PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN TENTANG LUAS BANGUN MELALUI MODEL KOOPERATIF
STAD DAN KUIS PADA SISWA KELAS VIA SDN
SADANG TAMAN SIDOARJO
ABSTRAK
Chafidatul
Ilmah, 2006. Peningkatan Proses
Pembelajaran Tentang Luas Bangun Melalui Model Kooperatif Stad dan Kuis pada Siswa Kelas VIA SDN Sadang
Taman Sidoarjo.Pembimbing (1) Dra. Umi Dayati, M.Pd, (2) Dra. Harti
Kartini, M.Pd.
Kata
Kunci: Proses Pembelajaran , Model Kooperatif STAD, Kuis.
Pembelajaran
Matematika yang disajikan dengan ceramah dan latihan-latihan individual sering
tidak disukai oleh para siswa. Akibatnya hasil belajar selalu di urutan paling
bawah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Padahal ilmu matematika memiliki peranan sangat strategis
dalam berbagai kehidupan. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan,
mengasyikkan dan dapat meningkatkan hasil belajar, maka perlu adanya perubahan
pembelajaran yang menarik yaitu menerapkan pembelajaran model kooperatif STAD
dan kuis.
Rumusan
masalah yang diajukan: (1) Bagaimanakah pembelajaran model kooperatif STAD
dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat? (2)
Bagaimanakah bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas
bangun menjadi lebih bersemangat ?.
Untuk
menjawab rumusan masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan subyek 26
orang siswa SDN Sadang kelas VIA. Pengambilan data menggunakan metode
observasi, angket, tes tulis dan perbuatan, serta dokumentasi. Penelitian
dilakukan dengan tiga siklus. Setiap siklus dilakukan perencanaan, pelaksanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan secara berurutan
berupa: pembelajaran klasikal, pembelajaran kelompok membuat soal dan jawaban
model STAD, dan kuis. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan I
pembelajaran klasikal, kerja kelompok, dan unjuk kerja kelompok dalam bentuk kuis.
Pertemuan II melanjutkan unjuk kerja kelompok dalam kegiatan kuis dan evaluasi
hasil belajar.
Hasil
penelitian pada siklus I, aktifitas pembelajaran klasikal hanya mencapai
54,22%. Hal ini belum mencapai peningkatan proses pembelajaran yang diharapkan
yaitu 60-70%. Namun pada proses pembelajaran kelompok telah mencapai 91,66%
dengan target 70-80%, dan kuis mencapai 74,82% dengan target 70-80%. Sedangkan
hasil belajar hanya mencapai 66,66% siswa mencapai nilai 60 - >60 dengan
rerata nilai 65 sedangkan target yang ditentukan 100% tuntas mencapai nilai 60
- >60.
Untuk
meningkatkan proses pembelajaran klasikal pada siklus II setiap siswa diberi
peraga beberapa bangun datar untuk dibentuk menjadi berbagai gabungan bangun dalam membuat soal. Pada
Siklus II terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal menjadi 66,15%
karena mulai ada 4 orang siswa bertanya dan 20 orang siswa mencatat, di mana
pada siklus I tidak ada siswa yang bertanya dan mencatat. Proses Pembelajaran
kelompok meningkat menjadi 92,85%. Dan Pembelajaran kuis meningkat menjadi
86,16%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 72,3% dengan 76,92% siswa
mencapai 60 - >60. Dalam proses penyampaian soal kuis menunjukkan soal-soal
yang dikemukakan siswa cukup rumit, karena berupa berbagai gabungan bangun
datar yang bermacam-macam. Pada Siklus III selain ada peraga untuk setiap
siswa, untuk dapat menemukan rumus luas bangun ruang berdasarkan rumus luas
bangun datar yang telah dikuasai siswa, juga ditambah dengan pemberian tugas
rumah berupa latihan-latihan. Hal ini disebabkan kompetensi yang harus dikuasai
semakin sulit. Pada siklus III terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal
yang cukup tinggi menjadi 84,61%. Hal ini disebabkan semakin banyaknya siswa
yang mengajukan pertanyaan sebanyak 10 siswa dan mencatat sebanyak 26 siswa.
Proses Pembelajaran kelompok meningkat
menjadi 97,61%, dan proses kegiatan kuis meningkat menjadi 92,77%.
Sedangkan hasil belajar mencapai rerata
79,61% dengan 100% siswa mencapai nilai 60 - >60. Dengan demikian semua
target yang ditetapkan telah tercapai.
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang
luas bangun lebih bersemangat, meningkatkan proses pembelajaran, dan hasil
belajar. (2) bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas
bangun menjadi lebih bersemangat, meningkatkan proses belajar, dan hasil
belajar.
Maka
disarankan (1) Kepada para guru, untuk meningkatkan proses pembelajaran maupun
hasil belajar matematika, dapat digunakan model kooperatif STAD sebagai pilihan untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran matematika.(2) Strategi pembelajaran kuis seperti pada penelitian
ini juga dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, namun diperlukan
persiapan yang matang, terutama pada saat penilaian kelompok penjawab diperlukan
bantuan dari siswa yang pandai untuk membantu guru mengerjakan soal-soal yang
dibuat oleh temannya. (3) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian
lanjutan sesuai dengan penelitian ini juga disarankan agar membuat persiapan
yang lebih sempurna terutama dalam mempersiapkan instrumen pengamatan beserta
rubrik-rubrik yang jelas pada saat kegiatan kuis. Juga disarankan agar tim
pengamat minimal dua orang, karena menurut pengalaman peneliti tim pengamat
sangat sibuk dalam menilai pada saat kegiatan kuis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang penuh dengan
kompetitif merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Teknologi pembelajaran
inovatif seyogyanya dikembangkan dengan cara mengadaptasi atau mengadopsi
teknologi pembelajaran inovatif yang memenuhi standar internasional. Hal ini
tidak lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi amanat salah satu
kebijakan inovatif, yaitu mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar
lokal atau nasional saja. (Mohamad Nur, 2003)
Pendidikan Nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UURI No. 20 Th. 2003). Tujuan ini dituangkan dalam tujuan pembelajaran
matematika yaitu melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas
kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan
menyampaikan infomasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga matematika
merupakan bidang ilmu yang strategis untuk
membentuk
generasi yang siap menghadapi era global yang penuh dengan kompetitif tersebut.
Matematika sebagai disiplin ilmu
turut andil dalam pengembangan dunia teknologi yang kini telah mencapai puncak
kecanggihan dalam mengisi berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global
yang ditandai dengan kemajuan teknologi informatika, industri otomotif,
perbankan, dan dunia bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran
matematika dalam revolusi teknologi.
Melihat
betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan masa depan suatu
bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar
matematika merasa terpanggil untuk senantiasa berusaha meningkatkan
pembelajaran dan hasil belajar matematika. Apalagi kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa hasil belajar matematika selalu berada di tingkat bawah
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian
matematika yang pertama pada kompetensi dasar operasi hitung hanya mencapai
rerata 57,8 dan hanya 50% siswa mencapai nilai 60 atau >60 . Padahal
idealnya minimal harus mencapai 100%
siswa mendapat 60 atau >60. Sedangkan operasi hitung merupakan dasar bagi
kompetensi dasar berikutnya seperti menghitung luas bangun, volum bangun, dan
sebagainya. Kondisi tersebut disebabkan oleh kenyataan sehari-hari yang
menunjukkan bahwa siswa kelihatannya jenuh mengikuti pelajaran matematika.
Pembelajaran sehari-hari menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal
secara individual, dan tidak ada interaksi antar siswa yang pandai, sedang, dan
normal. Hal ini terbukti sebagian besar siswa mengeluh apabila diajak belajar
matematika. Sering jika
diberi tugas
tidak selesai tepat waktu, dan lebih suka bermain dan mengobrol, alasannya
pelajaran matematika memusingkan dan lain-lain.
Menyikapi kondisi tersebut
penulis sebagai guru kelas VIA yang harus menyiapkan peserta didik menuju ujian
akhir sekolah dan mampu bersaing dalam mengikuti tes masuk SMP Negeri, selalu
berusaha memperbaiki pembelajaran dengan mengkondisikan pembelajaran yang
memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha tersebut akan
diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan menerapkan
pembelajaran STAD dan bermain kuis.
Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Devision)
adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan teori
belajar Kognitif-Konstruktivis yang diyakini oleh pencetusnya Vygotsky memiliki
keunggulan yaitu fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan
atau kerjasama antar individu. (Depag RI, 2004). STAD juga memiliki keunggulan
bahwa siswa yang dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa
terhadap matematika akan terjadi interaksi yang positif dalam menyelesaikan
masalah, seperti tutor sebaya dan lain-lain. Jika sebelumnya tidak ada
interaksi antar individu, maka dalam STAD siswa dapat bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah sampai semua anggota kelompok dapat menyelesaikan
masalah. Kelompok dikatakan tidak selesai jika ada anggotanya belum selesai.
Bermain
kuis adalah permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak usia sekolah dasar.
Untuk itu pembelajaran dilanjutkan dengan bermain kuis antar kelompok agar
matematika yang dianggap membosankan akan berubah
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,Suharsimi &
Suharjono & Supardi. 2006, Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2001. Bahan Penataran ( Modul Metodologi
Pendidikan Agama Islam) Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam.
Departemen Agama RI. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika untuk
Tingkat Madrasah Aliyah. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan
Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan.
De Porter, Bobbi. 2001. Quantum Teaching, Bandung: Kaifa.
Dinas Pendidikan Kabupaten
Sidoarjo. 2005. Kurikulum 2004 Standar
Kompetensi Kelas VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Sidoarjo: Dinas
Pendidikan Kabupaten Sidoarjo
Hasibuan & Mujiono.
2004. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur, Mohammad. 1998. Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya: PPS IKIP Surabaya.
Nur, Mohammad. 2003. Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Pembelajaran sebagai Salah Satu Prasyarat Utama
Pengimplementasian Kebijaka-kebijakan Inovatif Depdiknas dalam Merespon
Tuntutan dan Tantangan Masa Depan. Makalah disajikan dalam Wisuda VII
Pascasarjana Teknologi Pembelajaran Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 20
Desember 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta:
Cemerlang.
Wardani, I.G.A.K. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas terbuka Departemen
Pendidikan Nasional.
Riyanto, Yatim. 2001.
Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC.
Yuwono, Trisno & Abdullah
Pius. 1994. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Praktis. Surabaya: Arkola.
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap
(Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700
0 komentar:
Posting Komentar