitif dan afektif yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pembelajaran matematika secara konvensional ?
2. Apakah kemampuan awal siswa yang
tinggi memberikan rataan kognitif dan afektif yang lebih tinggi dibandingkan
kemampuan awal siswa yang lebih rendah ?
3. Apakah pembelajaran matematika
realistik memberikan rataan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran matematika secara konvensional ?
4. Apakah pembelajaran matematika realistik
memberikan rataan afektif yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran
matematika secara konvensional ?
5. Apakah kemampuan awal siswa yang
tinggi memberikan rataan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran matematika secara konvensional ?
6. Apakah kemampuan awal siswa yang
tinggi memberikan rataan afektif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran matematika secara konyensional ?
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. 1992. Pengelolaan
Pengajaran Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta.
Budiyono. 2003. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press.
_______. 2004. Statistika Dasar
unliik Penelitian. Surakarta : IJNS Press.
_______. 2006a. Penggunaan SPSS
Untuk Melakukan Analisis Variansi Kumpulan Makalah Pcrkuliahan Pascasarjana
: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
_______, 2006b. Asesmen Aspek
Afektif dun Psikomotor. Kumpulan Makalah Perkuliahan Pascasarjana:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Daryanto. 1983. Tujuan Metode dan
Satuan Pelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.
Dick dan Carey.
1990. Kemampuan Awal Dalam
Proses Belajar www.dcpdiknas.go.id/jurnal/38/editorial
Djago Tarigan. 1990. Proses Belajar
Mengajar Pragrnatik. Bandung : Angkasa-
Djoko Waliadi. 1989. Dasar-dasar
Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Freudenthal, H. 1991. Revisiting
Mathematics Education. China Lectures. Dordrecht: Kluwer Academic
Publisher. (www.depdiknas.go.id)
Gagne. R M. 1977. The Condition of
learning. New York : Hort Rinehart and Winston.
DAFTAR PUSTAKA HANYA SEBAGIAN
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar