ROLE PLAY: SUATU ALTERNATIF
PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN
MENYENANGKAN DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
SLTP ISLAM MANBAUL ULUM GRESIK
Oleh : Mudairin*
Abstrak. Sebagai guru bahasa Inggris seringkali dihadapkan pada
dua pilihan, mengajar bahasa Inggris untuk mengejar nilai Ebtanas atau melatih
kemampuan siswa menggunakan bahasa itu sebagai bahasa komunikasi. Tampaknya
pilihan pertama banyak dipilih karena selama ini tolok ukur keberhasilan
pembelajaran bahasa Inggris diidentikkan dengan perolehan nilai EBTANAS. Yang
terjadi selanjutnya, pembelajaran di kelas monoton dari hari ke hari. Waktu
belajar siswa banyak dihabiskan untuk mengerjakan soal-soal latihan.
Bagaimana dengan keterampilan berbicara siswa? Tidak ada keraguan sama
sekali bahwa mereka enggan berbicara dalam bahasa Inggris. Mereka tampak merasa
malu dan takut salah. Mereka memang tahu banyak tentang bahasa Inggris tapi
sayangnya tidak tahu harus berbuat apa terhadap bahasa Inggris.
Salah satu upaya guna meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah
memberikan Role Play sebagai bentuk kegiatan pembelajaran bahasa Inggris
di kelas. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan English atmosphere
di dalam kelos. Dalam Role Play siswa di-setting pada
situasi tertentu dan saling berinteraksi bersama teman-temannya dengan
menggunakan bahasa Inggris.
Kata kunci: Keterampilan berbicara bahasa Inggris, Role Play
Pembelajaran English atmosphere.
PENDAHULUAN
Kurikulum bahasa Inggris SLTP 1994 dan suplemennya menekankan
keterampilan membaca (reading) pada pembelajaran bahasa Inggris di SLTP
(Kurikulum bahasa Inggris, 1994). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran bahasa
Inggris di kelas banyak difokuskan pada keterampilan membaca (reading).
Sementara itu, keterampilan lain utamanya keterampilan berbicara (speaking)
tidak banyak mendapatkan perhatian. Apalagi adanya kenyataan bahwa keterampilan
berbicara tidak diujikan dolam ulangan bersama atau dalam Ebtanas. Yang terjadi
selanjutnya, banyak guru yang memberi porsi secara berlebihan pada keterampilan
membaca (reading), sementara kemampuan speaking siswa sangat tidak
kompeten. Keadaan ini menjadikan mereka enggan berkomunikasi dalam bahasa
Inggris (Yang Shuying, 1999).
Kondisi yang demikian ini terjadi di sekolah peneliti di SLTP Islam
Manbaul Ulum Gresik. Pembelajaran bahasa Inggris banyak difokuskan pada reading
karena reading banyak mendominasi soal-soal ulangan, baik ulangan
bersama maupun Ebtanas. Disisi lain, keterampilan berbicara tidak banyak
mendapatkan perhatian yang cukup. Pembelajaran keterampilan speaking
disajikan sebatas pada penjelasan-penjelasan mengenai fungsi ungkapan-ungkapan
bahasa, tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperaktikkan
ungkapan-ungkapan itu. Lebih parah lagi, bahasan-bahasan itu dikemas dalam
bentuk soal-soal latihan. Tidak lain, tujuannya adalah mengkondisikan siswa
pada soal-soal Ebtanas. Faktor yang demikian ini menjadikan kemampuan berbicara
siswa dalam bahasa Inggris tertatih tatih.
Disisi lain, penguasaan seseoranq terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa
komunikasi amat penting. Pada tahun 2010
diperkirakan jumlah orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa asing
atau bahasa kedua akan melebihi jumlah penutur aslinya (Melvia A. Hasman,
2000). Belum lagi pada tahun 2003 akan diberlakukan dua perjanjian, yaitu AFTA
(Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area), sementara pada tahun
2020 akan diberlakukon Perjanjian WTO.
Melihat peluang-peluang itu dan memperhatikan keberadaan sekolah peneliti
ada di daerah industri, tidak ada pilihan lain bahwa keterampilan berbicara
siswa harus ditingkatkan. Mengapa keterampilan berbicara? Dari keempat
keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis), keterampilan berbicara
dalam bahasa Inggris sangat dibutuhkan dalam bidang industri.
DAFTAR PUSTAKA
Bobby DePorter, dkk. 2000. Quantum teaching. Bandung: Kaifa.
Bobby DePorter dan Mike Hemacki, dkk. 2000. Quantum learning. Bandung:
Kaifa.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. GBPP bahasa Inggris SLTP 1994.
Jakarta: Bidang Dikmenum Kanwil Dikbud Propinsi Jawa Timur.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Contextual teaching and learning.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama
Hadfield, J. 1986. Harap's communication games.
Australia: Thomas Nelson and Son Ltd.
Hasman, M. A. 2000. The importance of English. Washington:
English Teaching Forum.
Mulyasa, E. 2002. Kurilculum berbasis kompetensi: Konsep,
karakteristik, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta:
Rajawali Press.
Basri, S. 2000. Teaching speaking. Makalah disampaikan pada Penataran
Instruktur Guru Bahasa Inggris SLTP Swasta tanggal 8 - 19 Pebruari 2000 di
Jakarta.
--------------------
*) Mudairin adalah Guru Bahasa Inggris SLTP Islam Manbaul Ulum
Kabupaten Gersik , Jawa Timur.
Sumber : Buletin Pelangi Pendidikan (Buletin Peningkatan Mutu
Pendidikan SLTP) Volume 6 No. 2 tahun 2003.
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar