Kamis, 28 Februari 2013

PTK SD 161 - MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL STAD
PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR NEGERI  7 BATUR
TAHUN 2007/2008

RINGKASAN

Judul:       Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui        Pembelajara Kooperatif Model STAD pada Siswa Kelas VI SDN 7 Batur      Tahun Pelajaran 2007/2008


Oleh  :    I Nyoman Kawan, S.Pd
                Kepala SD/Guru DN 7 Batur


                Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok     tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
                Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Apalah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar ilmu pengetahuan sosial? (b) Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD?
                Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap prestasi hasil pembelajaran kooperatif model STAD terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD.
                Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak   tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas 6 SDN 7 Batur Tahun Pelajaran 2007/2008 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif,   lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
                Dari hasil analisa didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I samai siklus III yaitu, siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%).
                Simpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model STAD dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas 6 SDN 7 Batur, serta    model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative ilmu pengetahuan sosial.
               
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
                 Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelejaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.
                 Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswwa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakuktkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.
                 Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah  botol ksong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesame siswa yang lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang member kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
                 Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolahh-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.
                 Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.
                 Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama,  justru bisa berakhir dengan ketidakpuasan dan kekecewaan. Bukan hanya guru  dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadnag orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang.
                 Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termauk di dalam struktur ini adalah lima    unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
                 Kekhawatiran bahwa semngat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.
                 Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 SDN 7 Batur Tahun Pelajaran 2007/2008”.
DAFTAR PUSTAKA



Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:  Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi   Aksara.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.

Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonmi.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Foster. Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas I. Jakarta: Erlangga.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakart: PT. Bumi Aksara.

Hasibuan. JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Penelitian/Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Murshell, James (-). Succesfull Teaching (teremahan). Bandung: Jemmars.

Ngalim, Purwanto M. 1990, Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.



Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 081 567 745 700

0 komentar:

Posting Komentar