UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA KELAS IX E SMP NEGERI 2 BARAT
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Negara berkembang selalu berusaha
untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di
segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti
kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau
melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, memberi dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyatakan bahwa : “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan memperhatikan isi dari UU No.
20 tahun 2003 tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas seorang peneliti
memang berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan
pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang seorang guru atau pendidik
tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju,
sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta
didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.
Untuk
mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006 : 19),
peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola,
demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu
membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara / model pembelajaran yang
selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan
dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan
tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa
sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri
masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak
bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di
sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif)
Pendidikan
jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan
pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya
mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas
jasmani dan olah raga.
Pendidikan
jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai
(sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat
yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan
jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan
penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa
untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan
terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus
membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai
keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga,
internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari
pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran
konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan
unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan
dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga
aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan
jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk
mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil,
meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak
manusia.
Namun kenyataan
di lapangan dalam masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 2004 menjadi
kurikulum 2006 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi
waktu 2 jam per minggu @ 45 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi
waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan kurikulum
tersebut. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh
di jajaran pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran tentang
pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran.
Adanya ruang
lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2006 untuk jenjang
SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan
jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga,
aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik,
akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan
karakteristik siswa SMP, usia 12 – 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung
masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang
efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan
siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu
kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling
mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.
Agar standar
kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan
pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru
pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi
dalam pembelajaran.
Berdasarkan
uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan
Kesegaran Jasmani melalui Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Siswa Kelas 9 SMP Negeri 2 Barat Madiun Tahun Pelajaran 2009/2010.
B.
Identifikasi Masalah
Dengan adanya
kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan
bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan
melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai
standar kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun
permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai berikut:
- Banyak dikalangan pendidikan yang belum memahami tentang perbedaan
Pendidikan Jasmani dan Olah Raga.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP/MTs, Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas
J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta :
Universitas Terbuka
Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori
dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka
Untuk mendapatkan file skripsi /
Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar